🥀 Rumah Impian

1.8K 93 7
                                    

Semua perempuan emang gitu kalok ngomong selalu setengah setengah giliran di tanya biar lebih jelas malah ngomongin lelaki itu gak peka. Wildan merasa miris dengan nasip para lelaki yang selalu serba salah padahal kan mereka bukan dukun atau paranormal yang tau apa isi kepala perempuan lagi pula jika salah menebak ujung ujung nya juga tetep salah dan masalah nya nanti malah tambah panjang.

"Si mantan kamu" ujar Dina sewot emang siapa sih yang bisa santai ngomongin mantan si suami.

"Ooooo si Fasha maksud kamu" Dina langsung memukul Wildan dengan guling karena dia sangat santai menjawab nya.

"Berenti tauk mukul nya sakit ini katanya tadi suruh ngejelasin"

"Jadi gini Fasha itu salah satu relawan kesehatan dan kebetulan dia di posko aku dia tinggal disana selama tiga bulan udah gitu aja"

"Yakin ni gak ada cinlok cinlok kan.
Kan tinggal bareng tu tiap hari ketemu"

"Sempet sih terlintas dipikiran" jawab Wildan jujur sambil menyengir.

"Ihhhhh Wildaaaaaaaan" Dina langsung cemberut dan memalingkan wajah nya.

"Kamu cemburu ya ciyeeeee cemburu" situasi kini berbanding terbalik dengan Wildan yang menggoda Dina.

"Apasih ngapain cemburu" elak Dina.

"Kalok gak cemburu ngapain coba ngomong nya ngegas gitu"

"Biasa aja tuh kamu aja yang baperan"

"Itu ngomong nya judes banget ciyeee cemburu" melihat Dina yang kesal itu adalah hiburan tersendiri oleh Wildan, setelah puas tertawa dia langsung menidurkan tubuh nya di tempat tidur dan membawa Dina di sisi nya.

"Aku sama kok sama kayak kamu di hati aku cuman ada kamu seorang yang bakalan jadi bidadari aku di dunia maupun akhirat" baper deh Dina denger Wildan ngomong kek gitu apalagi pandangan mata Wildan yang serius itu dan jangan lupakan senyuman Wildan yang manisnya ngalahin gulali.

"Kita impas ya satu sama"

Dina langsung mendongakan wajah nya menatap Wildan dengan kebingungan "apa nya coba yang satu sama"

"Cemburu nya. aku suka kalok kamu cemburu"

"Aku gak cemburu ya" elak Dina meskipun hatinya cemburu berat saat mengetahui Fasha seatap dengan Wildan tapi kan tensi kalok ngaku.

"Tapi aku ngaku kok kalok aku cemburu sama kamu Din, kata orang orang cemburu itu tanda cinta dan takut kehilangan" Wildan tersenyum hangat pada Dina " dan aku suka kita kayak gini ngungkapin perasaan kita dan cerita sejujur nya gak ada yang ditutup tutupin"

"Tapi kok kamu gak pernah ngehubunhin aku siihh lima bulan loh Wil lima bulan"

"Aku udah nyoba ya nelfon kamu tapi malah gak aktif"

"Ya kan aku ganti nomer makannya waktu itu aku nelfon kamu duluan malah Fasha yang jawab"

"Udah sih itu kan udah dulu gak usah diungkit ungkit lagi yang penting sekarang kita udah sama sama lagi"

Melihat Wildan tersenyum Dina juga ikutan tersenyum Dina juga setuju dengan ucapan Wildan jika mereka harus sering bercerita dan terbuka. Karena percaya atau tidak komunikasi itu sangat penting untuk sebuah hubungan setidak nya jika komunikasi mereka berjalan baik resiko kesalah fahaman bisa diminimalisir. Karena lebih baik mendengar kejujuran itu dari pasangan sendiri dari pada dari orang lain setidak nya dengan begitu masih ada rasa dihargai dan di anggap penting dari pada mendengar dari mulut orang lain yang sudah pasti di tambahi penyedap rasa.

🥀🥀🥀

Kini Dina dan Wildan sudah berada didepan rumah baru mereka. Jarak nya juga tidak terlalu jauh dari rumah orang tua Dina hanya sekitar 10 menit perjalanan itu pun jika jalanan lancar.

Nareswara  (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang