Apa yang terlihat tidak menjamin isi dan kenyataan yang sesungguhnya.
🌱🌱🌱
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian dimana Alby melihat Aulia yang tengah berpelukan dengan seorang pria asing. Hingga saat ini bayangan kejadian waktu itu masih membuat Alby frustrasi. Dia juga sempat mengamuk tidak jelas, setelah acara itu berakhir. Bahkan Alby tanpa berpikir panjang meminta pada semua orang, agar pernikahan yang seharusnya di laksanakan lima hari lagi dimajukan menjadi hari ini.
Mendengar permintaan Alby yang terkesan mendadak dan memaksa itu membuat Nadia -bunda Alby- sedikit heran. Pasalnya sejak awal Alby memang tidak berminat dengan perjodohan ini, tetapi dengan tiba-tiba Dia meminta agar di percepat. Sebenarnya Nadia merasa curiga pada putranya, apalagi melihat Alby yang mengatakan hal itu dengan nada penuh emosi yang terpendam.
Namun hingga saat ini Nadia belum bisa memastikan hal itu, karena sangat sulit sekali menebak isi hati putranya yang satu itu. Di tambah dengan Alby yang terus saja mengucapkan kalimat untuk meyakinkan bundanya, meski Nadia juga tau ada sorot berbeda di dalam matanya. Dan kini hanya Do'a yang dapat Nadia panjatkan, semoga apa yang di pikirkan olehnya itu tidak nyata dan rumah tangga anaknya bahagia.
Waktu terus berlalu dan kini hanya tinggal menunggu beberapa jam lagi sebelum acara akad nikah itu di mulai. Pernikahan Alby dan Marissa akan di laksanakan tepat jam sebelas siang untuk akadnya dan di lanjutkan dengan resepsi pernikahan pada malam harinya.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi dan Alby masih tetap termenung di kamarnya. Entah apa yang di pikirkannya saat ini, tapi semuanya terasa begitu menyesakkan baginya.
Cklek
Terdengar suara pintu kamarnya yang di buka pelan, menampilkan sosok wanita paruh baya yang begitu di sayang Alby. Wanita yang tak lain adalah Nadia tengah menatap putra sulungnya itu dengan tatapan horornya. Sedangkan Alby yang merasa di tatap oleh ibunya hanya mengernyit heran.
"Apa yang Kamu lakukan, Iel?" tanya Nadia geram.
"Memangnya Iel kenapa, Bund?"
"Kamu bilang kenapa? Kamu sadar nggak sih, sekarang sudah jam berapa dan Apa ini?" geram Nadia melihat penampilan putranya yang acak-acakan.
"Ya Allah, Bunda nggak tau mau bilang apa lagi sama Kamu. Iel, ini sudah jam sembilan dan Kamu masih belum siap-siap ... yang benar saja."
"Memangnya kenapa, Bund. Masih ada dua jam lagi, dan lagian juga gadis itu masih harus berangkat dan bersiap diri dari rumahnya."
"Marissa, Iel ... Marissa. Bukan gadis itu."
"Iya Bunda, itu maksudnya."
Nadia lagi-lagi menghela nafas panjang, berusaha mengontrol emosinya. Sungguh Dia tidak tau bagaimana cara menghadapi putra sulungnya. Dia pikir setelah putranya mengajukan permintaan waktu itu, sikapya itu akan berubah. Tetapi nyatanya sikap itu telah mendarah daging.
"Oke, terserah Kamu. Bunda nggak mau tau ya, pokoknya Bunda tunggu setengah jam di bawah dan Kamu harus sudah siap."
"Hmm."
"Alby Fakhriel...!!"
"Iya, Bunda. Iya." jawab Alby.
Setengah jam memang waktu yang di minta oleh Nadia pada Alby, tetapi nyatanya Alby baru turun setelah satu jam berlalu. Tentu saja sikap Alby itu membuat Nadia semakin geram, tapi segala emosi dan amarah harus di tahan terlebih dahulu. Mengingat waktu yang semakin mepet dan mereka harus sampai di hotel tempat acara pernikahan Alby di laksanakan dalam waktu kurang dari sejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
SpiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...