🥀 Kebahagiaan Sesungguhnya

2.4K 95 5
                                    

Hari ini ruang rawat Dina sangat ramai ada sahabat nya yang menjenguk nya. Fasha yang sedang hamil tua juga turut hadir.

"Rasa nya gimana jadi ayah langsung dua anak?"

"Yang jelas ni ya Zen kalok belum ngerasain jadi ayah gak akan faham" sahut Arkan tiba tiba membuat semua nya tertawa pelan. Arkan, Fasha, Genta dan Zen duduk di sofa sedangkan Hilya dan Nadin sedang menggendong anak kembar Wildan.

"Perasaan kamu juga belum jadi ayah"

"Udah calon ya" jawab Arkan.

"Udah lah Zen mau gimana pun juga kamu bakalan kalah sama Arkan" lerai Dina yang masih duduk di tempat tidur pasien dengan meninggikan sandaran nya.

"Itu buat Dina apa buat kamu Ar?" tanya Nadin saat Arkan membuka parsel buah yang tadi ia bawa.

"Dari pada mubadzir mending di makan iya kan Sha" Fasha hanya tersenyum saja menanggapi suami nya sudah tidak heran dengan tingkah nya.

"Pertama kali kenal Arkan di kira orang nya kalem pendiem eh ternyata"

"Ternyata apa Ta" sahut Wildan yang baru masuk karena tadi dia harus mengantarkan ibu mertunya pulang setelah semalam menemani nya dan Dina di rumah sakit.

"Ternyata ya sama aja Wil bahkan lebih parah dari yang kita duga"

"Gimana nasip aku yang jadi sepupunya coba"

"Kamu masih mending Nadin jadi sepupu nya lah aku jadi istrinya yang tiap hari ngadepin tingkah dia yang Astagfirullah" curhat Fasha yang mendramatisir.

"Definisi kalem sesungguhnya itu ya Hilya" ujar Dina tiba tiba.

"Yakan jodoh saling melengkapi kalok Zen nya gak waras dapet jodoh yang sama gak waras nya mau jadi apa anak nya nanti. Eh tapi kasian juga ya si Hilya. Hil kamu kok bisa sih mau di ajak nikah sama Zen padahal kamu itu bisa dapet yang lebih baik dari Zen" Zen yang mendengar itu hanya mendelik saja untung udah kebal sama ucapan Nadin yang setara cabai itu.

"Jangan jangan dulu si Zen maksa lagi" celetuk Arkan.

"Kok tau sih kalok Zen maksa" suasana ruangan seketika lebih heboh saat Hilya tiba tiba menjawab.

"Wah wah ada apakah ini"

"Kok kamu gitu sih Hil aku cinta beneran lo sama kamu" muka Zen yang memelas itu justru mendapat lembaran kulit kacang gratis dari Wildan. "Gak usah lebay"

"Tapi Hil kamu udah cocok lo gendong anak gak mau nyusul?"

"Dikira punya anak balapan kalik ya susul menyusuk" gimana Zen pelan.

"Sedikasih nya aja Sha gak nunda juga gak mau buru buru juga" jawab Hilya kemudian menghujani Tisha dengan ciuman. "Si Tisha dari tadi tidur terus gak keusik sama sekali ya"

"Si Tisha emang kalok tidur udah gak peduli sama sekitar beda sama Algha yang mudah kebangun" cerita Dina sambil makan yang disuapi Wildan di sisinya.

"Sha kamu udah usg?"

"Udah"

"Cewek cowok" tanya Nadin antusias suara nya yang sedikit keras itu tentu membangun kan Algha yang tertidur di gendongan nya.

Nareswara  (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang