Masa lalu bukan alasan untuk menyerah, tapi dari masa lalu kita dapatkan pelajaran terindah.
🐾🐾🐾
Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan bagi Alby. Bagaimana tidak, di saat pekerjaan kantor sedang menumpuk, Alfian justru acuh kepadanya. Sebenarnya Alby sudah merasa aneh akan sikap adiknya itu sejak insiden jatuhnya seorang gadis di butik itu. Dia merasa heran sendiri, apakah perubahan adiknya itu karena dia yang tak sengaja memeluk gadis itu. Tapi apa hubungannya Alfian dengan gadis itu, karena setahunya adiknya itu sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa pun.
Alby mendesah frustasi, memikirkan pekerjaan dan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya membuatnya pusing sendiri. Di tambah lagi masalah perubahan sikap Alfian yang menjadi dingin, tak seperti biasanya. Alby menatap ke luar jendela ruangannya yang menampilkan pemandangan taman perkantoran. Tapi dari sorot matanya, siapa saja tau jika dia tengah memikirkan sesuatu.
Sedetik kemudian, ingatannya kembali pada kejadian di butik waktu itu. Kejadian itu terlalu cepat menurutnya, karena dia sendiri tak tau bagaimana awalnya dia bisa berakhir dengan posisi seperti itu dengan seorang gadis yang baru di temuinya. Karena yang Alby ingat saat itu hanyalah rasa kesalnya karena harus ikut fitting baju yang akan di gunakan untuk acara pernikahan kakak sepupunya, Fajar. Di tambah lagi saat dia keluar dari ruang ganti bukannya mendapat komentar agar cepat selesai, tapi justru di tinggal oleh semua anggota keluarganya karena bertemu dengan keluarga calon pengantin wanita.
Di tengah kekesalannya, akhirnya Alby memutuskan untuk berjalan menuju ruang utama untuk mencari siapa saja yang bisa membantunya. Tetapi ketika Alby sampai di samping tangga yang menghubungkan ruang ganti wanita dengan ruang tamu, dia melihat seorang gadis yang menuruni tangga dengan tergesa. Akhirnya insiden itu terjadi begitu saja, tanpa tau bagaimana mulanya.
Kini hanya satu yang Alby ingat, yaitu tatapan gadis itu. Kenapa tatapannya tak asing baginya, dan kenapa seolah dia pernah melihat manik mata itu. Tanpa Alby sadari detak jantungnya yang tiba-tiba saja bergemuruh.
'Ada apa denganku, kenapa tiba-tiba perasaan aneh itu muncul kembali saat aku teringat kejadian itu.' batin Alby.
Akan tetapi Alby justru mengabaikan perasaan itu. Dia menganggap jika itu hanya halusinasi semata. Karena baginya akan sulit untuk membuka perasaan setelah terlanjur tersakiti, kecuali jika yang datang itu adalah seseorang dari masa lalunya.
Alby sebenarnya adalah seorang anak yang sangat terbuka. Dia dan keluarga awalnya tinggal bersama neneknya di Surabaya. Tapi karena urusan pekerjaan ayahnya yang tidak bisa di tinggal, akhirnya keluarganya pindah ke Jakarta. Namun dari kedua saudaranya, hanya Alby yang tidak bisa beradaptasi dengan kerasnya kehidupan Ibu Kota Negara, meskipun dulu dia pernah sekolah dasar di sana walau sebentar. Akhirnya dia harus rela kembali ke Surabaya demi melanjutkan pendidikannya.
Kehidupannya di Surabaya awalnya juga menyenangkan, tapi pada akhirnya dia juga merasa bosan dan kesepian. Bahkan pernah hampir setahun orang tuanya tak ada kabar karena pekerjaannya. Dari situ Alby merasa jika dirinya tak begitu penting di keluarganya. Dia juga pernah berkata terus terang tentang hal itu pada ayahnya. Namun respon yang di dapat justru membuatnya merasakan trauma. Ayahnya bukannya memberi nasehat, tetapi justru menyalahkan keadaan Alby, dan sejak saat itu Alby menjadi seorang anak yang tertutup.
Sikap dingin dan tertutup itu kini telah menjadi karakternya hingga dewasa. Meskipun ayahnya telah minta maaf karena telah lepas kendali saat Alby membutuhkan kasih sayangnya. Namun semua itu tetap saja tak berpengaruh bagi Alby. Akan tetapi, tanpa keluarganya ketahui, Alby pernah bertemu dengan seorang gadis kecil yang saat itu masih berusia sepuluh tahun, dan dia sendiri saat itu masih SMA, sikap Alby yang dingin dan tertutup perlahan hilang.
Dia ingat betul bagaimana dia menasehati dan memberi semangat pada dirinya. Menghibur di saat dia sedih, dan bermain bersama. Hingga dia mendapat kabar jika dia lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa ke luar negeri, itulah kali terakhir dia bertemu dengan gadis itu. Karena saat dia pulang ke Indonesia saat libur akhir tahun di tahun pertama kuliah, Alby sudah tidak pernah bertemu dengan gadis itu lagi.
Alby sangat sedih saat mengetahui jika gadis yang selalu memberinya semangat telah pindah setelah lulus sekolah dasar. Hingga akhirnya Alby berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia harus segera menyelesaikan kuliahnya agar bisa mencari gadis itu.
Alby kemudian kembali melanjutkan kuliahnya, bahkan dia mengambil akselerasi lalu melanjutkan S2nya. Alby kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya. Ayahnya kemudian langsung menempatkannya sebagai CEO di Fahreza Corp, dan di usianya yang masih terbilang cukup muda itu dia telah membawa perusahaan menuju tingkat kejayaan.
Selain menjadi CEO dari Fahreza Corp, dia juga meluangkan waktu untuk mencari teman kecilnya. Teman yang selalu memberinya semangat, juga teman yang menjadi alasannya untuk bangkit dan bisa sampai pada titik ini. Namun setahun dia menjabat sebagai CEO, dia harus rela di jodohkan dengan seorang gadis muda, putri dari teman ayahnya. Saat itu usia Alby tepat memasuki 25 tahun. Ingin rasanya ia menolak perjodohan itu, karena dia tak mencintai gadis itu dan juga karena ada nama lain di hatinya.
Alby berusaha menolak perjodohan itu, karena dia tak yakin jika gadis yang di jodohkan dengannya itu adalah gadis yang baik. Tapi apalah dayanya, dia tidak bisa menolak permintaan ayahnya. Hingga suatu hari dia melihat sikap dan rencana jahat gadis itu pada keluarganya. Akhirnya Alby bisa membatalkan perjodohan itu dan menyelamatkan perusahaannya. Dia sangat bersyukur karena Allah masih menyayanginya. Namun, semenjak peristiwa itu Alby menjadi orang yang sangat tertutup dan dingin, terutama pada seorang wanita.
"Aku rasa pemandangan di taman tak berubah sejak awal kamu ke sini, dan aku tau jika kamu tak begitu suka dengan hal itu." kata Eka, sekretaris kepercayaan ayah Alby.
"Ehh, mbak Malikah. Kapan datang, kog aku nggak tau." kata Alby sengaja menggoda sekretarisnya.
"Ieeellll....!! Kamu tuh ngeselin banget sih. Udah aku bilang, nama aku itu Eka. Enak aja kamu samain dengan kedelai." kata Eka, sambil melempar beberapa dokumen yang dia bawa, membuat Alby terbahak karenanya.
"Eh, aku tuh sebenarnya heran deh sama kamu. Kamu tuh sebenarnya mandi pake apa sih, kog banyak cewek yang ngiler liat kamu." kata Eka, membuat Alby memutar bola matanya malas.
Eka adalah pegawai senior sekaligus sekretaris kepercayaan di perusahaan Fahreza Corp. Dia adalah orang yang telah berjuang bersama ayah Alby, dia juga satu-satunya karyawan yang bisa membuat Alby terbuka. Bahkan dari semua karyawan hanya dia yang berani terang-terangan mengkritik dan memukul atasannya.
Jika di lihat sekilas mereka seperti seorang kekasih. Tapi siapa sangka jika Eka lima tahun lebih tua dari Alby, dan karena hal itu juga Alby menganggap Eka sebagai kakak dan tempatnya meminta pendapat jika sedang banyak masalah.
"Mulai lagi, deh."
"Udah deh, to the point aja. Kenapa kamu nggak angkat telfon dari bunda kamu." kata Eka membuat Alby terkejut.
"Astaghfirullahal 'adzim." Alby hanya menampilkan senyum lima jarinya saat melihat pesan dan panggilan masuk dari bundanya.
"Jadi ?"
"Hehehe... Maaf mbak, aku lupa ponselku masih aku silent."
Alby pun segera mengemasi barangnya dan pulang sebelum kena marah dari nyonya besar.
"Yaudah mbak, aku pulang dulu titip kantor yah." kata Alby sambil berlari keluar dari ruangan meninggalkan sekretarisnya yang kesal.
***
Tbc
Holaaa...!! Kita ketemu lagi... Ada yang rindu sama author nggak nih... Wkwk #pede banget lu thor...😁
Oh ya, aku minta sarannya dong... Menurut kalian sampai di sini gimana nih ceritanya... Makin seru atau malah makin nggak jelas alurnya...
Okay, sampai jumpa di next part...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jangan lupa baca Al Qur'an
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
EspiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...