Chapter 25 - Ketemu lagi

5.3K 293 7
                                    

Beberapa hari berikutnya Pak Yai sudah diijinkan pulang dari rumah sakit. Kehidupan Munding dan Nurul pun kembali seperti semula. Nurul juga terlihat uring-uringan.

Sejak mereka melakukannya untuk yang pertama kali, mereka tidak pernah punya kesempatan untuk mengulanginya lagi.

Bu Nyai dengan ketat memperhatikan Nurul dan tidak memberikan Nurul kesempatan untuk berduaan saja dengan Munding. Dan itulah yang membuat Nurul uring-uringan.

Sama seperti biasanya, Munding menunggu Nurul pulang di depan gerbang sekolah Nurul. Tak lama kemudian gadis manis berjilbab itu dengan cepat berlari meninggalkan kawan-kawannya dan menuju kearah Munding.

“Mas ...” panggil Nurul mesra.

“Yuk,” kata Munding sambil memberikan helm yang diterima oleh Nurul dengan senyuman manis.

“Eh, bentar lagi kan Nurul mau lulus SMP, Nurul mau nerusin kemana?” tanya Munding sambil menyalakan motor.

“Kok pake nanya sih Mas? Ya jelas nyusul Mas Munding to,” jawab Nurul, “Mas nggak mau satu sekolahan sama Nurul ya? Takut ketahuan kalau punya cewek?”

“Ya Allah dek. Kapan sih Mas punya waktu nyari cewek, Nurul kan tahu banget jadwal Mas kaya mana. Mungkin kalau bisa, Bapak maunya Mas nggak usah sekolah aja, latihan terus,” sungut Munding yang disambut tertawa kecil oleh Nurul.

Memang benar kata Munding, entah kenapa, setelah Pak Yai pulang dari RSUD, menu latihan Munding hampir 2x lipat dari sebelumnya. Yang sebelumnya menggerus lengan dan kaki dengan bambu sebanyak 100x sekarang dijadiin 150x apalagi kata Pak Yai, nanti kalau sakitnya dah berkurang, bakalan dinaikkin lagi.

Belum lagi latihan fisiknya, jumlah push up, sit up dan lain lain dinaikkin juga sama Pak Yai. Yang biasanya ngisi air cuma di Mushola sama rumah Nurul doang, sekarang punya tetangganya juga harus diisiin.

Padahal sudah sejak dua tahun lalu rumah Pak Yai dan tetangga-tetangganya dipasangi aliran PDAM. Lha buat apa juga masih nyuruh Munding nimba air buat ngisiin baknya?

Munding kemudian menyalakan motornya dan bersiap-siap untuk pulang. Nurul masih duduk biasa diatas boncengan jok motor. Nanti kalau sudah agak jauh dari sekolahan, barulah Nurul nemplok kayak perangko ke punggung Munding.

Malu sama temen-temen, kata Nurul waktu ditanya Munding.

Tiba-tiba Munding melihat sesosok gadis cantik berdiri di sebelah mobil merah di pinggir jalan. Gadis itu berkulit putih dan berambut lurus. Kalau dilihat secara sekilas mirip dengan gadis-gadis berdarah chinese, tapi matanya tidak sesipit itu.

Gadis itu juga terlihat jauh lebih dewasa dibandingkan Munding maupun Nurul, meskipun dia masih memakai seragam abu-abu tetapi area kewanitaannya benar-benar sudah tumbuh sempurna. Payudara yang sekal dan menantang, pinggang yang ramping dan pantat yang enak dipandang.

Dan entah kenapa, Munding merasa agak familiar dengan wajah itu.

Ketika Munding melihat ke arahnya, si gadis cantik itu tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Munding. Munding kaget, sejak kapan aku punya kenalan cewek cantik dan kaya seperti itu? batin Munding dalam hati.

Nurul yang penasaran kenapa motor mereka tidak bergerak meskipun mesin sudah dinyalakan dari tadi, melihat ke arah Munding. Nurul mengikuti arah pandangan mata Munding dan melihat seorang gadis cantik sedang melambai ke arah Munding.

Tiba-tiba dada Nurul terasa sesak dan ada sesuatu yang terasa mengiris iris di sana.

“Mas!!” teriak Nurul, air mata terlihat hampir jatuh dari matanya.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang