🥀Jangan Lari

1.9K 86 0
                                    

Sama seperti ibu rumah tangga lainnya ya meskipun belum punya anak Dina juga sama, yang bakalan heboh menjelang hari raya. Sudah sejak pagi tadi dia sibuk di dapur membuat kue kering. Sebenarnya Dina sudah membeli beberapa kue kemarin hanya saja kue yang ia buat hari ini akan ia berikan untuk orang tua nya dan mertuanya.

Tentu saja Dina tidak sendirian membuat kue ada Wildan yang selalu setia membantu Dina bahkan Wildan jauh lebih hebat membuat kue di bandingkan Dina usut punya usut ternyata Wildan sudah pandai membuat kue sejak kecil karena terbiasa melihat ibu nya membuat kue.

"Din itu di muka kamu ada apa?"

"Mana?" tanya Dina bingung sambil mendekatkan wajah nya ke arah Wildan.

"Itu lo di sebelah sini" bukan nya langsung menghilangkan sesuatu yang terdapat di wajah Dina, Wildan justru menunjukkan bagian wajah nya sebagai petunjuk.

"Di sini?" tanya Dina sambil mengusap pipi sebelah kanan nya sesuai arahan Wildan.

"Bukan tapi disini" Tunjuk Wildan pada dahi nya. Dina hanya pasrah mengikuti arah Wildan tanpa curiga sedikitpun.

"Din sebelah sini di dagu di dagu" lama lama Dina jengkel juga tadi di pipi terus dahi sekarang malah dagu sebenernya ada apa sih di wajah nya itu.

Mata Dina tiba tiba memincing saat melihat bibir Wildan berkedut menahan tawa. Wah wah ada yang gak beres ni batin Dina.

"Kamu mau ngebadut dimana Din" setelah mengatakan itu tawa Wildan yang sejak tadi di tahan pecah juga bahkan dia sampai memegang perutnya yang sakit.

Dina melihat kedua tangan nya yang penuh dengan tepung karena tadi dia sedang menakar tepung untuk membuat kue selanjut nya. Otak pintar nya langsung bekerja saat menyadari kebodohan nya barusan jangan jangan.

Dina langsung berbalik badan mencari cermin di dekat kamar mandi di dapur "WILDAAAAAANNNN" teriaknya penuh amarah saat di lihat nya wajah nya sangat putih rata dengan tepung.

Di dapur sana tawa Wildan makin pecah saat mendengar suara melengking Dina mungkin Dina sudah melihat wajah nya yang seputih tepung itu. Tapi tawa nya perlahan menghilang saat Dina berjalan ke arah nya dengan tatapan tak bersahabat.

Pandangan mata Dina sangat tajam langkah nya tegas tangan nya sudah meremas tangan yang lain. Bodoh nya Dina kenapa tidak menyadari sejak awal. Padahal kan jelas jelas tadi dia sedang menakar tepung pastinya tangan nya akan ada banyak tepung dan lebih bodoh nya lagi dia mengikuti arahan Wildan untuk mengusap sesuatu di wajah nya padahal tidak ada apapun hingga tepung itu merata di wajah nya bukan hanya wajah nya bahkan jilbab yang ia gunakan juga ikut menjadi korban.

Seharus nya Dina sudah curiga sejak awal kenapa bukan Wildan saja yang mengusap kotoran itu jika ada, biar ada momen romantis gitu padahal kan Wildan biasa nya suka nyari kesempatan tapi tadi Wildan malah mengarahkan nya, eh ternyata ada niat terselubung.

Dina mendekat ke arah Wildan tidak dengan tangan kosong dia mengambil satu genggam tepung di kedua tangan nya Wildan juga harus merasakan nya.

"Din gak lucu ya kalok aku jadi badut entar gak ganteng lagi" semakin Dina mendekat Wildan juga semakin mundur. "Salah siapa ngerjain aku kamu juga harus ngerasain"

"Kamu tambah cantik kok Din tapi kan kalok aku gak cocok"

"Terserah gak peduli sini jangan jauh jauh" Dina sudah bersiap mengusap kan tepung yang berada di kedua tangan nya tapi Wildan bukan nya mendekat justru malah berlari menghindar. Mau tidak mau Dina juga ikut berlari mengejar Wildan.

"Wildaaannnn jangan lari" Dina terus mengejar Wildan hingga ruang tamu tepung di kedua tangan nya juga berceceran kemana kemana.

"Kamu gak bakalan bisa ngejar aku wleeee" uhhh Dina kesel banget waktu Wildan julurin lidah nya kearah nya jangan lupakan ke dua tangan yang ada di samping telinga itu yang mengejek nya.

Nareswara  (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang