8. Persiapan comeback

1.2K 134 8
                                    

TUBUHKU mematung di balik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TUBUHKU mematung di balik pintu. Ada Mommy di depan sana, tengah membaca sebuah majalah di sebuah sofa ruang tengah dan bersilang kaki, juga ada teh hangat di atas meja. Apa jangan-jangan Mommy tahu kalau barusan aku sedang bersama Jungkook. Kalau iya, apa yang harus aku katakan?

Mommy meletakkan majalah yang tadi dia baca ke atas meja, kemudian dia berdiri sambil berdehem kecil. Setelahnya,
Mommy berjalan menghampiriku sambil memangku tangan, aku tak sanggup menatap Mommy saat ini.

"Aku tanya, darimana saja kamu?" Bentak Mommy, membuatku sedikit tersentak. Dimana Yuju dan Sissy?

Aku menarik napas, dan mulai memikirkan banyak kebohongan setelah ini. "Hm.. tadi, tadi aku hanya keluar sebentar."

Mommy menatapku penuh selidik. "Untuk apa kamu keluar? Apa ada anak perempuan keluar jam segini?" Mommy masih membentakku.

Mataku berputar sebagai refleks kepalaku yang memikirkan sesuatu untuk berbohong. "Aku bosan di rumah terus, makanya aku keluar. Niatnya cuma mau cari angin segar saja, aku lelah seharian bekerja."

Mommy menatapku dari atas sampai bawah, berusaha mencari celah kebohongan pada diriku. Aku hanya bisa tersenyum paksa, supaya Mommy tidak curiga. Setelahnya, Mommy meraba-raba celanaku. "Dimana ponselmu?"

Sedetik kemudian, tanpa halangan apapun. Mommy berhasil mengambil ponsel dari dalam saku celanaku. Mommy mulai mengecek ponselku. "Kamu pintar juga, ya?" Mommy mengantongi ponselku.

"Yak! Kembalikan ponselku, Mom." Aku berusaha merebut ponsel itu kembali.

Mommy memegang tanganku kemudian mencengkramnya kuat. "Akhh.... Mom, sakit sekali." Erangku merasakan hawa perih menghampiri pergelangan tanganku.

Mommy terus mencengkramnya sampai-sampai tanganku memerah. "Kamu berani bohong padaku..? Kamu menghapus pesan dari Daddy kesayanganmu itu tanpa mengabari aku..? Berani sekali.." Bentak Mommy sambil mencengkram tanganku lebih kuat kemudian menghempaskan tubuhku ke belakang. Punggungku menabrak dinding dengan kuat. Aku hanya bisa meringis tatkala kaki Mommy melangkah maju, belum sampai 10 menit ketenangan menghampiriku dan sekarang di gantikan dengan kerasnya hidup yang Mommy berikan. Kurasa leherku jedera, bagaimana ini?

"Mommy, pesan itu bukan apa-apa, percayalah." Aku berusaha menjelaskan.

"Kamu berani bohong padaku. Astaga, anak ini kapan sadarnya." Mommy mencengkram daguku. Apa ini? Apa aku benar-benar anak dari perempuan ini? Tega sekali dia seperti ini.

Aku muak! Aku bukan robot dan aku masih punya keberanian. Aku tepis tangan Mommy dengan kasar, dan aku dorong tubuhnya menjauh. Aku berdiri dan melotot. "Apa hak mu melarangku berbicara pada orangtuaku sendiri, hah? Dia ayahku, sampai kapanpun tetap ayahku. Sekeras apapun kamu mencoba, darah laki-laki itu akan tetap mengalir dalam tubuhku. Dia ayahku, apa kamu sadar? Suamimu pergi akibat ulahmu sendiri, Nyonya." Bentakku sekeras-kerasnya. Napasku memburu, emosiku sudah di titik akhir. Mommy tak berkutik akibat omgonganku.

ALJABAR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang