Ketika roda dunia terus berputar dan kau masih berada di atas.
👣👣👣
"... Dan untuk teman masa kecilmu. Bunda berdo'a, semoga Allah memberi jalan yang terbaik untuk kalian berdua."
DEG
Alby menatap bundanya bingung, tak mengerti maksud dari perkataan bundanya.
"Maksud, Bunda ?"
Alby masih kebingungan, sedangkan Nadia hanya tersenyum ke arah putranya sebelum beranjak pergi.
***
Waktu terus berjalan memakan segala hal yang di laluinya. Baik itu kebahagiaan maupun kesedihan. Semua memiliki batas dan akan berakhir saat waktu itu telah berlalu.
Alby bersyukur, akhirnya keadaan kantornya bisa kembali seperti semula. Bahkan Alfian -adik Alby- yang sempat merajuk dan ingin pindah ke kantor cabang, akhirnya mau kembali ke kantor pusat Fahreza Corp. Meskipun masih terjadi perang dingin antara kedua saudara tersebut, mereka tidak sampai bermusuhan. Bukan mereka sebenarnya, lebih tepatnya Alfian yang masih bersikap dingin pada kakaknya karena sebuah alasan yang tidak di ketahui oleh Alby.
Tumpukan berkas di meja kerja Alby hari ini begitu membuat pusing. Bahkan kini Alby sudah begitu frustrasi, karena sejak beberapa hari yang lalu selalu di sibukkan oleh permasalahan dan laporan tentang perkembangan perusahaan. Bahkan Alby tidak memberikan akses pada siapa pun untuk masuk ke dalam ruangannya dan mengganggunya.
Tok tok tok
"Masuk !" kata Alby, sambil mempertahankan posisi malasnya karena sudah merasa lelah dengan tumpukan berkas. Di tambah lagi Dia juga sudah merasa jengah dengan sikap sekretarisnya. Karena hanya sekretarisnya saja yang masih berani masuk ruangannya meskipun dia sudah melarangnya dengan keras.
"Oh, jadi begitu sambutan kamu pada Bunda yang jauh-jauh datang dari rumah ke kantor." kata Nadia pada putra sulungnya.
Sedangkan Alby yang mendengar suara Bundanya begitu terkejut, sembari bangkit dari tempat duduknya, lalu menghampiri Bunda tersayangnya.
"Eh, Bunda kog ada di sini ?"
"Memang Bunda tidak boleh datang ke kantor dan menjenguk kedua putra Bunda yang sudah lupa rumah ?" tanya balik Nadia dengan pandangan mengintimidasi.
"B_bukan begitu, Bunda. T_tapi ya, tumben aja Bunda datang ke kantor." kata Alby salah tingkah karena tatapan dari Bundanya, yang seakan ingin mengulitinya.
"Oh iya, Bunda tadi berangkat kesini bersama siapa ?" tanya Alby berusaha mencairkan suasana, sesaat setelah mereka berdua duduk di sofa ruangan Alby.
"Bunda tadi berangkat sama, Ayah." kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruangan Alby, di ikuti oleh seorang pria muda di belakangnya.
"Ayah ?" kata Alby kebingungan, karena setau Alby hari ini adalah jadwal ayahnya untuk cek up.
Belum hilang rasa bingungnya, kini Alby di buat heran dengan tingkah Alfian -adiknya- yang berbeda dari sebelumnya. Bahkan terlihat lebih hangat dari beberapa hari yang lalu.
"Jadi, Ian, kedatangan kita kesini adalah ingin membahas tentang acara nanti malam." kata Ayah Alby serius.
"Memangnya ada acara apa nanti malam, Yah ?" tanya Alby heran, karena seingatnya beberapa hari ini dia maupun keluarganya tidak sedang memiliki janji dengan seseorang atau mengadakan acara apapun.
"Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan keluarga besar om Hasan. Ayah harap kamu kali ini ikut ke acara tersebut." kata Azzam penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
SpiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...