Tak perlu saling melempar kata Cinta lewat lisan karena sejatinya Cinta itu diberikan kemudian dirasakan bukan hanya sekedar diucapkan kemudian didengar.....
🥀🥀🥀
Wildan
Hari ini tepat satu bulan aku bertugas di perbatasan dan sudah satu bulan pula aku tidak berkomunikasi dengan Dina. Disini tidak sinyal sama sekali jadi sangat sulit untuk menghubungi nya, sebenarnya ada sinyal tapi itu di desa sebrang jarak nya lumayan jauh sekitar 5 KM dan di posko 3 juga hanya ada satu kendaraan beroda dua tentu sangat dibutuh kan untuk keperluan rekan yang lain.
Aku juga tidak bisa mementingkan urusan pribadi ku hanya untuk menghubungi Dina karena disini tugas ku juga penting dan banyak. kami tidak hanya menjaga perbatasan saja tapi kami juga membantu warga yang tinggal di desa terdekat posko kami jarak nya kurang lebih 500 m dari desa Bansri disana ada banyak sekali anak anak yang tidak mendapat kan pendidikan jadi selain menjadi tentara kami juga menjadi guru disini.
Ada satu anak yang menarik perhatian ku disini dia sangat aktif sekali bertanya saat aku memulai kegiatan belajar mengajar ya sebenernya mereka semua sama aktif nya hanya saja anak ini berbeda. Meskipun fasilitas disini tidak memadai tapi semangat nya tidak pernah luntur.
Kami belajar di bawah pohon yang cukup besar tanpa meja ataupun kursi. Kami duduk menghampar diatas rumput untung saja tentara yang bertugas sebelum kami sudah menyiapkan papan tulis beserta kapur jadi kami masih mudah untuk menjelaskan tentang huruf alfabet kepada mereka. Jumlah mereka tidak terlalu banyak hanya sekitar 17 orang .Hari ini jadwalku mengajar mereka bersama Sersan Ilham sedangkan yang lain nya bertugas menjaga perbatasan.
"Selamat siang anak anak" Ilham menyapa mereka yang sedang duduk dibawah pohon, mereka sangat rajin dan semangat bahkan mereka selalu datang sebelum kami tiba.
"Selamat siang kak Ilham" mereka menyahut dengan serentak juga riuh.
"Kakak gak disapa ni?" aku juga berjalan menghampiri mereka setelah berbicara sebentar kepada pak Tono kepala kampung desa Ransri.
"Siang kak Wildan!!!" teriakan mereka lumayan membuat telinga ku berdengung.
"Kak Wildan kak Wildan aku udah bisa berhitung sampai 100 loh" adu Lala dengan antusias yang sangat tinggi kepadaku. Aku langsung berjongkok untuk mensejajarkan tinggi Lala yang berusia 4 tahun itu.
"Oh ya coba sekarang Lala praktekin kakak pengen tau" balasku tak kalah antusias. Diantara 10 anak yang ada disini Lala memang terbilang yang paling cepat mengerti pelajaran bahkan daya ingat nya juga sangat tinggi. Tapi sangat disayangkan kecerdasan nya tidak ditunjang oleh fasilitas yang memadai. Lala hanyalah salah satu diantara sekian banyak anak bangsa yang tidak memiliki keberuntungan mengenyam bangku pendidikan. Pertama kali aku datang kemari aku sangat terharu dengan perjuangan mereka untuk mendapatkan pengetahuan membaca menulis dan berhitung terlebih lagi saat mendengar cerita para orang tua mengenai anak mereka mempunyai semangat yang tinggi rela belajar meskipun hanya menggunakan cahaya lilin membaca apapun yang didapat tidak peduli itu koran atau pun buku yang entah membahas apa yang jelas mereka sangat semangat belajar membaca. Para orang tua juga sangat sedih karena anak mereka tidak bisa melanjutkan rasa keingintahuan mereka yang besar mereka juga sangat ingin menyekolahkan anak mereka ke kota bahkan sampai sarjana tapi apa boleh buat jika untuk makan besok saja mereka harus memutar otak.
" Kakak udah"
"Ha" aku sempat terkejut saat Lala tiba tiba menggoyangkan lengan sebelah kanan ku Astagfirullah sejak tadi aku hanya melamun dan mengabaikan Lala.
![](https://img.wattpad.com/cover/169535762-288-k593255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nareswara (selesai)
Short StorySemua sudah tertulis di lauhul mahfudz jadi tak perlu khawatir apapun yang terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini semua nya sudah digariskan oleh takdir sang pencipta. Cinta tak harus memiliki kata yang seringkali di dengar tapi apa jadinya jika...