Hari ini resepsi pernikahan Wildan dan Dina dilaksanakan di salah satu hotel di Yogyakarta. Resepsi diadakan di satu tempat karena ayah Wildan juga orang Jogja. Berbagai macam karangan bunga dari para pejabat sahabat kerabat dan masyarakat telah berjejer rapi di sepanjang jalan.
Pesta ini tidak bisa dikatakan sederhana semua lapisan masyarakat yang ingin hadir dipersilahkan, apalagi mengingat ayah Wildan dan Dina yang cukup terpandang dikalangan militer sudah pasti banyak pejabat yang hadir teman teman Wildan dan Dina juga lumayan banyak.
Resepsi pernikahan di awali dengan prosesi pedang pora. Wildan telah gagah mengenakan baju dinas nya yang memiliki banyak penghargaan itu sedangkan di samping nya Dina menggandeng lengan Wildan dan memegang buket bunga.
Dina sangat cantik dengan gaun berwarna putih yang ia kenakan. Jika akad kemarin gaun nya sederhana berbeda dengan hari ini, bagian bawahnya mekar dan di sekeliling nya di beri payet mutiara, Dina juga mengenakan khimar sampai dibawah dadanya. Dia juga mengenakan tiara yang menambah kecantikannya meskipun menggunakan make up yang tidak berlebihan. Bahkan Dina harus berdebat kepada sang perias karena ingin mencukur alis nya, Dina bersikeras jika tidak ingin dicukur. Karena Dina menolak dengan tegas maka perias pun hanya pasrah.
“Semoga Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dirinya atau meminta ditatokan, yang mencukur bulu alisnya atau meminta dicukurkan, yang mengikir giginya supaya kelihatan indah dan mengubah ciptaan Allah. Kemudian beliau berkata : Mengapa aku tidak melaknat orang-orang yang telah dilaknat oleh Rasulullah saw dalam Kitabullah, yakni firman Allah : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (HR Bukhari)
"Din kamu itu beruntung lo nikah sama aku" bisik Wildan pada Dina saat ini mereka sedang bersiap untuk prosesi pedang pora.
"Lah emang kenapa"
"Meskipun kamu perwira tapi kalok kamu gak nikah sama aku gak akan ada pedang pora"
"Kamu juga kalok mau nikah lagi gak akan ada upacara pedang pora" sahut Dina sedikit kesal.
"Lah emang aku mau nikah lagi"
"Terserah lah"
Yah meskipun menjawab dengan ekspresi datar tapi tetap saja dalam hati Dina sangat bahagia bagaimanapun pernikahan dengan upacara pedang pora sangat diinginkan oleh semua wanita termasuk Dina.
Wildan dan Dina sudah berdiri di depan pasukan pedang pora.
Prosesi Pedang Pora ini diawali dengan formasi baris saling berhadapan Pasukan Pedang Pora yang terdiri atas 12 orang berseragam lengkap. Kemudian Komandan Regu melapor pada Wildan yang sebelumnya harus siap di tempat prosesi ini berlangsung.
Komandan regu memberikan laporan pada Wildan jika upacara siap di laksanakan. Para anggota pasukan pun dengan serempak menghunus pedang membentuk gapura.
Wildan dan Dina mulai berjalan melewati gapura dari pedang-pedang tersebut. Dan di bawah gapura, Pedang Pora dapat dilangsungkan secara otomatis. Cincin kawin serta penyerahan pakaian seragam Persatuan Istri Tentara (Persit) pada Dina.
Selanjutnya Komandan Regu menyerukan aba-aba Tegak Pedang dan pembacaan puisi. Kemudian, sang pengantin mulai menuju ke pelaminan.
Upacara Pedang Pora pun ditujukan untuk memperkenalkan sang mempelai wanita di dunia angkatan bersenjata. Melambangkan solidaritas, persaudaraan, dan permohohan perlindungan pada Tuhan. Jajaran pedang dalam upacara Pedang Pora yang menciptakan gapura ini menggambarkan kedua pengantin membuka gerbang kehidupan yang baru.
Pedang Pora, menyiratkan sebuah renungan tentang hakikat kehidupan seorang perwira yang dalam suka atau duka akan melibatkan sang istri. Pedang yang terhunus membentuk gapura melambangkan dengan menggambar dan berjiwa ksatria maka kedua mempelai akan selalu siap mengatasi segala rintangan dan menerobos semua rintangan yang ditemui di pernikahan mereka. Sementara posisi dua shaf yang berhadapan merupakan simbol gerbang kehidupan baru yang akan dimasuki mempelai.
![](https://img.wattpad.com/cover/169535762-288-k593255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nareswara (selesai)
Short StorySemua sudah tertulis di lauhul mahfudz jadi tak perlu khawatir apapun yang terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini semua nya sudah digariskan oleh takdir sang pencipta. Cinta tak harus memiliki kata yang seringkali di dengar tapi apa jadinya jika...