Dia Hamil!

864 53 14
                                    


"Kemana personil kalian yang satunya?"

Rose, Jennie, dan Jessie hanya saling menatap satu sama lain saat Coach baru mereka, menyadari ketidakhadiran Liza

"Kenapa diam?!" Wanita setengah paruh baya itu menatap tajam anak didiknya, satu bulan mutasi ke agency ini ia sudah mengerti di luar kepala semua sifat dan tingkah lalu mereka.

Ketiga wanita itu bergerak gelisah, tak tahu harus memberikan alasan seperti apa. Liza- sahabat sekaligus leader mereka sudah dua minggu ini absen tanpa keterangan.

"Tak bisa menjawab, huh!" Dengan senyum sinis yang terpatri wanita itu pun berkacak pinggang

Jennie yang merasa harus buka suara pun mencoba memberanikan diri

"Coach... Kami akan berusaha menghubungi Liza..." Jennie mengulum bibirnya, takut mendengar respon sang Coach

"Lakukan! Jika team kalian ingin tetap tampil nantinya, apalagi Liza itu adalah Leader harusnya dia bisa memberi contoh. Bukannya seperti ini, menghilang tanpa kabar dan membiarkan kalian semua yang terkena imbasnya."

Brak...

Ketiga wanita itu mengusap dada merasa terkejut mendengar hantaman pintu naas tersebut, pantas lah jika Coach mereka berkata ketus seperti itu.

"Apa yang harus kita lakukan, Jen? Masa depan karir kita berada di tangan Liza, kita tidak bisa diam seperti ini"tanya Jessie

Jennie nampak berfikir lalu beralih meminta ponsel miliknya ke salah satu Staff yang berada di sana

"Kita harus menemuinya!"putus Jennie setelah panggilannya selalu terputus, Liza bagaikan hilang tertelan bumi

"Kemana? Kita tidak tahu alamt terbarunya" celetuk Rose

Jennie mengangguk, ia pun bingung. Satu bulan lagi festival akan tergelar dan waktu mereka tak banyak tuk berlatih, ditambah hilangnya Liza. Ingin sekali ia berteriak

"Aku akan menyuruh staf mengirim email ke Ceo kita"ujar Jennie

"What!" jerit Jessie dan Rose bersamaan

"Kita bisa kena masalah, dia tak ada hub..."

"Mr. Arnold memiliki hubungan khusus dengan Liza, kalau kalian lupa. Itu cara satu-satunya kita mencari informasi tentangnya"

"Baiklah kalau begitu, aku setuju saja dengan keputusan mu. Semoga itu yang terbaik"ucap Rose dan diangguki Jessie

"Yasudah lebih baik sekarang kita berlatih, meski tanpa pantaun Coach atau kehadiran Liza sekalipun"

Dan mereka pun kembali membuat formasi tuk memulai latihan yang melelahkan sepanjang hari. Berharap ke esokan hari Liza akan kembali

*********

Mata sang Alpha menyisir tajam area sekeliling rumah pohon milik Betanya, mencoba mencari tahu siapakah sosok dibalik penculikan tersebut. Karena yang ia yakini, Liza tak mungkin melarikan diri. Pasti ada orang lain yang menculiknya, mengingat pengawal dan warior yang berjaga terkapar terkena serangan sihir milik kaum Imortal lain

Nathan dan Alex bergerak tanpa mengendurkan sedikitpun pengawasan, aromanya terlalu samar meski indra penciumannya sudah menajam, hebat juga ternyata kemampuan orang tersebut. Nathan yakin kemampuan orang itu bukan lah kemampuan biasa, melainkan kemampuan keturunan yang sulit dipelajari jika bukan orang yang diberi anugrah.

Sang Alpha pun kini beralih menaiki anak tangga menuju lantai dua, ia memutuskan tuk masuk kedalam kamar Arnold dan Liza merasa instingnya memberi sinyal sesuatu

My Crazy Mate (Sequel Story Soulmate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang