Keluarga No sedang berkumpul di meja makan menikmati sarapan bersama-sama. Dalam sebulan mungkin hanya sekitar 4 atau 5 kali mereka bisa berkumpul bersama karena orang tua mereka yang lebih sering untuk bekerja di luar kota ketimbang di kota mereka sendiri.
Orang tua No memutuskan untuk pulang pergi ke luar kota daripada harus pindah kesana karena rumah yang mereka tinggali adalah warisan dari keluarga ayahnya secara turun termurun. Mereka tidak ingin meninggalkan rumah ini atau menjualnya, terlalu banyak kenangan di dalamnya dan No serta Nic sendiri juga tidak mau jika harus meninggalkan kota ini.
"No, kau sudah baik-baik saja? Apa kepalamu masih sakit?"
Ibu No meletakkan sepiring nasi goreng di depan No sambil mengusap surai No melihat bekas luka yang sekarang tinggal tertutup oleh band aid saja dan memastikan jika putra sulungnya memang sudah baik-baik saja.
"Aku sudah tidak apa-apa ibu, tenang saja hanya luka seperti ini sebentar lagi juga sembuh."
Jawab No sambil memperlihatkan senyum 5 jarinya memastikan agar ibunya tidak perlu khawatir dengan kondisinya sekarang.
"Lain kali hati-hati, jika sedang berdiri di bawah gedung pastikan tidak ada pot di atasnya agar kepalamu tidak tertimpa pot bunga lagi." Ayah No memberi peringatan padanya, karena No sejak kecil memang yang paling ceroboh dari pada Nic.
"Siap, ayah!"
No sengaja berbohong pada orang tuanya menggunakan kecerobohannya sebagai alasan, dia tidak ingin mereka tahu jika seseorang memukul kepalanya dengan batu. No tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir atau malah membuat mereka berfikir No salah pergaulan. Pekerjaan orang tuanya yang selalu membuat mereka jauh dari rumah terkadang membuat orang tua No sedikit posesif dengan pertemanan anak-anaknya. Mereka sadar jika jarang berkumpul dengan kedua anak lelakinya, oleh karena itu jika mereka tahu kedua anak lelakinya berteman dengan seorang yang menurut mereka tidak baik ayah dan ibu No pasti akan melarangnya berhubungan dengan teman tersebut dan menghubungi No atau Nic berkali-kali memastikan jika mereka tidak berhubungan lagi.
"P'No, hari ini biar Kla saja yang mengantar P'No ke kampus, motor P' aku yang bawa."
Suara Nic tiba-tiba memecah keheningan di tengah sarapan pagi mereka.
No terdiam sambil mengedipkan matanya beberapa kali mencoba mencerna kalimat Nic.
Orang tua mereka juga terdiam mendengar kalimat anak bungsunya dengan pandangan penuh tanya –Kla, siapa? Batin mereka
"Nic, kampusku dan sekolahmu berlawanan arah."
"Kla, siapa? Teman baru No atau temanmu Nic?"
ibu mereka mulai menginterogasi Nic, karena jujur saja orang tua mereka selama ini tidak pernah melihat anak bungsunya membawa teman laki-laki kebanyakan hanya teman wanita saja. Terakhir kali teman-teman Nic main ke rumah mereka saat Nic masih SD, wajar saja jika kedua orang tua mereka terkejut melihat Nic akhirnya bisa beradaptasi dalam dunia pertemanan tidak hanya dalam dunia percintaan saja.
"Biasa aja deh lihatnya, ayah sama ibu berlebihan banget ngeliatinya."
"Hahah, kami hanya senang aja Nic, akhirnya kamu punya temen juga, gak pacar aja yang dibanyakin." Jawab ayah mereka yang membuat seisi ruang makan menjadi riuh karena tawa mereka semua kecuali Nic yang berdecak sebal.
"Kla itu sahabat Nic, anaknya ramah yah! Ayah sama ibu tahu tidak, sahabat Nic itu walaupun masih SMA tapi mobilnya wow cakep banget!! Pas ibu sama ayah tidak ada di rumah yang perhatian sama No cuma Kla doang, Nic mah malah asik-asik pacaran sampai Kla aja di tinggalin pas main kesini."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Best Friend
Roman d'amourKengkla seorang anak lelaki SMA menyukai kakak dari sahabatnya sendiri. Dia tidak peduli walaupun usia mereka terpaut 3 tahun, Kengkla selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau. "Oohh, iya dia phi..." "Dia imut, kenalkan aku dengan dia!" Nic yang be...