018 : Timer Available.

8.9K 1.4K 174
                                    





Sedikit lepehan untuk kalian yang merindu












"Aku heran. Kenapa kita harus melakukan hal-hal gila seperti ini ketika kehidupan menjadi lebih tenang tanpa harus mengangkat senjata?" Jungkook menghela napas berat, jengah bercampur padu dengan tempramentalnya. Angkara itu membumbung untuk goresan luka yang mengoyak seragam hingga kulit di lengan atasnya.

Pelatihan sore di hari kelima ini menjadi semakin gila ketika Gamaliel menyuruh mereka mencoba melukai satu sama lain tanpa menggunakan viribus bawaan, hanya bermodal sebuah pedangan dan perisai baja.

Satu hal yang tidak adil di sini adalah Namjoon, sosok itu putra Ares, jelas dan pasti pengetahuannya tentang pertarungan tanpa kekuatan nadi setara sebagaimana darah-darah Poseidon menguasai seluk-beluk Samudera.

Maka Jungkook pun tak heran begitu memperhatikan lain arah dan menemui Taehyung mengerang sarat emosional merasakan sebelah dadanya yang terbelah. Mengalirkan cairan merah, menetes-netes hingga menjadikan retakan dari beton lapangan merekahkan biologis baru. Rerumputan hijau berselip Widelia kecil.

Satu waktu sebelum Namjoon melancarkan aksi lainnya, Gamaliel lebih dulu memberhentikan adu perang mereka. Memperbolehkan ketiganya kembali ke Chamber untuk penyembuhan masing-masing atau cepat berlalu menuju Medicine locus demi meminta bantuan para Pixie putih.

"Tidak peduli apapun itu," Namjoon memasukan bilah pedangnya ke sarung yang menggantung di pengait pinggang menimbulkan desing pelan. Langkanya mendekati Jungkook sambil tersenyum santai, "Jika tanpa mengangkat senjata mungkin dunia akan lebih kacau, putra Ilsung. Karena atas kehendak Tuhan, hierarki selalu ada dalam nadi-nadi para makhluk berkaki. Bahkan di dunia hewan sekalipun."

Kemudian ia berlalu meninggalkan Jungkook, melewati sisi bahu Taehyung hingga lengan atas mereka nyaris bersentuhan.






●●●

Di hari ke tujuh setelah berpuluh-puluh kali gagal dalam pengendalian viribus dan mengulangi malam dengan pesakitan yang jutaan kali lebih mengerikan dibanding penghujung maut. Akhirnya mereka dikirim ke Sanguinem Olympics bersama puluhan siswa lain, menaiki kereta uap yang bising dan bergemelatak.

Jenjang akademi hingga ke pekan nasional melewati tiga lembah dan pegunungan tinggi. Jungkook bisa melihat ke luar jendela banyaknya gerombolan siren melompat-lompat ke permukaan air menuju jalur yang sama, begitu mereka melewati Laut Mediterania. Di sepanjang perjalanan, begitu banyak muda-mudi dengan almamater akademi sebagai identisas kaum pribadi mengarah ke satu tempat. Satu hal yang menjadikan Jungkook merasa luar biasa. Dengan pendengaran yang terlalu tajam, di balik bisingnya gemuruh kereta bahkan ia dapat mendengar kepakan sayap para siswa akademi Harpi yang beterbangan di dekat jendela, atau bahkan, desisan para siswi dari akademi Lamia di antara daratan di sisi perairan.

"Apa pekan Sanguinem Olympics selalu seperti ini?" Jungkook memalingkan fokus retinanya kepada Taehyung yang mengantuk, membiarkan tubuhnya menjadi sandaran Jimin yang telah terlelap setelah lelah berhisteria semenjak tadi.

Taehyung menggeleng abai, "Entah, aku tidak begitu memperhatikan hal-hal tak berguna."

Maka Jungkook memutar bola mata persetan, atensinya lantas berpaling menuju Namjoon yang duduk di sebelah. Satu-satunya yang lain dari akreditasi D mereka hanyalah Jimin, satu prajurit neraka yang menjalankan alasan mengapa nyawanya tetap berharga; hanya untuk mengawal pangerannya.

"Kau tau sesuatu mengenai hal ini?"

Namjoon mendelik sejenak, mengulas senyum lalu menutup buku dari bahan bacaannya dan menatap fokus pada sekembar onix Jungkook yang penasaran, "Sanguinem Olympics selalu dinanti-nanti seluruh kaum untuk pembuktian hierarki bangsa mereka. Dan sejauh ini, setelah berabad-abad lamanya bangsa kami tak pernah terkalahkan."

Jungkook hanya memasang raut seadanya. Mengangguk tanpa peduli banyak hal hingga waktu tatkala Namjoon kembali bersuara seiring mengukir senyum menjadikan lesung di kedua pipinya melengkung.

"Tapi pekan tahun ini mungkin menjadi lebih meriah karena kaum kalian akhirnya campur tangan."

Maka Jungkook mendelik singkat, keningnya mengernyit, "Aku selalu tidak paham mengapa orang-orang begitu tertarik pada sekumpulan separuh serigala yang bahkan tidak mempunyai koneksi luas."

"Itu yang menjadikan kalian menarik, putra Ilsung," Namjoon tergelak berat, "Orang-orang yang dikendalikan penuh atas seizin Zeus akhirnya muncul ke peradaban luas. Kupikir, ini sungguhan menarik memahami bagaimana Akademi pun memaksa kontak fisik dengan kau dan kami. Bahkan kita mesti melalui pelatihan sungguh-sungguh yang sebelumnya tidak pernah dilakukan untuk para akreditasi D. Kau tau maksudku?"

Hening menyambut sejenak tatkala Jungkook hanya mampu mengernyit dalam logikanya yang berpikir, hanya saja Namjoon lebih dulu berucap melanjuti kosa-katanya.

"... pikirkan dengan mudah, putra Ilsung. Ini hanya berpatok pada keberadaan kaum mu dan kau. Satu-satunya ancaman paling merugikan bangsa Demigod."

Kemudian, yang memasuki gendang telinga Jungkook justru vokalisasi bariton Taehyung, menjadikannya lantas menoleh begitu figur ini berucap, "Kau pikir kenapa aku harus repot-repot mematuhi anjuran konyol pengendalian viribus? Itu karena kau, bajingan. Kau dan bangsa idiotmu yang merepotkan."






●●●

Tatkala kereta yang membawa siswa-siswa akademi berhenti, Jimin nyaris tak menutup mulut untuk beberapa menit yang panjang selepas menyaksikan panorama di dekitar mereka.

Gerbang besar itu seolah menyedot masuk ribuan makhluk dari berbagai macam jenis dan masing-masing warna sekolah.

Seperti sebuah amandemen dari ribuan nada yang mencekam.

Indah, namun menyeramkan.

"Aku tidak pernah melihat yang seperti ini!" Jimin menjerit heboh, meletakan kedua telapak tangannya ke permukaan kaca. Menjadikan Jungkook tertawa karenanya. Manis sekali.

Kemudian, setelah pemberitahuan dari suara Mr. Smith di speaker masing-masing ruang kereta, Taehyung berdiri lebih dulu untuk menggeret Jimin keluar sesuai anjuran yang diberikan. Sementara dengan begitu terpukau Jimin memukul pelan bau atas Taehyung, "Tae! Kau lihat tadi? Ini menakjubkan melihat mereka semua berkumpul lebih banyak dari Sanguinem Olympics selama ini! Seperti pesta pengakraban antar bangsa!"




















✖✖✖

karena beberapa bulan terakhir aku gak megang pc. jadi susah sekali buat nulis cerita serius dan dari jaman kapan gak ada progresnya sama sekali ;A; jadi ku harap sedikit lepehan ini bisa ngobatin sedikit kerinduan kalian♡

 jadi susah sekali buat nulis cerita serius dan dari jaman kapan gak ada progresnya sama sekali ;A; jadi ku harap sedikit lepehan ini bisa ngobatin sedikit kerinduan kalian♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw aku mau tanya; kenapa kalian mau baca fiksi ini?

YaGook AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang