Dendam Dan Kepercayaan!

733 63 6
                                    

Pagi ini mual yang biasanya terasa menyiksa tidak dirasakannya lagi, tangannya teratur mengelus perutnya yang masih rata. Seperti ibu hamil pada umumnya ia selalu merasakan morning sick, apalagi pada trimester pertama. Terasa berat dilaluinya seorang diri, ia fikir manusia setengah makhkuk imortal sepertinya takkan merasakan hal itu. Ternyata sama saja

Pengetahuannya tentang dunia kandungan masih amat minim, setiap siang dan malam waktunya ia habiskan hanya untuk membaca buku yang di dapat sang kakek dari dunia manusia- mengenai seputar kehamilan. Mengingat dunia manusia, ia jadi merindukan kehidupannya yang dulu- tak sabar rasanya kembali berbaur dengan mereka lagi. Ia hanya perlu bersabar sebentar lagi

"Liza!"

Wanita cantik itu menoleh, mendapati pria lansia dengan sirip dan ekor biru yang mengepak mendekatinya

"Iya kakek..."

"Sedang apa hum? Apa kau masih merasa mual?" Liza menggelengkan kepalanya, wanita itu tersenyum melihat perut ratanya yang tak lama lagi akan mengembung seperti balon

"Aku hanya sedang melihat para penyu yang melintas... Dan aku juga tidak merasa mual, sepertinya bayi ini mulai terbiasa" sang kakek pun mengangguk dan beralih menggiring cucunya tuk duduk di sisi ranjang kamar wanita itu

"Kakek sudah menemukan tempat untuk melanjutkan sekolah mu, tempatnya tak jauh dari pantai. Kakek mengenal banyak Profesor hebat disana" tukas sang kakek, Liza nampak terkejut- tempat itu seperti tidak dalam bayangannya

"Sepertinya Liza akan memilih bersekolah di Kota saja, kek" ucap Liza, namun reaksi kakeknya kali ini nampak tidak senang. Raut wajahnya berubah serius dengan tatapan tajamnya

"Tidak! Apa kamu mau mereka menemukan mu, lalu menyiksa dan kembali membuang mu!" tukas sang kakek

Liza menghembuskan nafasnya kasar, ia tahu maksud kakeknya itu baik agar ia tak kembali dengan orang-orang di masa lalunya. Hanya saja Liza pun mempunyai maksud lain, ia tak ingin terus terjebak di istana megah milik kakeknya ini. Sejujurnya ia amat merindukan mommy dan daddynya, ingin sekali bertemu dengan mereka berdua. Tapi entah kenapa sang kakek melarang hal itu, ia malah mengatakan jika kedua orang tuanya pun mendukung ia untuk tetap berada di sini, agar bangsa Werewolf tak menemukannya

"Aku tau kek, hanya saja Liza..."

"Jika kau masih memaksa lebih baik tidak usah sekalian, keinginan mu terlalu beresiko. Kakek hanya berniat menjaga mu, ingat itu Liza!"

Liza kali ini hanya bisa terdiam akan keputusan kakeknya, pria lansia itu terlalu kukuh dengan keinginannya tanpa memikirkan kebahagiaan Liza

"Baiklah, aku akan bersekolah di tempat yang kakek inginkan" Liza pasrah, kini hanya tinggal ia rubah saja rencana yang telah ia susun beberapa minggu ini. Dendamnya harus terbalaskan, dan janin di perutnya akan meniadi saksi

Ia masih teringat betul cerita kakeknya yang mengatakan jika ia di buang oleh matenya sendiri di dalam hutan netral karena masalah sepele, kakeknya bilang ia di fitnah berselingkuh dengan pria lain oleh matenya.... Ah maksudnya mantan matenya. Pria itu marah lalu membuangnya begitu saja dalam keadaan mengandung, kedua orang tua Liza pun tahu lalu meminta bantuan kakeknya tuk mengasingkan Liza di tempat ini agar bangsa Werewolf tidak dapat menemukannya.

Dari cerita kakeknya, Liza sedikit menangkap kejanggalan karena seingatnya kedua orang tuanya memiliki hubungan yang buruk dengan sang kakek. Tapi kenapa ia dipercayakan kepada kakeknya? Ah mungkin istana kakeknya ini dalah tempat yang aman. Dan lagi, Liza sedikit tak yakin dengan perasaannya karena ia tak bisa mengingat betul wajah pria yang menjadi matenya, sementara ia telah mengandung anak pria itu. Astaga! Ia yakin sekali meski tak mampu melihat wajahnya, tapi Dewi menakdirkannya dengan pria brengsek tak tanggung jawab karena telah membuangnya setelah memakainya. Sialan!!!

Jika aku dipertemukan lagi dengan mantan mate ku, maka aku tak segan untuk menenggelamkannya di dalam Samudra. Aku tak perduli jika janin ini tak memiliki ayah nantinya

Batin Liza berteriak penuh dendam. Tapi percayalah, hatinya pun ikut berteriak seolah tak menyetujui fikirannya itu

"Sekarang kamu istirahat, besok kamu akan langsung masuk kuliah"

"Benarkah? Apa secepat itu?"

"Tentu saja, sayang. Apa ada yang tidak bisa dilakukan kakek mu ini?" tanya sang kakek dengan nada congkaknya

Liza tersenyum dan menggelengkan kepalanya, ia akui kakeknya itu yang terhebat. Semua yang dilakukan kakeknya itu pasti untuk kebaikannya,

Dan setelah memastikan Liza benar-benar beristirahat di pembaringanya, pria lansia itu pu  melenggang pergi tuk menyiapkan beberapa rencana lainnya.

Senyum setan andalannya tersungging begitu ia kembali meyakinkan cucu kesayangannya itu, sejauh ini rencananya telah berhasil- cucunya kini berpisah dengan pria Serigala itu. Respon Liza pun luar biasa membanggakan, wanita itu kini ikut membenci bangsa itu seperti dirinya. Dan nantinya saat bayi Serigala itu dilahirkan, ia akan membunuhnya karena itu adalah penghalang dan bisa membuat Liza terus mengingat pria sialan itu meski ia bersyukur Liza melupakan wajah matenya sendiri, mungkin itu efek dari ritual yang dilakukan oleh menantunya itu

Sekarang ia hanya tinggal menunggu sambil menikmati drama yang telah di ciptakannya, keluarga putranya a.k.a Prince Xiena pun sama sekali tak tahu menahu hal ini karena semuanya telah ia rekayasa. Mereka hanya tahu jika Liza aman-aman saja berada di Black Moon Pack, padahal tidak. Ia tak sabar menantikan momen puncaknya, dimana ia akan menikahkah Liza dengan putra dari Raja Mermaid yang maha agung. Dan saat itulah kekuatan Liza akan membantu kaumnya menjadi yang terkuat di antara kaum Imortal lainnya

"Aku tak sabar menunggunya... Setelah bayi Serigala itu lahir maka aku akan langsung membunuhnya, lalu aku hanya tinggal menikahkan Liza dengan Putra Mermaid yang maha agung. Hahaha...." pria itu tertawa terbahak, seakan rencana biadabnya itulah rencana yang paling menyenangkan yang akan ia lakukan

Sementara itu, ia tak sadar jika seseorang kini sudah mendengar rencana bejatnya itu. Namun ia hanya diam seribu bahasa seolah-olah tak mendengar hal tersebut, hatinya berdenyut mendengar penuturan pria itu.

Ia mulai goyah

Lalu mulai bertanya-tanya

Siapa yang harus ia percaya? Orang tuanya? Matenya? Atau bayi ini?

"Aku ingin pergi...."




**********

Hohoy.... Up dua kaleee heheh, baiq kan ane wkwkwk

Nih mon maap ye, lama kelamaan makin kek cerita Indosiar wkwkwk
*terlalu drama

Gapapa... Gapapa... Ane tahu pembaca cerita ini punya batin sekuat baja, jadi gak akan baper hihi


Vote sama komen seikhlasnya



Follow Ig  :

->Okatrainerik



Erikeriko




My Crazy Mate (Sequel Story Soulmate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang