Chapter 28 - Siapa pembunuh Bapakku?

5.1K 262 17
                                    

“Mbak, soal harta peninggalan Bapak, Munding nggak peduli. Munding sudah cukup bahagia hidup seperti ini.” kata Munding pelan.

“Kamu tahu nggak nominal tabungan kamu berapa Dek?” potong Ayu cepat.

“Munding nggak tahu dan nggak mau tahu,” jawab Munding pendek.

“Itu akumulasi keluarga Bapak selama puluhan tahun Dek. Jumlahnya milyaran. Dan lagi, dari 21 hektare sawah Bapak, Dek Munding dapat 15 hektare, Ayu dapat 6 hektare. Bapak juga sudah siapin tanah untuk rumah Ayu dan kamu.” kata Ayu.

“Mbak, seperti kata Munding tadi, Munding sudah bahagia dengan kehidupan Munding yang sekarang. Kalaupun ada sesuatu yang ingin Munding lakukan di Sukorejo, Munding cuma ingin tahu siapa yang menghabisi nyawa Bapak,” jawab Munding dalam.

Ayu terlihat sedikit gelagapan saat mendengar kalimat Munding. Meskipun cuma sekilas, Munding menangkap perubahan muka yang terjadi sama Ayu.

“Mbak tahu ya?” tanya Munding yang disambut Ayu dengan diam.

“Siapa pembunuh Bapakku?” lanjut Munding.

Kali ini ekspresi muka Munding mulai terlihat lain, Nurul yang berada di sebelah Munding kenal dengan ekspresi Munding yang seperti ini. Mirip waktu Munding melihat Pak Yai tergeletak dan terbalut perban di atas ranjang.

Tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya, Nurul memegang wajah Munding dan memutarnya kesamping. Dengan cepat Nurul mencium bibir Munding. Munding seperti merasakan siraman es di atas kepalanya saat menerima ciuman Nurul.

Setelah tahu Munding sudah mulai kembali normal, Nurul pun melepaskan ciumannya. Mukanya memerah.

Ayu dan beberapa pengunjung kedai es teler lain yang menyaksikan keagresifan cewek manis berjilbab ini cuma bisa melongo dan terpana.

Munding melihat ke arah Nurul dengan pandangan mata penuh rasa terima kasih. Dan Nurul tahu itu. Tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata.

Munding kembali mengalihkan pandangannya ke kakak kandungnya Ayu yang duduk di seberang mejanya.

Ayu terdiam dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “semua orang tahu kalau Bapak terpeleset saat mencari rumput Dek, kemudian Bapak terjatuh di sungai dan kepalanya terkena batu. Itu kata Pak Polisi dan Aparat Desa.”

Munding menarik napas dalam, “Mbak, kalau Mbak tahu, tolong kasih tahu Munding sejujurnya. Kalau suatu saat Munding tahu Mbak nyembunyiin hal ini dari Munding. Jangan salahkan Munding,” ancam Munding.

“Munding.” “Mas.”

Ayu dan Nurul berteriak berbarengan, keliatannya kedua gadis itu kompak kali ini.

“Mas, Nurul kan kemarin sudah bilang. Balas dendam tu nggak ada habisnya Mas, itu lingkaran setan. Mas kemarin udah nyesel kan?” kata Nurul sambil menatap mata Munding.

Ayu terdiam.

Dia sebenarnya tahu, tapi, sama seperti Nurul, Ayu nggak ingin Munding menempuh bahaya demi dendam masa lalu.

Munding terdiam sebentar sambil melihat ke arah Nurul, “tapi ini Bapaknya Mas dek. Mas nggak bisa. Mas harus melakukan sesuatu,” kata Munding.

Nurul cuma terdiam, tapi Nurul terus memutar otaknya untuk mencari solusi dan dengan segera dia menemukan jalan pemecahannya. Bapak.

Ya, Nurul bakalan ngomong ke Bapak supaya dia yang nasehati Munding biar nggak usah cari masalah dengan orang-orang Sukorejo.

Munding melihat ke arah Ayu, “Terserah kalau Mbak nggak mau ngasih tahu. Munding nanti akan cari tahu sendiri siapa yang melakukan itu.”

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang