Penantian Terindah #40

1.2K 46 0
                                    

Hidup adalah kumpulan masalah yang harus di selesaikan.

🐾🐾🐾

Sudah terhitung hampir tiga bulan berlalu, tetapi kondisi Alby bukannya semakin membaik, justru semakin menurun. Bahkan Dia tidak peduli lagi dengan penampilannya yang acak-acakan dan hari ini adalah puncak dari segalanya.

Sudah sejak dua hari yang lalu Alby tidak pernah pulang ke rumah, hanya dengan alasan pekerjaan yang banyak. Bahkan Dia juga jarang sekali beranjak dari ruangannya untuk sekedar membeli makanan, sehingga hari ini Dia pulang ke rumah pada jam 3 dini hari dalam keadaan yang sangat buruk.

Alby membuka pintu utama dengan perlahan, karena takut mengganggu keluarganya yang masih tidur. Akan tetapi, baru saja Dia berjalan sampai ruang tamu tubuhnya sudah tidak dapat di ajak kompromi. Kepalanya yang akhir-akhir ini sering terasa pusing, semakin bertambah sakit dan hal terakhir yang Dia dengar adalah suara langkah kaki serta teriakan panik Bundanya.

***

Secercah sinar Matahari menerobos masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa hitam putih, melalui sela-sela tirai yang melambai tertiup angin. Hangatnya Sang Surya di pagi hari perlahan merambat kedalam kamar dan mengusik seseorang yang tengah terbaring di atas ranjangnya. Alby yang merasa terusik, melihat kearah jendela dan melihat kehadiran sosok seorang gadis yang selalu menghantui pikirannya selama hampir tiga bulan tengah menyingkap tirai jendela di kamarnya.

Dia sungguh tidak percaya, bahkan pandangannya tidak lepas dari sosok gadis yang kini telah tersenyum manis kepadanya. Sedangkan Alby yang sudah tidak bisa menahan rasa rindunya segera bangkit untuk menghampiri sosok gadis cantik tersebut. Namun, baru saja Dia hendak melangkahkan kakinya, tubuhnya yang lemah tidak dapat menopang berat badannya dan pusing di kepalanya yang menyerang kembali membuatnya terjatuh.

"Ya Allah, Iel. Kamu nggak papa, Nak." kata Nadia panik.

"Bunda?"

"Iya sayang, ini Bunda. Ada Kamu inginkan, Nak? biar Bunda ambilkan." tanya Nadia yang melihat wajah pucat putranya.

"Dimana Dia, Bund?" kata Alby sambil celingukan.

"Dia siapa maksud Kamu, Iel? Sejak tadi Bunda ada disini, tidak melihat siapa pun."

Sadar akan apa yang di perbuatnya membuat Alby mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Astaghfirullah..."

"Ada apa, Iel? Kamu bisa cerita sama, Bunda, Nak." kata Nadia sambil mengusap sayang kepala putranya.

Alby yang masih berada di sebelah ranjang beringsut ke arah Nadia dan memeluk kaki Bundanya sambil menyandarkan kepala di pangkuan Bundanya yang memang tengah duduk di tepi ranjang. Sedangkan Nadia yang melihat tingkah putra sulungnya yang sangat mirip dengan suaminya itu, dengan senang hati mengusap kepala putranya sambil sesekali memberikan pijatan lembut sebagai pereda rasa pusingnya.

"Maafkan Iel, Bunda. Iel ... belum bisa melupakannya. Dia, sangat sulit hilang dari pikiran dan hidup Iel dan tadi ... Iel melihat Dia berdiri di sebelah jendela." kata Alby menyesal.

Sedangkan Nadia yang mengerti arah pembicaraan putranya, hanya tersenyum sambil terus mengusap kepala putranya yang berada di pangkuannya.

"Iel tau ini salah. Seharusnya Iel tidak boleh bersikap seperti ini dan harus mengikhlaskannya. Huft ... baiklah, Iel janji, setelah ini akan belajar untuk mengikhlaskannya."

"Bunda tau dan Kamu juga tak harus memaksakannya, Nak." kata Nadia sambil tersenyum misterius.

Sedangkan Alby yang merasa aneh dengan ucapan Bundanya, segera mendongak dan menatap intens Bundanya.

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang