وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)🌾🌾🌾
Pernikahan Fajar dan Alyn hanya tinggal menghitung hari. Tetapi, siapa yang bisa menduga akan datangnya sebuah musibah. Di waktu yang hanya menghitung hari ini, seluruh keluarga Lia harus terbang ke Surabaya setelah mendapat kabar jika kakek Lia menjadi salah satu korban di sebuah pesawat.
Kabar duka itu telah mengguncang pertahanan yang telah Lia bangun selama ini. Biar bagaimana pun juga Lia telah menganggap kakeknya adalah pahlawan kedua setelah abinya, karena sejak kecil dia tinggal bersama kakeknya dan dari ketiga saudaranya hanya Lia lah yang paling dekat dengan kakeknya.
Sejak setelah pemakaman kakeknya Lia hanya berdiam diri di kamarnya. Sudah empat hari Lia berada di kamar yang telah menyimpan banyak kenangan bersama kakeknya di dalamnya. Dia hanya akan keluar untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah saja. Bahkan keluarganya telah kembali ke Jakarta sejak dua hari yang lalu karena harus mengurus acara pernikahan kakaknya.
Lia sengaja tidak ikut kembali ke Jakarta. Bukan maksud untuk menghindar dari kenyataan, tapi musibah itu telah membuatnya begitu terpukul. Lia juga telah rela membatalkan tes seleksi beasiswanya di London yang di laksanakan dua hari lagi, yaitu tepat di hari pernikahan kakaknya. Sebenarnya ini adalah satu-satunya kesempatan baik baginya, tapi dia tidak bisa pergi di saat dia kacau seperti ini.
Lia sebenarnya tak tega melihat uminya yang memohon agar dia turut pulang ke Jakarta untuk menyaksikan proses pernikahan kakaknya. Tapi Lia benar-benar tak bisa, karena hatinya telah hancur, di tambah lagi dengan kepergian kakeknya membuatnya begitu terpukul. Tangis Aulia pecah kembali di saat mengingat sikapnya yang telah tanpa sengaja telah menyakiti perasaan uminya.
Flashback
Lia duduk dengan tatapan kosong di kursi ruang keluarga yang biasa di tempati oleh kakeknya. Dia tengah berusaha untuk mengikhlaskan kepergian kakeknya, namun setiap kenangan yang muncul membuatnya sedih. Melihat keadaan Lia yang begitu buruk, membuat siapa saja tak tega. Namun tak ada satu pun yang bisa menghibur dan membujuknya. Hingga tiba saat uminya memberi tau jika besok sore mereka harus kembali ke Jakarta.
"Lia, sayang, kamu yang sabar ya. Jangan biarkan kesedihanmu itu membuat kakek tak tenang di alam sana." kata Asma, umi Lia sambil mengusap sayang wajah anak bungsunya.
Lia yang merasakan usapan lembut itu menatap uminya dalam diam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Lia telah kehabisan kata-kata, kini hanya air mata yang keluar, dan itu telah menggambarkan seberapa dalam luka dan hancurnya hati Lia.
"Sayang, umi mohon kamu jangan berlarut dalam kesedihan ini. Umi tau kamu begitu terpukul, tapi itu bukan alasan untukmu berhenti." kata umi Lia sambil menahan isakannya.
"Jadi, umi mohon dengan sangat sama kamu. Kamu mau kan ikut kembali ke Jakarta besok dan ikut membantu proses pernikahan kakak kamu." kata umi Lia sambil menggenggam tangannya sayang.
Sedangkan Lia yang mendengar itu justru mengalihkan pandangannya, air matanya kini begitu deras mengalir. Lia semakin terisak jika mengingat semua kejadian yang menimpanya saat ini. Di saat dia mulai menerima takdirnya, Allah justru mengambil orang yang paling dia sayangi. Kini dia tak yakin akan kuat melihat semua yang akan terjadi jika dia ikut pulang ke Jakarta. Karena yang dia butuhkan saat ini adalah sebuah ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
EspiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...