32 - a matter of time

4.7K 407 8
                                    

PLAK!

Jean menutup mata dan mengeratkan rahangnya. Tangan Anri tak sengaja menampar wajahnya ketika ia sedang menahan Anri untuk tidak kabur dari apartemen.

Mereka berdua sedang berada di atas sofa sekarang. Jean memeluk Anri kuat-kuat--sementara Anri juga meronta kuat-kuat.

"Lepasin... lepasin aku... Ukh.." Anri masih terisak, namun suaranya mulai memelan.

"Nggak. Kamu pasti mau kabur,"

"Hiks... Aku cuma nggak mau deket-deket Jean sekarang!"

Anri memukul dada Jean, lalu melanjutkan aksi berontaknya lagi. Jean semakin memeluknya lebih erat, ia menaruh kepala Anri di dadanya. "Ri, yang aku lakukan untuk kamu itu untuk kebaikanmu sendiri," ucap Jean di telinga Anri, masih mencoba untuk memberikan tunangannya pengertian.

"Aku... cuma pengen kamu aman."

"Nggaaak...! Jean egois, egois!" Anri memekik meskipun berada di pelukan Jean. "Lepasin aku... Aaaaah!!"

Jean menghela nafas. "Benar, aku egois. Aku minta maaf karena sudah beli MIP, Ri."

"Tapi aku nggak akan minta maaf karena sudah membuat Charlos jauh dari kamu."

Karena pilu mendengar tangisan dan pekikan Anri, Jean perlahan-lahan melepaskan Anri dari pelukannya. Merasa dekapan Jean sudah sedikit renggang, Anri tak berbasa-basi, ia mendorong dada Jean kemudian berdiri. Anri melangkah ke belakang. Air matanya masih mengalir dan kelopak matanya bengkak.

Apa yang Jean khawatirkan benar terjadi. Anri berlari menuju pintu. Jean berdiri dengan sigap, mengejar Anri tepat di belakangnya. Tetapi Anri tau kalau ia akan kalah cepat dengan Jean. Mengetahui hal tersebut, Omega itu berhenti dan dengan cepat membalikkan tubuhnya saat ia berada tepat di samping pintu.

"... Stop!!" jerit Anri kepada Jean.

"Ja-jangan mendekat! Jangan ikutin aku!" titahnya. Dan, strateginya rupanya berhasil. Jean berhenti, tangannya terangkat--tanda bahwa ia takkan mendekati Anri.

"... Oke. Tapi, setidaknya, bilang padaku, Ri. Kamu mau kemana?" Jean bertanya dengan amat hati-hati. Ia memandangi Anri yang sedang mengambil dan memakai sepatunya dengan waspada.

Anri tak langsung menjawab Jean. Ia memakai sepatunya lebih dulu. Selesai memakai sepatu, Anri berdiri, dan barulah ia menjawab pertanyaan Jean.

"Aku nggak mau deket-deket Jean dulu."

Ia menaruh tangannya di dada, Anri meremas baju di bagian dadanya. "J-Jangan ikutin aku... Jangan coba-coba.. Ka-kalau Jean coba-coba, aku... Aku bakal benc--"

"... Ukh,"

Bola mata Jean terbuka lebar, dia menunggu Anri menyelesaikan kalimatnya. Akan tetapi, tunangannya tak menyelesaikan kalimat itu. Anri meremas bajunya semakin kuat, air matanya malah mengalir lagi. Anri membalikkan badannya, ia keluar dari unit tanpa sepatah kata pun lagi pada Jean.

...

...

...

...

Satu-satunya tempat yang Anri rasa aman untuknya saat ini adalah rumahnya. Dipha sekarang tinggal dengan Raden, Wasa pun pasti sedang bekerja karena ini masih tengah hari. Anri tak bisa datang ke tempat mereka berdua saat itu.

Anri hanya membawa sedikit uang bersamanya. Ponsel ia tinggalkan di apartemen. Selain baju yang ia pakai saat itu dan sedikit uang di saku celananya, Anri tak membawa apa-apa lagi. Anri memutuskan untuk memberhentikan taksi yang lewat, dan berharap kalau di rumahnya ada seseorang--atau setidaknya ia bisa menemukan uang untuk membayar taksi itu.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang