Chapter 17 - Balas Dendam (Saud) part 2

6K 279 15
                                    

Munding cuma terdiam dan mengambil posisi siaga, setelah melakukan tendangan tadi, Munding merasakan kalau rasa sesak di dadanya mulai berkurang sedikit. Seperti mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dari tubuhnya.

Munding mengepalkan kedua tangannya, tangan kanannya diangkat sejajar dengan kepala dan tangan kirinya setengah diulurkan ke depan kearah Saud. Kaki Munding memasang kuda-kuda belakang dengan kaki kanan sebagai tumpuan.

"Hooooooooooo, kuda-kuda apa itu Bocah? Wushu, Karate, Silat? Aku belum pernah lihat yang seperti punyamu. Biar kutunjukkan samamu kalau di jalanan itu lebih keras daripada di dojomu," kata Saud sambil mulai melompat-lompat ritmik dengan kedua kakinya.

'Taekwondo?' batin Munding dalam hati.

Tap tap... Tap tap.. Tap tap..

Suara ritmik loncatan kaki Saud di lantai paving pasar Sukolilo terdengar. Munding pernah melihat anak-anak yang berlatih Taekwondo. Dia tahu kalau loncatan ritmik mereka itu digunakan untuk menutupi awalan dari tendangan cepat khas beladiri itu.

Tapi yang dulu Munding lihat saat mereka berlatih adalah loncatan ritmik tanpa henti. Sedang kan Saud, mengubahnya dengan ritmik dua-dua diiringi jeda waktu dan dibantu oleh gerakan tipuan dari bagian pinggang ke atas.

Tap tap ... Tap

Secepat kilat Saud melayangkan tendangannya ke arah kepala dengan kaki kanannya. Cuma satu kata yang terlintas di pikiran Munding saat itu.

Cepat.

Tendangan Saud sangat cepat sampai Munding pun tidak bisa melihat dengan jelas kaki Saud yang melakukan tendangan. Secara reflek, Munding menarik tangan kirinya dan melakukan tangkisan luar setinggi kepala dengan tangan kiri. Munding mengencangkan otot tubuhnya dan otot lengan kirinya.

Duakkkkk.

Munding merasakan tendangan keras di lengan tangan kirinya dan tangannya terasa kebas dan mati rasa. Tetapi belum sempat Munding melakukan serangan balasan, posisi tubuh Saud tiba-tiba berputar di udara meskipun kaki kanannya belum turun sempurna dari posisi tendangan pertama tadi.

Buuuuaaaaaaakkkkkkkk.

Munding terlempar kebelakang dan terjatuh setelah terkena tendangan telak ke ulu hatinya. Untung saja Munding tadi sudah mengencangkan seluruh otot tubuh dan lengan kirinya saat tendangan pertama tadi.

Munding tidak bisa membayangkan akibatnya jika dia menerima tendangan barusan dalam keadaan biasa.

"Woowwwwww, kau memang tangguh Bocah. Kuakui itu. Dollyo chagi-ku bisa mematahkan papan kayu tapi lengan kirimu bisa menangkisnya sempurna. Orang lain mungkin juga langsung muntah darah kalau terkena dolke chagi-ku. Tapi keliatannya kau baik-baik saja," kata Saud.

Keenam kawan Saud yang tadi mengambil posisi siaga di sekeliling mereka juga mulai menurunkan kuda-kuda mereka, keliatannya kali ini juga sama seperti sebelumnya.

Hanya bocah ingusan yang cari gara-gara setelah berlatih satu atau dua gerakan dari perguruannya.

Napas Munding tersengal-sengal. Dia bersyukur dengan latihan keras yang diberikan oleh Pak Yai. Selain tulang kering di kaki, Pak Yai juga akhirnya menyuruh Munding melakukan hal yang sama untuk lengannya.

Digerus dengan batang bambu.

Alasan Pak Yai sederhana 'biar tulangmu kuat' dan itu menambah daftar siksaan bagi Munding kecil.

Latihan itu meningkat lagi ketika Munding menginjak usia SMA. Pak Yai menyuruh Munding untuk mengeraskan seluruh otot tubuhnya dan menggunakan kedua tangan Munding untuk melindungi kepalanya.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang