Chapter 37 - Fight!! part 3

4.9K 269 14
                                    

Munding sudah menduga dari awal kalau untuk mengalahkan gerombolan Joko dan kawan-kawannya bukanlah sesuatu hal yang sulit, tapi dia tidak menyangka akan semudah ini.

Hanya Edi dan Abdul yang memberikan serangan yang berarti, sedangkan keempat orang lainnya termasuk Joko, mereka sebenarnya sudah kalah sebelum bertarung.

Mereka bahkan sama sekali tidak mencoba untuk menangkis atau membalas serangan Munding.

Munding berjalan ke arah Joko yang masih merintih-rintih di tanah. Dia tahu kalau si Joko sebenarnya cuma berpura-pura. Bukankah dia cuma terjatuh karena sapuan kaki Munding? Dibandingkan kawan-kawannya yang lain, cuma Joko yang belum cidera.

Seharusnya kalau Joko mau, dia bisa segera meloncat berdiri dan melawan Munding. Tetapi Munding hanya tersenyum, dia tahu kalau sifat pengecut Joko yang sesungguhnya sudah keluar menampakkan dirinya.

“Heiiiii. Berhenti berpura-pura. Aku sengaja tidak menyerangmu di area yang terlalu vital. Aku masih butuh mulutmu untuk memberitahuku beberapa hal,” kata Munding ke arah Joko.

Rintihan Joko berhenti. Dari posisinya yang meringkuk ditanah dan berguling-guling, Joko mencoba duduk di atas tanah. Dari mukanya, terlihat Joko masih menahan sedikit nyeri di kakinya yang terkena sapuan kaki Munding tadi.

Joko melihat ke arah Munding yang berdiri di sampingnya, “kau pikir kau sudah hebat ha? Silahkan saja kau hajar aku. Pukul aku. Kupastikan kalau aku akan membalasnya,” kata Joko penuh dengan nada ancaman.

Buakkkkkkkkk.

Munding menendang kepala Joko tepat di bagian depan mukanya. Joko terpelanting ke belakang dan dia rebah dengan tubuh terlentang di atas tanah. Munding berjongkok dan menjambak rambut Joko yang terbaring di tanah.

“Jangan pernah mencoba untuk mengancamku!!” kata Munding dengan nada dingin.

Uhukkkkk. Uhukkkk.

Joko memuntahkan darah yang ada didalam mulutnya. Bibirnya pecah karena terkena tendangan barusan. Dia menggunakan tangannya untuk mengelap darah yang tersisa di bibirnya.

Ketika Joko melirik ke arah Munding. Dia merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri. Dia melihat pandangan penuh kebencian yang sama, yang dia terima dari Munding saat SD dulu. Pandangan mata paling menakutkan yang pernah dia lihat sekali saja seumur hidupnya.

“Dimana orang suruhan Bapakmu menahan Jumali?” kata Munding sambil tetap menjambak rambut Joko dengan tangan kirinya.

Joko diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia tidak mau menatap mata Munding. Dan tentu saja Joko tidak mau menjawab pertanyaan Munding.

Buakkkkkkk. Uhukkkkk. Uhukkkkkkk.

Joko terbatuk-batuk dan terkejut dengan wajah ketakutan ketika dia memuntahkan dua buah gigi yang tanggal setelah dia menerima pukulan kanan Munding barusan. Darah mengalir lebih deras dari sela-sela bibirnya. Joko bisa merasakan cairan yang terasa sedikit asin dan anyir itu di lidahnya.

Munding menahan kepala Joko dengan tangan kirinya dan menatap ke arah Joko. Joko yang masih terdiam karena kaget dengan giginya yang tanggal barusan, tidak menyangka kalau Munding tidak memberinya kesempatan untuk menjawab pertanyaannya tadi.

Buakkkkkkkk. Buakkkkkkkkk.

Kali ini Munding memukul Joko dua kali. Lebih pelan dari yang tadi tapi kini sasarannya adalah mata Joko. Kiri dan kanan. Joko kembali mengaduh dan merintih kesakitan. Kepalanya berkunang-kunang dan dia merasakan matanya pedih sekali dan tidak mau membuka dengan sempurna.

Munding kembali mengangkat tangan kanannya dan siap mengayunkannya kembali ke muka Joko. Joko yang melihat hal itu dengan cepat langsung memegangi tangan kanan Munding.

munding (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang