Penantian Terindah #34

603 41 2
                                    

Masalah, ujian dan cobaan adalah salah satu tanda jika Tuhan memuliakan dan sayang pada kita.

🍁🍁🍁

Kehidupan Aulia kini telah kembali seperti sedia kala, bahkan lebih baik lagi. Karena kini Dia di kelilingi oleh keluarga yang begitu menyayanginya. Tetapi tanpa mereka sadari, kini hati Aulia justru tengah tidak baik-baik saja. Hanya El, yang notabenenya merupakan kakak sepupu Aulia, justru merasakan ada keanehan pada sikap adik sepupunya itu.

Memang sulit untuk membuat Aulia menceritakan segala masalahnya, karena Aulia merupakan gadis yang tertutup. Tapi bukan El namanya jika tidak bisa mengetahui masalah yang di sembunyikan oleh Aulia. Namun, bukan rasa lega yang di rasa El setelah mengetahui hal yang di sembunyikan adiknya itu. Melainkan sebuah rasa terkejut, sedih, kagum dan jengkel secara bersamaan telah di rasakan olehnya.

Bagaimana tidak merasa jengkel, jika kalian tahu seseorang tengah berjuang demi kebahagiaan orang lain, bahkan dia sendiri jauh dari kata baik. Sedangkan orang yang ingin Dia lihat dan harapkan bahagia tidak mengetahui hal itu sama sekali.

"Kamu gila, Dek! Kamu menyembunyikan hal besar itu dari semua orang." marah El saat baru saja mengetahui masalah Aulia.

"Lia hanya nggak mau menjadi penghalang kebahagiaan mereka dan buat semua orang khawatir, Mas." kata Aulia waktu itu.

"Tapi bukan begini caranya, Dek. Tolong kamu coba fikirkan perasaan mereka yang peduli sama kamu juga." kata El lagi.

"Mas El, jangan khawatir. Lia kan dulu juga pernah menderita sakit ini. Jadi kali ini Lia pasti juga bisa sembuh." kata Aulia sambil tersenyum.

"Kamu tahu, Dek. Penyakit leukemia itu bukan penyakit sembarangan." kata El yang sudah tidak tahan.

"Aku tahu, Mas. Aku hanya nggak mau membuat mereka khawatir, dan jika usiaku tidak lama lagi, setidaknya aku pergi dengan bahagia." kata Aulia waktu itu yang membuat El menangis.

Seperti yang terjadi saat ini, seluruh keluarga mumtaza tengah berkumpul di cafe yang di miliki oleh Fajar. Kebahagiaan tengah jelas sekali terpancar di wajah mereka, kecuali El yang menahan rasa kesalnya saat melihat Aulia yang tengah tersenyum pada semua orang, seakan-akan semua baik-baik saja. Padahal El tahu di balik semua senyumnya, Aulia tengah menyembunyikan rasa sakitnya.

"Dek, kamu baik-baik saja kan? Kamu sakit?" kata Alyn tiba-tiba, mengubah fokus semua orang.

"Ehh, masak sih mbak. Nggak kog, aku baik-baik saja." jawab Aulia.

"Tapi wajah kamu pucat banget loh, Dek." kata Alyn lagi.

"Ah, masak sih, perasaan mbak Alyn saja kali. Mungkin karena aku nggak pake make up kali, anaknya Umma yang paling putih kan aku. Hehe..." kata Aulia sambil tertawa, berusaha meyakinkan kakaknya.

"Iya juga sih. Tapi kalo ada apa-apa kamu harus bilang loh, awas aja kalau kamu sampek nggak bilang." ancam Alyn, membuat Aulia terkekeh.

"Siap kakakku, sayang."

Alyn kemudian kembali bermain dengan anak dan keponakannya, sedangkan Aulia masih berusaha mati-matian menahan rasa pusing di kepalanya. Tetapi dia juga tidak bisa pergi begitu saja dari sana, dan membuat semua orang khawatir. Hingga sebuah panggilan masuk di ponselnya menyelamatkannya dan Aulia segera bangkit sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan telefon dari dokter kepercayaannya.

"Umma, Abi, semuanya. Maaf ya, nggak bisa ikut sampai akhir, soalnya tadi sekretaris Lia telepon, katanya ada yang mau ketemu sama Lia." kata Lia berusaha agar tidak di curigai.

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang