Chapter 22 - Serigala part 2

5.4K 286 6
                                    

Suprapto dan kawan-kawannya terdiam.

Umar mengedarkan pandangannya kepada semua orang yang ada di ruangan sebelum akhirnya meneruskan kembali briefingnya, “mereka kami namakan sebagai serigala petarung, berbeda dengan serigala biasa yang berisi para penjahat kelas berat. Serigala petarung lebih berbahaya.”

“Serigala biasa hanya memiliki mental state untuk memangsa korbannya tanpa disertai kemampuan yang menunjang untuk itu. Sedangkan serigala petarung memang dilatih dan dididik untuk menjadi mesin pembunuh."

"Mereka bisa menghabisi orang biasa tanpa basic beladiri dalam hitungan detik atau menit.”

“Para psikopat pembunuh, para serigala biasa itu, tidak dapat mengendalikan intent mereka sebagai seorang predator. Kalian mungkin lebih familiar dengan istilah aura untuk yang kami sebut intent."

"Itulah kenapa saat kalian berhadapan langsung dengan para pembunuh terkadang kalian merasa takut tanpa alasan yang kalian pahami.”

“Serigala petarung berbeda, mereka terlatih untuk menyembunyikan aura mereka. Dalam kondisi biasa, mereka tak ubahnya seperti orang biasa, tapi saat dibutuhkan, mereka akan berubah menjadi mesin pembunuh yang efektif dan efisien.”

Umar diam sebentar menunggu reaksi dari orang-orang yang ada di hadapannya.

“Itu gambaran umum tentang serigala, berikutnya adalah informasi yang paling penting untuk kalian ketahui,” lanjut Umar.

“Untuk serigala biasa, tugas kalianlah untuk menangkapnya, mereka tidak mempunyai tingkat ancaman yang membahayakan bagi kalian.”

“Untuk serigala petarung, mereka dibedakan menjadi dua. Lone wolf, serigala penyendiri, dan wolf pack, kawanan serigala. Untuk serigala penyendiri, kalian tidak dianjurkan untuk menghadapinya sendirian."

"Usahakan menggunakan tim terlatih dengan persenjataan yang lengkap. Dengan begitu akan ada kemungkinan kalian bisa melumpuhkannya.”

“Untuk kawanan serigala petarung, never engaged at any cost, jangan pernah berhadapan dengan mereka. Cuma satu solusinya. Lari.”

“Maksud Bapak, di luar sana, ada sekumpulan orang yang terlatih untuk membunuh dan berkeliaran dengan bebas?” tanya salah seorang kawan Suprapto dengan suara bergetar.

Umar memicingkan matanya ke arah kawan Suprapto yang bertanya, “apakah fakta ini susah kalian terima?”

“Mereka bukan hanya ada, tapi dalam jumlah banyak dan terbagi menjadi banyak kawanan terpisah."

"Perguruan beladiri, apapun namanya, karate, silat, taekwondo dan lain lain. Saat mereka masuk ke jenjang tertinggi dari alirannya, mereka sudah dikategorikan sebagai serigala petarung.”

“Gangster, mafia bahkan geng motor, masing-masing kelompok punya sekumpulan elit petarung yang juga masuk nominasi sebagai serigala petarung. Tapi jumlah mereka tak sebanyak dari kawanan beladiri.”

“Dan yang terbanyak adalah kelompok berbasis keagamaan,” Umar berhenti sebentar.

“Kelompok agama masing-masing juga melatih tim elit mereka, tapi tentu saja mereka tidak menggunakan istilah serigala."

"Yang terbesar tentu saja dari faksi agama Islam.” kata Umar.

“Mereka punya sejarah panjang untuk masalah ini. Bahkan sejak sebelum negara kita berdiri. Saat perjuangan kemerdekaan pun, mereka punya tentara yang terpisah dari basis komando kita.”

“Sampai saat ini mereka tetap meneruskan tradisi lama melatih para serigala petarungnya.”

“Tapi, kita sama sekali tidak pernah melihat eksistensi mereka,” jawab seorang calon perwira polisi entah siapa.

“Karena keberadaan mereka ditutupi oleh pemerintah. Dengan tujuan menghindari kepanikan masyarakat umum. Jangankan rakyat biasa, kalian para calon petinggi polisi pun tidak bisa menerima fakta ini,” balas Umar.

“Poso, Ambon, Sampit. Adakah salah satu diantara kalian yang menjadi saksi mata di lokasi saat terjadi kerusuhan?” tanya Umar yang disambut oleh keheningan.

“Itu semua medan perang para serigala petarung antar kelompok agama. Mujahidin, Kelelawar Hitam dan banyak nama-nama lain yang mereka gunakan. Tapi intinya satu, mereka kawanan serigala petarung yang terlatih. Dan mereka berhenti berperang saat pemerintah campur tangan.”

“Kalau begitu, kenapa Pemerintah diam saja? Bukankah sebaiknya kita turun tangan membasmi mereka?”

“Karena Pemerintah bisa menggunakan mereka di saat membutuhkan,” jawab Umar pendek.

“Dan kalian tidak perlu sekuatir itu. Kawanan terbesar serigala petarung tetap dimiliki oleh Pemerintah."

"Kami-kami ini. Pasukan elit dari berbagai kesatuan."

"Tapi ingat pesanku di awal tadi. Jangan pernah mencari masalah dengan kawanan serigala petarung.”

“Hanya kawanan serigala petarung yang bisa berhadapan dengan kawanan lainnya. Kalian, tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup di depan mereka.”

Umar menarik nafas sebentar sebelum melanjutkan, “yang terakhir, saya akan mendemonstrasikan aura yang dimiliki oleh seorang serigala petarung yang sudah diinisiasi, itu artinya seekor serigala petarung yang benar-benar pernah membunuh dengan kedua tangannya.”

Suprapto dan kawan-kawannya terdiam dan tanpa berkedip memperhatikan lelaki berpakaian militer dan mengaku bernama Umar itu. Sedangkan Umar sendiri menutup matanya dan menarik nafas panjang.

Umar kemudian membuka matanya dan tiba-tiba saja, semua calon perwira polisi yang ada diruangan itu merasakan tekanan yang berasal dari Umar.

Ada sesuatu yang memancar dari arah Umar yang membuat mereka merasakan ketakutan yang luar biasa.

Mereka merasa seolah-olah sedang berhadapan dengan binatang buas, seekor harimau, yang siap menerkam mereka. Sebagian dari kawan Suprapto bahkan ada yang langsung pingsan tak sadarkan diri. Sebagian yang lain terkencing-kencing di celananya.

Suprapto sendiri merasakan lututnya gemetar dan dia ingin melarikan diri keluar ruangan sesegera mungkin. Dia merasa menjadi seekor domba yang sedang berhadapan dengan pemangsanya.

Suprapto selalu merasa kalau dia adalah seorang pemberani. Dia sering berkelahi saat masih sekolah dulu dan bahkan cukup punya nama di tempat asalnya.

Tapi saat ini, di hadapan Umar, dia bukanlah siapa-siapa. Tak lebih dari seekor domba di hadapan serigala.

Dan tiba-tiba tekanan itu menghilang dari tubuh Umar. Suprapto langsung jatuh dengan posisi merangkak ke lantai. Napasnya terengah-engah dan keringat membasahi seluruh tubuhnya.

Umar tersenyum dan meninggalkan ruangan.

=====

“Aku harap bocah itu bukan serigala petarung yang sedang dalam masa latihannya,” gumam Suprapto kepada dirinya sendiri.

Suprapto kemudian memanggil salah satu anak buahnya dan meminta dia memeriksa identitas pak tua yang diserang Saud. Bagi Suprapto, mencari tahu identitas seseorang di Sukolilo bukan perkara susah. Ini hanya kota kecamatan kecil di antah berantah.

Tak lama kemudian, anggota Suprapto kembali dengan selembar print out tentang orang yang diinginkan Suprapto. Suprapto kemudian membaca identitas dan latar belakang orang yang ada tertulis di kertas itu.

“Ahmad Hanbali, satu orang istri, satu orang anak, satu anak angkat. Jebolan salah satu ponpes tertua di Pasuruan yang sudah didirikan berpuluh-puluh tahun sebelum Indonesia merdeka."

"Mungkin ini saatnya aku mengunjungi dia ke RSUD,” gumam Suprapto setelah membaca kertas ditangannya.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang