Chapter 38 - Tidak Berharga

5K 248 20
                                    

“Aku antar kamu ke rumah ya?” tanya Munding ke Asma yang duduk di belakangnya.

“Asma nggak mau, mau ikut cari Bapak,” jawab Asma pelan sambil memeluk punggung laki-laki di depannya.

Mereka berdua melaju diatas motor Asma melewati jalan aspal yang sempit di tengah-tengah kampung Sukorejo. Mendengar jawaban Asma, Munding menghentikan motornya dan menolehkan kepalanya ke belakang.

“Itu berbahaya. Orang suruhan Karto tidak seperti Joko dan kawan-kawannya. Mereka hidup dengan mengandalkan tangannya untuk berbuat kejahatan, lebih baik aku mengantarmu pulang ke rumah,” kata Munding.

Asma terdiam dan tidak berani membalas tatapan mata Munding, dia cuma menundukkan kepalanya ke bawah. Tapi Asma tetap saja memeluk Munding sambil duduk diatas jok motornya.

“Munding,” kata Asma pelan sambil menarik napas, “tadi yang dibilang Joko itu beneran ya?” tanya Asma.

Munding mengrenyitkan dahi dan menghentikan tangannya yang akan menyalakan motor mereka kembali, “yang mana?”

“Munding beneran sudah punya kekasih di Sumber Rejo?” tanya Asma dengan suara yang bergetar.

Munding menarik napas panjang. Dia harus jujur soal ini, dia juga tidak ingin memberi harapan semu ke Asma.

“Iya,” jawab Munding pendek.

“Tapi, Asma sayang Munding. Dari dulu,” kata Asma pelan dan mata mulai berkaca-kaca.

“Aku sudah ada yang punya. Asma nanti akan dapat yang lebih baik lagi dari aku,” jawab Munding.

“Nggak mungkin,” jawab Asma cepat, “mana ada lagi laki-laki yang berani ngedeketin Asma, setelah apa yang Munding lakukan ke ‘itunya’ Joko,” lanjut Asma dengan muka yang memerah.

Asma menyambungnya lagi dengan cepat, “pokoknya Asma nggak peduli. Asma bakalan nunggu Munding sampai kapanpun.”

“Terserah kamu,” jawab Munding pelan sambil menyalakan motor.

=====

“Assalamualaikum,” teriak Asma dari depan pintu.

“Waalaikumsalam.”

Seorang wanita membuka pintu rumah tersebut dan ketika dia melihat kondisi kaos Asma yang compang camping dan robek disana sini, dia menjerit histeris.

“Ya ampun Asma, apa yang terjadi sama kamu Nduk? Kok bajumu bisa seperti itu?” kata si Ibu tadi dengan wajah panik dan kemudian dia melirik ke arah Munding yang berdiri di belakang Asma.

“Dasar laki-laki bangsat, pasti kamu ya pelakunya?” kata Si Ibu sambil mengayunkan kepalan tangannya ke arah Munding.

“Bukan Bu. Sudah Bu,” kata Asma yang dengan sigap menghalang-halangi Ibunya memukuli Munding yang cuma terdiam.

“Dia Munding Bu. Munding yang sudah nolongin Asma tadi,” kata Asma.

“Munding, ini Ibuku,” kata Asma sambil memperkenalkan Ibunya.

“Kamu? Kamu Munding? Anak si Wage?” tanya Ibunya Asma dengan suara sedikit bergetar aneh.

Munding menganggukkan kepalanya dengan raut muka datar. Dia nggak suka nama Bapaknya disebut orang seperti itu. Apalagi oleh wanita di depannya. Istri Jumali. Bu Carik.

Untuk Asma, mungkin Munding masih bisa memaafkan dia, toh Asma adalah anak yang tidak tahu apa-apa tentang perbuatan kedua orang tuanya. Sedangkan perempuan yang ada didepannya ini, menurut cerita Ayu, adalah wanita yang menyebabkan Sutinah urung menjadi istri Jumali.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang