Chapter 35 - Fight!! part 1

5.1K 261 8
                                    

“Munding.. Lari!!!!” teriak Asma tiba-tiba.

“Diam kau!!” bentak Joko ke arah Asma yang masih terduduk di tanah dan kembali menutupi buah dadanya yang terbuka dengan tangannya.

“Hahahahahahahahahahaha,” Joko tertawa, “Munding, aku lupa memberitahumu, si Asma ini, cewek tercantik di kampung kita, dari dulu suka padamu. Aku sudah mendekatinya berkali-kali tapi dia selalu menolakku. Kau pikir kalau dia mau sama aku, aku perlu pakai cara seperti ini?"

“Entah kenapa, hari ini aku beruntung sekali. Aku bisa memperawani Asma di depanmu. Aku bisa membayangkan betapa malu dan sedihnya Asma nanti. Aku yakin kalau dia akan memilih bunuh diri setelah semua ini berakhir. Iya kan Asma?” tanya Joko kearah Asma.

Asma menggeleng-gelengkan kepalanya dan masih tetap menangis. Dia cuma melihat ke arah Munding dan meminta Munding untuk pergi dari tempat ini, tapi hanya dengan gerakan bibir dan tanpa suara yang keluar dari sana, karena semua yang dikatakan Joko adalah benar.

Munding melihat ke arah Asma dan melihat gadis itu sedang menatapnya. Pandangan mata yang sering dia terima, yang selalu membuatnya bahagia. Pandangan mata yang sama dengan punya Nurul.

Munding mengalihkan matanya kembali ke arah Joko dengan cepat. Dia tidak ingin setelah menyadari perasaan Asma kepada dirinya, hal itu akan membebani Munding dalam melakukan tujuannya. Tujuan yang ingin dia capai selama ini. Membalas dendam untuk kematian Bapaknya.

Karena Asma adalah anak Jumali.

“Joko, apa yang membuatmu berpikir kalau aku cari mati?” tanya Munding diiringi senyuman di bibirnya.

Munding, dengan percaya diri, berdiri di depan Joko dan memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jumpernya, sama saat dia datang pertama kali tadi.

Munding tahu dan yakin, untuk dia yang sekarang ini, Joko dan gengnya sama sekali tidak memberikan ancaman apa-apa.

Tidak ada sedikitpun Munding merasakan ancaman bahaya dari keberadaan mereka.

Joko memberikan isyarat mata kepada lima orang kawannya yang mengelilingi Asma. Kelima orang itu bergerak dengan cepat dan sekarang sudah mengepung Joko dan Munding. Mereka kemudian mengambil posisi siap dan kuda-kuda menyerang.

“Kau ingat Munding? Sama seperti dulu waktu kita SD, sama dan akan selalu berulang, kami menjadikanmu bulan-bulanan dan akhirnya kau akan meringkuk di tanah dan merintih kesakitan,” cibir Joko.

“Ciiiiaaaaaatttttttttt.”

Edi yang kebetulan berdiri di sebelah kiri Munding, berteriak kemudian melayangkan pukulannya ke arah Munding. Munding melirik ke arah Edi dan cuma membatin dalam hati, ‘lupakan soal teknis pukulannya, tapi orang bodoh mana yang berteriak dulu sebelum menyerang? Sekalian saja bilang, siap-siap! aku akan memukulmu.'

Munding memiringkan tubuhnya ke belakang dan mundur satu langkah dari tempatnya berdiri. Pukulan Edi yang datang dari arah kiri Munding kehilangan sasaran dan sekarang dia berada persis di depan Munding dengan jarak yang sangat dekat. Terlalu dekat untuk melayangkan tendangan.

Telapak kaki kiri Munding berputar sedikit dan membuka ke kiri, bersiap-siap menjadi poros putaran tubuhnya. Setelah itu dengan cepat Munding mengangkat kaki kanan dan menggunakan lututnya untuk menyerang perut Edi yang tepat berada di depannya dan sedang dalam posisi limbung setelah kehilangan sasaran pukulan barusan.

Buakkkkkkkkk. “Uhukkkkkkkk.”

Edi langsung tersungkur di tanah setelah perutnya dihantam dengan telak oleh lutut kanan Munding. Munding kembali ke posisi berdiri tepat di sebelah kanan Edi yang tersungkur di tanah. Posisi berdiri Munding tegak lurus dengan posisi Edi yang tersungkur.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang