16 - the thing you gave me

6.3K 581 28
                                    


Entah hari ini memang sedang kurang nggak menguntungkan atau apa. Hampir satu jam Anri berdiri di halte, namun tak ada satupun ojek online yang mau mengambil orderannya. Atau bahkan tak ada angkot yang menuju ke daerah apartemennya. Anri masih berkutat dengan hpnya.

Anri mulai lelah, ia pun bersandar di tiang besi halte itu. Sudah cukup malam, Anri mau rebahan di kasurnya yang empuk. Ia juga belum ganti baju.

Tepat saat orderannya lagi-lagi tak diterima, sebuah mobil berhenti di depan Anri. Awalnya Anri tak cukup peduli dengan mobil yang berhenti tepat di depannya itu, tapi ada wajah yang Anri kenal muncul saat jendela mobil itu diturunkan.

"Anri?! Ngapain lo di sana!"

"... K-Kak Nikolai!"

Nikolai, sahabatnya Jean yang membawa mobil itu. "Heh, kok di situ sendirian?"

"Eheheh, aku abis dari rumah temen, nunggu Grab dateng tapi ditolak terus daritadi,"

Anri mendekati Nikolai, "Kak Niko sendiri ngapain di sini?"

"Abis ketemuan sama temen juga. Gue anterin lo pulang, deh, yuk!" kata Nikolai, menawarkan untuk mengantar Anri pulang.

Mata biru Anri langsung berbinar. Kebetulan sekali! Ia agak was-was juga karena kejadian barusan di rumah Dipha, dan sudah lelah menunggu Grab atau angkot yang tak kunjung datang.

"Eeeh? Boleh, nih, Kak Nikolai? Nggak ngerepotin?"

"Nggak, lah. Itung-itung ikut jagain pacar temen, yang lagi ditinggal jauh, hahahaha,"

Anri senang sekali, ia langsung mengitari mobil Nikolai dan masuk, duduk di samping Nikolai. "Hehe, makasih ya, Kak Niko."

Setelah Harris dikenalkan dengan Anri dua setengah tahun lalu, maka tentu saja Nikolai juga ikut kenal. Sama kagetnya dengan Harris, ketika mengetahui Jean tinggal bersama Omega--yang masih SMA.

"Emm, Ivan gimana, Kak? Sehat, kan? Kayaknya aku udah lama, deh, nggak ketemu Ivan."

"Iya, udah lama, Ri. Ivan lagi sehat banget, kok, udah agak lancar jalannya. Sekarang, sih lagi di rumah neneknya."

"Oooh, makanya Kak Niko bisa bebas keluar, niiih? Jalan sama temen?"

"--ih! Anak kecil sok tau, ya!"

Anri tertawa karena reaksi Nikolai yang agak tersipu. Mungkin tebakan Anri ada benarnya juga. Nikolai mengantar Anri sampai ke apartemennya.

Selama perjalanan, mereka mengobrol. Tapi mata Anri tak lepas dari Nikolai, yang menatap jalanan sambil mengobrol dengan Anri.

Anri ingat kalau Kinara, istrinya Nikolai juga hamil di luar pernikahan. Malah itu salah satu faktor kenapa mereka berdua bisa menikah. Meskipun pernikahan mereka buru-buru, syukurlah Nikolai dan Kinara berumah-tangga dengan rukun.

Apakah janin di perutnya ini bisa menuntun Anri ke nasib yang sama seperti Kinara? Tapi Kinara jauh lebih dewasa saat ia hamil duluan. Sedangkan Anri...

Lulus SMA saja belum.

Mereka sampai di apartemen, Anri turun di depan lobi. "Makasih banyak, Kak Niko. Salam sama Kak Kinara dan Ivan, ya!"

"Hahaha, iya. Pasti gue sampein." Nikolai terkekeh.

"Eh, Ri. Gue tau lo sendirian di apartemen. Kalo ada apa-apa, jangan segen buat telpon gue, ya." kata Nikolai, berpesan.

"Oke, Kak!"

"Ya udah. Kalo gitu gue balik dulu, ya."

"Iya, Kak Niko. Sekali lagi makasih yaa~"

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang