"J-Jaya...?"
"Serius lo, 'Ri?! Bukannya lo gak pernah suka sama dia?"
Wasa dan Dipha membelalakkan mata mereka setelah nama 'Jaya' keluar dari mulut Anri. Tentu saja Wasa dan Dipha tahu Jaya dan tahu persis kalau Anri tak pernah menyukai Alpha itu.
"Y-ya, gue emang gak pernah suka. Tapi, menurut gue, Jaya yang paling bisa dimintain bantuan, dia juga temen deketnya Ernest, kok! Mereka selalu hangout bareng."
Dipha menelan ludahnya yang terasa pahit, ia tak menyangka kalau Jaya-lah orang pertama yang Anri mau meminta bantuan kepadanya. "Anri... A-apa kita... Nggak usah ikut campur urusan Uta dan Ernest aja?"
"Maksudnya, Dip?"
"Jaya gak akan mau dimintain bantuan secara cuma-cuma, 'Ri. Apalagi dari lo." kata Wasa khawatir. Tapi Anri hanya membalasnya dengan senyuman pilu di bibirnya.
"Kita belum coba, Wasa. Kasihan. Uta... Gue gak tega ngeliat dia yang keadaannya begitu waktu bel pulang tadi," Anri memasang wajah pilu. "G-gue rasa gak ada salahnya buat coba minta tolong ke Kak Jaya."
"O-oke, 'Ri, kalau lo bener-bener maunya kayak gitu..." kata Dipha sambil menggenggam tangan sahabatnya. "Tapi gue mohon, 'Ri, jangan turutin Jaya kalau dia macem-macem sama lo!"
Anri tidak main-main saat ia berkata akan meminta bantuan ke kakak kelasnya itu. Saat istirahat pertama pukul sepuluh pagi keesokan harinya, Anri berjalan sendirian ke taman hijau rimbun yang berada di belakang sekolahnya. Di sanalah biasanya Jaya dan teman-temannya berkumpul saat istirahat.
Meskipun langkahnya tegap, Anri tetap merasa takut dan deg-degan. Wasa dan Dipha benar kalau Jaya tak akan memberi bantuan secara cuma-cuma, mengingat itu Anri pun menghentikan langkahnya saat ia tiba di taman hijau sekolah, padahal Jaya sudah berada di depan mata, tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya.
Tetapi, semua ini ia lakukan demi Uta, seorang Omega yang haknya dikalahkan oleh Alpha. Ia pun menghela nafas panjang, mengumpulkan segenap keberaniannya, lalu kembali melangkah tegap menuju kumpulan Alpha itu.
Seorang Omega yang datang ke kumpulan Alpha itu sama saja mendatangi kandang singa, Anri langsung menarik perhatian semua Alpha yang ada di sana dan mendapat tatapan remeh dari mereka. Tidak ada Omega yang berani ke area taman ini saat para Alpha berkumpul, bahkan Beta pun enggan. Namun Anri tak gentar, meskipun badannya jauh lebih kecil dibandingkan mereka, ia melewati Alpha-alpha lainnya dan langsung menuju Jaya yang berada di tengah-tengah.
"Wah, wah... Tumben datengin gue, Anri~" Jaya tersenyum lebar ketika melihat Anri mendatanginya. "Kenapa, cantik? Ada perlu?"
"K-Kak Jaya..." panggil Anri dengan suaranya yang gemetar.
"Ikut aku sebentar, Kak, please."
Teman-teman Jaya langsung riuh saat Anri meminta Jaya ikut bersamanya, mereka menepuk bahu Jaya untuk menyuruhnya ikut saja dengan Anri. Beberapa lainnya bersiul seperti serigala.
"Ikut, Jay! Ikuuut!" goda mereka sambil tertawa keras.
Jaya pun berdiri, masih dengan senyuman lebar di bibirnya. Ia setuju untuk ikut dengan Anri, Anri pun segera membalikkan badannya dan berjalan dengan Jaya di belakang. Ia dan Jaya menuju bagian belakang gedung ekskul yang relatif sepi jika tidak ada kegiatan ekstrakulikular.
Mereka berhenti di sana, Jaya melipat tangannya di depan dada menunggu Anri membuka mulutnya.
"Kak Jaya, aku minta bantuan--"
"Soal Uta dan Ernest, kan?"
Anri terkejut, matanya terbelalak lebar setelah Jaya menyela perkataannya. "K-kenapa Kak Jaya tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona Non Grata
Romance( C O M P L E T E ) O M E G A V E R S E Setelah tiga belas tahun mengabdi di angkatan udara, Jean-Rouanet Himadya Azéma memutuskan untuk mengundurkan diri. Jean--yang merupakan seorang Alpha laki-laki pun kembali untuk meneruskan perusahaan ayahnya...