TANGANKU yang sedang memegang sebuah apel pun terlepas begitu saja. Aku tidak tahu ini sebuah pengakuan atau apa, yang pasti, saat ini aku merasakan sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tidak menjawab, menatap ke kulkas dan merasakan dinginnya udara di dalam sana semakin membekukan tubuhku.
Aku mulai berpikir hal-hal aneh tentang Haesun, sebenarnya, aku sudah mulai melupakan rasa kekhawatiranku kepada Haesun yang datang secara tiba-tiba itu. Tapi tidak untuk hari ini, tepatnya, malam ini aku merasa ragu dengan Haesun.
Apa ia datang hanya untuk mendekati Jungkook? Karena faktanya, Haesun menyukai pria itu. Aku mulai berprasangka buruk, aku tatap Haesun yang menunduk di sebelahku, ia juga diam, entah apa yang ia pikirkan, aku juga tidak tahu.
Sorot matanya berubah sayu, aku tidak tahu harus berbuat apa, rasanya sangat canggung kepada Haesun. Rasanya, ya! Ini agak gila memang, aku merasa kalau Haesun akan mengambil Jungkook dariku.
Aku cemburu, benar, aku juga tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul. Aku takut, aku takut jika Jungkook pergi dariku. Gila, kurasa aku marah, kepada Haesun tentunya. Tetapi, gadis itu masih remaja, umurnya masih sembilan belas tahun, ia lebih muda dari Yuju dan Sissy, dan aku merasa terlalu kekanakan jika marah dan merasa cemburu padanya.
"Apa makan malamnya sudah siap?"
Lamunanku buyar, hilang beriringan dengan langkah Yuju dan Sissy yang mulai mendekat. Aku mengabaikan pikiran ini dan langsung berdiri, aku tidak menatap Haesun, tapi aku tahu kalau gadis itu masih termenung.
"Hae-ya, kenapa kau melamun?" Yuju mendekati Haesun, ia menepuk pundak gadis itu pelan, mereka sudah sedikit akrab.
"Tidak apa, eonni." Elak Haesun, dapat kudengar langkah kakinya mendekatiku, diikuti Yuju dan Sissy.
Aku mengabaikan, dan terus memotong bahan-bahan untuk hidangan makan malam. Tanganku terasa kuat memegang pisau, aku tahu kalau Haesun berada tepat di seberangku, kami terhalang sebuah meja dan aku sangat bersyukur dengan hal itu.
"Tunggu di depan, aku tidak suka diperhatikan." Ucapku dengan nada sedikit membentak.
Haesun yang tadi sangat antusias saat melihatku lihai dengan pisau, akhirnya ia menampilkan raut wajah sendu lagi. Aku merasa bersalah, kenapa aku membentaknya? Aish, ini benar-benar gila.
Tetapi, Haesun tidak pergi meninggalkanku, aku sempat melirik ke arah Yuju yang menarik tangan gadis itu untuk meninggalkanku. Aku semakin menggila dengan pisau, sangat marah dan kemarahan itu hanya dapat aku lampiaskan ke pisau ini, wajah sumringah Haesun kembali terlihat, apa ia tidak kapok dengan suaraku tadi?
"Eonni, aku sedikit pandai dalam memasak, dulu aku sempat masuk ke kursus masak sebelum datang ke Veadel, jika kau mau~~"
TAK!
Cukup, ini sudah kelewat batas, aku benar-benar kesal dan tidak tahan. Aku menghentakkan pisau ke tulenan secara kasar, Haesun tersentak saat melihatku benar-benar marah, aku juga sadar bahwa emosiku naik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALJABAR ✔
FanfictionGenre: Romance, hard life. [Berantakan? Iya, belum direvisi :)] Orang-orang pikir, kehidupan Lee Yunbi sudah berada di level paling atas, sangat bahagia. Sorotan lampu, sorakan penggemar, penghargaan, wajah cantik, apalagi? Dari banyaknya teriakan y...