Penantian Terindah #16

703 46 2
                                    

Rasa sakit telah mengajarkan padaku betapa pentingnya arti sebuah kebersamaan.

🌅🌅🌅

Hati ini kembali teriris kala teringat oleh tangis dan kesedihan dari keluarga korban kecelakaan itu. Tapi apalah dayaku yang hanya seorang hamba ini, sedangkan Allah Maha Penggenggam jiwa.

Lamunanku terpecah saat kurasakan getaran di tas selempangku.

Nadia is Calling...

Aku segera menghapus air mataku sebelum mengangkatnya.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam, Li, ada kabar gembira."

"Apa?"

"Kita dapat sumbangan donasi untuk korban kecelakaan kemarin, dari Fahreza Corp."

"Kamu serius ?"

"Dua rius."

"Alhamdulillah, syukur deh kalo gitu."

"Oh iya, kamu tau nggak Li. Ternyata CEO Fahreza Corp itu ramah banget, nggak seperti yang kamu bilang tadi."

'Iya karena yang kamu temui tadi bukan pak Alby tapi sekretarisnya.' batinku.

"Halo, Li. Kamu masih disana ?"

"Eh, iya. Maaf ya Na, aku tutup dulu. Rumah sakit sudah dekat soalnya. Assalamualaikum."

Aku segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Aku tak mau membahas tentang kak Fian lagi. Karena hal itu akan membuatku semakin merasa bersalah.

Akhirnya hati ini terasa lega, karena kunjunganku ke rumah sakit kali ini mendapatkan respon baik dari keluarga korban. Jujur sebenarnya aku sangat merasa bersalah atas kejadian yang menimpa para jama'ah. Tapi semuanya telah menjadi ketetapan dari-Nya, dan dari semua kejadian ini aku telah mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga.

"Saya harap kondisi bapak lekas membaik. Jadi lusa dapat di bawa pulang."

"Baiklah kalo begitu, terima kasih banyak, Dok."

Aku segera menghapus air mataku saat melihat dokter keluar dari ruang rawat itu.

"Ehh, nak Aulia? Kamu ada di sini."

"Assalamualaikum, tante Nadia."

"Wa'alaikum salam, kok tante lagi sih manggilnya."

"Eh, iya, maaf Lia lupa."

Aku semakin merasa bersalah saat melihat tante Nadia. Di saat banyak orang yang menuntut pihak travel akan kecelakaan ini, tapi tante Nadia justru mengeluarkan senyumnya.

"Aulia sayang, ko kamu menangis?"

"Tante, maafin Lia. Gara-gara kecelakaan itu tante dan om harus merasakan sakit ini."

"Sayang, kamu nggak salah ko. Semua yang telah terjadi ini adalah murni kecelakaan. Justru bunda yang harusnya berterimakasih sama kamu, karena kamu sudah menyelamatkan suami bunda."

Aku benar-benar tidak menyangka jika seorang bapak yang aku tolong waktu itu adalah om Azzam, suami dari tante Nadia. Entah aku yang tidak terlalu memperhatikan atau bagaimana, tapi aku benar-benar terkejut saat mengetahui hal itu.

"Oh iya, bagaimana keadaan om Azzam saat ini."

"Tadi dokter bilang kondisinya sudah semakin membaik. Mungkin lusa kita bisa pulang."

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang