Siren!

5.7K 285 33
                                    


Jantung Arnold berdegup cepat, ia takut apa yang di fikirkannya tentang bocah disampingnya ini benar. Tapi ia tak salah cium kan?

Jika ini benar bahwa aroma itu adalah pertanda Arnold menemukan matenya, dan yang lebih buruk lagi matenya adalah si kurcaci kecil dia sampingnya. Maka tamatlah kisah percintaan Arnold yang ia dambakan sejak lulus masa SMA

Tapi sedetik kemudian, aroma memabukan itu berubah seperti bercampur aroma sedikit amis tidak menyengat, khas aroma bangsa Duyung a.k.a Siren

Ana yang melihat wajah Arnold panik dan terus memekik hanya bisa cengengesan, seolah hal itu adalah hiburan tersendiri bagi bocah imut itu

"Ana... Kau... Astaga! Kenapa kau beraroma Siren?!"tanya Arnold heboh

Arnold memekik dengan wajah memerahnya ia menunjuk bocah SD disampingnya, awalnya ia fikir aroma yang ia cium ini adalah aroma mate-nya. Tapi naas, sedetik kemudian aroma itu berubah bercampur seperti bau bangsa Duyung atau Siren dan bercampur aroma werewolf a.k.a aroma Ana

Seketika Arnold melega tapi merasa kecewa pula

Ana yang awalnya sedang cengengesan pun berubah diam dengan wajah bingungnya

"Silen?"Ana bertanya balik dengan aksen cadelnya itu

Arnold mengusap wajahnya gusar, perasaannya campur aduk saat ini. Dimana ia sedang dalam posisi kalut dan kehilangan akan aroma memabukan tadi, bisa-bisanya bocah di sampingnya ini melempar ulang nama bangsa imortal itu dengan aksen cadel yang membuat Arnold ingin tertawa

"Siren, Ana. Bukan Silen"kekeh Arnold

Dan Ana hanya mengangguk paham dan kembali mengemut permen gagang pemberian guru idolanya itu

Kekehan Arnold digantikan dengan pandangan pilu yang terlihat kosong kearah depan, kepalanya menunduk dalam. Merasakan kekecewaan teramat dalam, ia fikir doa Bruno akan terkabul dan harapannya benar kala aroma itu tercium. Tapi sial! Ia harus kembali menelan pil pahit takdirnya

Moon goddess tengah menguji kesabarannya, dan Arnold harus kuat saat ini. Ia tak boleh menyerah akan ujian berat ini, meski rasanya batinnya trlerus terluka. Tapi Arnold harus sadar diri dan tak boleh terjatuh terlalu lama

"Tak apa, mungkin ini bukan takdir kita. Lagipula baiknya, Ana bukan lah mate kita. Coba bayangkan jika bocah itu adalah mate kita, bisa habis!"Arnold tersenyum kendengar ucapan Gery wolfnya, ia tahu wolf itu tengah menghiburnya

"Yap kau benar Ger, untung bukan kurcaci kecil itu. Aku tak mau di cap sebagai beta pedofil"sahut Arnold dengan senyum tipis diwajah manisnya mencetak tampan

Pria dewasa itu menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobil tersebut keluar dari lingkungan pendidikan itu.

Sepanjang jalan, Arnold terus terdiam dengan batin yang meronta bercampur aduk. Wajah manis yang sedia terpatri ramah kini berubah dingin tak tersentuh, Ana saja bisa merasakan atmosfir aneh yang terasa kuat di mobil tersebut.

"Ekhem..."Arnold berdeham seakan ternggorokannya tercekat dan terhantam batu karang besar yang terasa meremukan kerongkongannya itu

Arnold menoleh dan mendapati wajah adik sahabatnya itu nampak tak nyaman, pasti bocah itu merasakan suasana buruk yang berasal darinya

"Maaf, pasti kau ketakutan ya"celetuk Arnold seraya mengusap surai coklat milik Ana

Ana mengangguk meng-iyakan perkataan Arnold, dan hal itu membuat Arnold merasa bersalah. Harusnya ia tak melampiaskan kekecewaannya di depan bocah itu dengan mengelurakan suasana mencekam

"Bagiaman sebelum kita pulang, kakak akan mentraktir mu es krim. Mau?"Ana mengangguk antusias, "tapi janji Ana harus senyum dulu. Kalo cemberut malah jelek kayak Nathan, mukanya serem"lanjut Arnold dengan ekpresi friendly nya

My Crazy Mate (Sequel Story Soulmate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang