33

1.8K 163 30
                                    

Biasanya kan aku buat berdasarkan orang ketiga nih.

Nah! kali ini beda, aku buat berdasarkan langsung tersangkanya. :)

Selamat menikmati. :) :) :)

.

Kengkla POV

.

Lelaki yang sekarang tengah berbicara dengan seorang gadis kecil itu adalah lelakiku.

Ya, dia milikku.

Aku sudah melakukan segala cara untuk bisa mendapatkannya.

"Hi sweety, jangan menangis, kakak boleh tahu dimana terakhir kali kamu bersama ibumu?" tanyanya dan gadis kecil berkepang dua itu menunjuk kearahku.

P'No mengikuti arah dimana jari kecil itu menuntunnya dan mendapatiku yang sedang memperhatikannya dengan seksama. Seperti biasa, ketika ia mulai sadar bahwa kita saling bertemu pandang P'No akan segera mengalihkan pandangannya. Aku sama sekali tidak benci dengan sikapnya itu, justru sebaliknya P'No terlihat sangat imut saat mencoba untuk menghindari tatapanku. Wajah putihnya akan berubah menjadi merah dan saat itu juga aku harus menahan diri untuk tidak menciumnya.

"Oh, maksudmu di sekitar tempat kakak itu berdiri?" P'No kembali bertanya dan gadis kecil itu menganggukkan kepalanya.

"Aku mau ketemu mamah!!" Sadar anak itu mulai menangis dengan kencang P'No segera menggendongnya, ia mencoba menenangkan gadis kecil itu. Oh, Tuhan dia terlihat sangat dewasa saat seperti ini! Rasanya aku siap jika harus meminangnya sekarang!

"Kla, ayo kita ke tempat informasi, sepertinya gak akan ketemu kalau kita cuma keliling-keliling seperti ini."

"Iya, phi." Jawabku sambil mendekatinya.

"Dimana ya tempat informasinya?" Tanyanya lebih kepada dirinya sendiri. P'No yang sedang berusaha menenangkan gadis kecil itu dan beruhasa bertanya kepada orang-orang sekitar terlihat sangat mempesona di mataku. Bahkan ia sampai melupakan makanannya hanya untuk mencari orang tua dari gadis kecil itu.

Butuh beberapa menit sampai akhirnya kita menemukan tempat informasinya dan beberapa menit kemudian orang tua dari gadis kecil itu datang. Mereka segera menggendong anaknya yang saat ini sedang asik memakan permen yang diberikan P'No untuknya dan yang membuatku kesal tanpa ucapan terimakasih sedikitpun mereka langsung melenggang pergi begitu saja. Brengsek memang!

"Mereka seharusnya berterimakasih padamu, phi! Enak aja langsung nyelonong pergi!" gerutuku.

P'No tersenyum kecil menanggapi ucapanku, "Mereka hanya sedang panik, Kla. Jangan berlebihan." Jawabnya santai kemudian berjalan di depanku.

"Phi..?" panggilku saat sudah berjalan beriringan dengannya.

"Kalau kita menikah nanti phi mau anak cowok apa cewek?"

P'No tampak terkejut dengan ucapanku, wajahnya tiba-tiba menjadi merah padam dan bicaranya mulai tergagap lagi. Ya, kebiasaannya saat sedang panik.

"Ka, kau gila ya, Kla! Mana bisa?!"

"Tentu saja bisa!" jawabku yakin dan P'No nampak mengerutkan alisnya.

"Yang penting phi terima lamaran Kla dulu." Lanjutku menggodanya.

"Jangan mikir yang gak enggak!" P'No berteriak dan berjalan dengan cepat meninggalkanku.

"Kenapa? Apa P'No gak pernah berfikir akan menikah denganku nantinya..?" gumamku saat ia sudah jauh berjalan di depanku.

My Brother's Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang