Cinta itu tidak memandang apapun aku menyayangi mu dengan tulus tapi memang takdir kita sudah di tentukan melawan pun pada akhir nya akan tetap kalah...
🥀🥀🥀
Di tempat lain Wildan sedang mendengarkan pengarahan dari Letkol Hasan tentang wilayah perbatasan yang harus dijaga serta pembagian tim, satu tim terdiri dari 10 orang tentara. Wildan bertugas di Kabupaten Glagah Kabupaten yang paling ujung sekaligus perbatasan yang harus dijaga. Berhubung tempatnya nya sangat luas jadi Hasan membagi menjadi beberapa posko. Wildan bersama 9 rekan nya bertugas di posko 3 dan Wildan ditunjuk sebagai Kapten dalam tugas ini.
Setelah pengarahan yang kurang lebih satu jam itu Wildan dan rekan nya segera membawa perlengkapan mereka kedalam mobil hari ini juga mereka akan langsung ke perbatasan.
"Gelisah banget mikirin apa?" tanya Ilham sahabat sekaligus rekan satu tim nya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju posko 3.
"Gak ada sinyal"
"Ya iyalah ditengah utan mana ada sinyal aneh kamu Wil" Ilham dan Wildan suda sangat dekat jadi Ilham sangat santai berbicara dengan Wildan yang notaben nya adalah kapten.
Benar apa yang dikatakan Ilham sejak tadi mereka hanya melihat pepohonan yang sangat tinggi jalan yang dilalui juga hanya jalan setapak.
Wildan melihat jam di pergelangan tangan nya sudah 2 jam perjalanan sejak dari kodim dan belum sampai juga. Wildan menghembuskan nafasnya gusar tidak dia tidak masalah ditugaskan dimanapun hanya saja terasa berbeda saja tugas nya untuk yang satu ini. Jika dulu dia bertugas sangat jauh dari rumah tidak ada yang di khawatir kan tapi sekarang ada Dina istrinya yang harus ia beritahu bagaimana kabarnya jika disini saja tidak ada sinyal bagaimana dia bisa menghubungi Dina dan lagi jarak antara posko 3 dan kodim sangat jauh hanya di kodim lah terdapat jaringan Wildan juga tidak mungkin bisa pergi ke kodim terlalu sering karena disini tugas nya juga sangat penting.Pukul 4 sore mereka baru sampai di posko 3 tempat yang akan mereka tempati selama 6 bulan kedepan.
Sekali lagi Wildan melihat sinyal di ponsel nya hasil nya nihil tertera layanan darurat dipojok layar ponsel nya."Kapten ayo masuk!" ajak Celio salah satu rekannya.
Tanpa menunggu Wildan langsung masuk ke posko 3 membawa tas ransel besar dipunggung nya. Ada sebuah rumah yang dijadikan posko meskipun tidak terlalu besar tapi cukup jika hanya untuk menampung tiga puluh orang tempatnya juga bersih dan terawat maklum saja kemarin baru di tinggal kan oleh tentara yang bertugas jadi posko ini tidak pernah kosong.
Syukurlah ada listrik gumam Wildan pasal nya ini bukan pertama kali nya Wildan bertugas di perbatasan dan ini adalah tempat terbaik menurut nya selama dia bertugas di perbatasan. Biasanya di perbatasan tidak ada listrik dan tempat tinggal nya juga seadanya tidak seperti disini ada sebuah rumah yang lumayan besar didalam nya terdapat dua ruangan. Yang pertama ruangan berukuran 7 x 7 Meter persegi untuk tempat tidur dibatasi sekat berupa triplek dengan ruangan sebelah nya yang sedikit lebih besar ruangan ini menjadi tempat untuk berkumpul dan menjadi satu dengan dapur sedangkan kamar mandi berada di luar rumah.
"Kalian istirahat dulu setelah isya kita adakan rapat!" perintah Wildan dengan tegas.
"Siap kapten" jawab mereka bersembilan secara serempak.
🥀🥀🥀
Dina membaringkan tubuh nya di tempat tidur. Dia baru saja sampai rumah sebelum nya dia bertemu dulu sahabat nya di cafe dan tanpa diduga dia bertemu dengan Genta di cafe itu. Awal nya Dina hanya diam saja melihat Genta masuk dan berjalan kearah mereka dan siapa sangka Genta malah duduk di depan Dina tepatnya disamping sahabatnya. Dina sedikit terkejut dan menatap Genta seolah olah berkata ngapain kamu disitu.
![](https://img.wattpad.com/cover/169535762-288-k593255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nareswara (selesai)
Short StorySemua sudah tertulis di lauhul mahfudz jadi tak perlu khawatir apapun yang terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini semua nya sudah digariskan oleh takdir sang pencipta. Cinta tak harus memiliki kata yang seringkali di dengar tapi apa jadinya jika...