14 - Love Me, Fuck Me, Take Care of Me

13.9K 690 30
                                    

Anri bangun dengan kepalanya yang luar Bias pening dan berat. Detik pertama ia membuka mata pagi itu, pandangannya seolah-oleh mengajaknya naik jetcoaster dulu.

"Nnnggg..." erang Anri sambil memegang erat kepalanya. Nyeri, nyut-nyutan.

...

...

....

"Guk!"

...

"Guk!"

Eh?

Eeeh?!

Kenapa tiba-tiba Anri mendengar suara anjing menyalak?!

Suaranya samar-samar, tapi tetap terdengar jelas. Anri berusaha keras untuk bangun dari tidurnya karena suara anjing itu sekarang disertai oleh suara seseorang yang teredam tembok.

"Ssssh, Griffin! Sit!"

"Guk!"

....

"Good boy!"

Anri duduk, masih dengan selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Matanya melirik ke sana kemari. Karena jiwanya belum benar-benar terkumpul, Anri belum bisa mencerna apa yang terjadi di sekitarnya.

Dan... Mata Anri mendadak terbuka lebar saat ia menyadari apa yang terjadi!

Pertama, kejadian dan keributan semalam. Anri ingat dia kehilangan kesadaran karena ia tersungkur ke lantai toilet semalam. Di saat-saat terakhir sebelum pemandangannya menghitam, ia melihat segala kekacauan di sana.

Kedua, di mana Dipha?

Ketiga, di mana Anri sekarang?!

Anri menelan ludahnya yang terasa pahit. Ia haus sekali, tenggorokannya seperti dicekik seseorang. Anri tak mengenal kamar siapa ini, dan kenapa Anri bisa di sini. Kepalanya menengok ke sana-sini untuk mencari suatu petunjuk.

Dari jendela kamar, Anri tahu ia sedang berada di sebuah gedung tinggi. Apartemen. Anri kemudian mendadak pucat pasi ketika matanya melihat sebuah jam dinding di kamar itu...

Pukul delapan pagi!

Gawat. Gawat. Gawat. Celakalah Anri.

Tak terbayang bagaimana reaksi Jean saat Anri pulang nanti. Ia belum mengecek hpnya dari semalam. Anri tak bisa membayangkan bagaimana kecewa dan marahnya Jean karena Anri belum pernah berbuat seperti ini sebelumnya! Anri menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

Bajunya masih yang semalam... Dan Anri pun pucat lagi.

Anri nggak mungkin pulang pakai baju begini! Baju yang ia pakai saat berangkat... Pasti ketinggalan di bar kemarin. Anri menitipkannya ke sana seperti saran Dipha.

Tapi, ya sudahlah! Itu urusan nanti. Anri pikir pokoknya ia harus keluar dari sana dulu. Sayangnya, ia juga tak menemukan di mana sepatunya.

Anri berdiri cepat-cepat karena ingin pulang. Sebelum ia sadari dan sempat berdiri, kepalanya seolah-olah berputar lagi. Kaki Anri pun bergetar lemas.

Bruk!!

"Auw!!"

Anak itu terjatuh dari kasurnya--yang sialnya lumayan tinggi. Tubuh Anri telak kena lantai.

"Guk!! Guk, guk!"

"Kenapa, Griff?!"

"Guk!!"

Pintu kamar di sebrang Anri terdengar dicakar-cakar dari luar. Anri yang berusaha bangun meliriknya, semakin panik. Anri takut, takut bertemu siapa orang yang membawanya ke sini.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang