Wildan memang ahlinya menerbang kan dia kemudian menjatuhkan nya.
Menyadari perubahan raut Dina tentu saja Wildan sadar jika dia salah berbicara "eh bukan gitu juga maksud nya" ujar nya gelagapan.
Tapi terlambat Dina sudah bangkit dari duduk nya dan ingin pergi tapi dengan sigap Wildan menahan pergelangan tangan Dina.
"Tunggu aku mau jelasin jangan pergi dulu maksud aku gak gitu tadi"
"Lupakan permintaan maaf kamu kalok itu gak murni dari hati kecil kamu " ujar Dina penuh penekanan.
"Din gak gitu maksud aku kamu dengerin dulu."
"Maaf Wil bukan nya aku gak suka sama Fasha tapi kalok kamu minta maaf karena Fasha yang minta percuma bukan nya aku gak mau tapi kamu taukan kita kayak gini karena apa karena siapa" ujar Dina dengan suara sedikit emosi. Meskipun Dina tau jika Fasha kecelakaan bukan atas kehendak dan keinginan Fasha dan dia tidak bisa disalahakan. Tapi tetap saja buka ini semua bermula karena Fasha, perayaan anniversary mereka gagal karena Wildan yang kerumah sakit waktu itu, dan semua berlanjut hingga hubungan mereka merenggang. Entahlah Dina juga bingung dengan fikiran nya Terkadang dia kasihan dengan Fasha tapi terkadang juga dia selalu menganggap ini semua bermula darinya.
"Din jadi kamu nyalahin Fasha" Wildan tak percaya atas ucapan Dina barusan.
Memang lelaki itu mempunyai kadar kepekaan yang lemah lalu siapa di sini yang salah siapa yang mulai duluan.
"Lantas siapa yang salah? aku. begitu Wil"
"Din Fasha gak ada hubungan nya sama masalah kita jangan bawa bawa dia" kata Wildan menahan emosi karena dia sadar Dina tak bisa di nasehati dengan emosi pula.
"Terus untuk apa kamu meminta maaf kalok kamu gak tau permasalahan nya"
Wildan menarik nafas nya dalam dalam kemudian dia memikirkan kata kata yang tepat agar Dina mengerti. Dina lebih mengedepankan apa yang ia rasakan meskipun itu benar atau salah. Itu lah mengapa Dina tidak pandai memgontrol emosi. Menghadapi situasi seperti ini membuat Wildan harus berpikir keras untuk merangkai kata dan harus sabar menghadapi Dina.
Yang pertama Wildan lakukan adalah membawa Dina untuk duduk kembali ketempat semula.
"Din kamu dengerin aku dulu ya jangan dipotong janji ya sampe aku selesai inget harus patuh surga kamu ada disini" ujar Wildan lembut sambil menunjuk telapak kakinya. Dina yang awalnya sedikit emosi pun hanya mengangguk. Ya mau gimana lagi Wildan udah bawa bawa surga.
Namanya juga perempuan kalok dikerasin dia makin berontak tapi kalok dilembutin insya allah dia bakalan nurut.
"Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, jika kamu meluruskannya, maka kamu mematahkannya. Jadi, berlemah lembutlah terhadapnya, maka kamu akan dapat hidup bersamanya."
"Aku tau selama ini aku salah karena sudah melalaikan kamu aku salah karena sudah marah marah gak jelas saat si.. " Wildan menjeda kalimat nya
"Em Dia kecelakaan aku minta maaf karena sikap aku yang sangat sangat buruk sama kamu aku juga minta maaf kalau selama ini ngecewain kamu, udah ninggalin kamu waktu itu aku minta maaf terus aku juga minta maaf waktu itu cemburu sama kamu. Jujur waktu itu aku emang gak sengaja banget aku panik jadi aku udah gak kepikiran buat ngabarin kamu kalok aku di rumah sakit. Dan aku juga gak mungkin biarin dia seorang diri disini bagaimana pun kita harus saling tolong menolong bukan." Wildan sengaja tidak mengatakan nama Fasha karena mungkin itu akan membuat Dina tidak nyaman.
Dan Dina dia menurut untuk mendengarkan penjelasan Wildan karena dia juga sadar harus mendengarkan penjelasan dari Wildan agar masalah rumah tangganya selesai tidak berlarut larut. Karena Dina rindu semuanya rindu kebersamaan nya dengan Wildan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nareswara (selesai)
Short StorySemua sudah tertulis di lauhul mahfudz jadi tak perlu khawatir apapun yang terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini semua nya sudah digariskan oleh takdir sang pencipta. Cinta tak harus memiliki kata yang seringkali di dengar tapi apa jadinya jika...