Penantian Terindah #24

656 42 8
                                    

Fatamorgana terkadang telah membuat lupa dan menghancurkan hayalan secara nyata.

☀️☀️☀️

Rumah yang beberapa jam yang lalu tampak ramai oleh para petakziah, kini menjadi sepi, menyisakan kerabat dan beberapa anggota keluarga. Mereka semua masih dalam suasana berkabung atas kepergian Aulia. Banyak dari saudara yang memberi do'a dan semangat pada keluarga Aulia.

Namun saat beberapa kerabat telah pulang dan menyisakan beberapa anggota saja seseorang telah dengan sengaja memperburuk suasana. Menjadikan suasana berkabung itu semakin memanas.

"Huft, sudah mati juga, masih saja merepotkan." kata seorang wanita paruh baya yang duduk di sofa ruang tamu.

"Apa maksud ibu bicara seperti itu?" kata Hasan sedikit kesal, saat baru saja masuk ke rumah.

"Kenapa? Memang benar kan kalau anak pembawa sial itu memang selalu merepotkan." kata nenek Aulia tanpa merasa bersalah.

"Bu, Aulia sudah pergi. Kenapa ibu masih saja terus mengungkit dan menyalahkannya. Ingat Bu, dia adalah cucu ibu sendiri." kata Hasan yang mulai lepas kendali.

"Terserah! Tapi, satu hal yang harus kamu ingat. Sampai kapan pun ibu tidak akan mengakui dia sebagai cucu ibu. Meskipun kamu membawa bukti untuk meyakinkan Ibu." kata nenek Aulia pergi dari sana.

Hasan menghela nafas panjang berusaha untuk menenangkan emosi yang hampir menguasai dirinya. Dia menatap kepergian ibunya dengan pandangan yang sulit di artikan. Tetapi tanpa mereka sadari sejak tadi ada seorang gadis yang melihat perdebatan tersebut dengan senyum kemenangan yang terpatri di bibirnya.

Gadis yang menguping tersebut adalah Sinta dan dia sungguh sangat bahagia. Karena sekarang tidak akan ada lagi yang akan menghalangi rencana dan pernikahannya dengan Alby. Sebut saja dia gila, karena demi memenuhi obsesi berkedok cinta pada Alby, dia rela membunuh saudara sepupunya sendiri. Memang kematian Aulia di sebabkan oleh sebuah kecelakaan, tetapi tidak ada yang tahu jika semua itu adalah ulah dari Sinta.

Rasa irinya pada Aulia yang selalu selangkah lebih maju darinya dalam segala hal sejak kecil. Membuatnya mau melakukan hal-hal nekat untuk memenuhi keinginannya, termasuk menyingkirkan Aulia. Kini sekarang dia bebas melakukan segala hal, termasuk menikah dengan Alby dan menjadi nyonya besar di perusahaan Fahreza.

***

Sedangkan di kediaman Fahreza, terlihat Alby tengah memijat pelan kepalanya. Dia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, di tambah lagi melihat kondisi rumahnya yang seperti habis di terjang badai. Dia hanya bisa menghela nafas panjang menenangkan dan meredam emosinya.

Alby menatap tajam pada kedua gadis yang tak lain adalah Nesha -adik sepupunya- masih berpelukan sambil sesekali terisak pada pelukan sahabatnya. Dia dapat melihat begitu besar ketulusan dan persahabatan mereka dengan Aulia. Sehingga dari situ Alby tahu, betapa mereka merasa begitu kehilangan akan sosok Aulia.

"Kepergiannya sungguh menyisakan kepedihan pada banyak orang. Tetapi jiwanya masih tetap bersama dengan kita." kata Alfian membuyarkan suasana melow tersebut.

"Bukankah benar begitu, Dokter Nadira?" lanjut Alfian dengan pandangan yang menatap lurus pada sosok gadis yang akhir-akhir ini membuatnya nyaman.

Alfian menatap Nadira dengan pandangan yang tidak dapat di artikan. Katakanlah Dia begitu jahat, setelah kepergian Aulia yang pernah dianggapnya sebagai cinta sejati. Kini dia dengan mudahnya beralih pada lain hati. Tetapi Alfian juga tidak mau membohongi dirinya sendiri, Dia merasa sangat nyaman saat berada di sekitar Nadira. Bahkan rasa kagum yang kini dia rasakan melebihi rasa kagumnya pada Aulia dulu.

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang