11 - just begun

9.8K 781 19
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu tiba dengan begitu cepatnya. Tanpa Anri sadari, hari ini sudah hari keberangkatan ayahnya dan Athena ke Los Angeles.

Pagi itu sangat hening di kediaman keluarga Anri. Tidak seperti hari Sabtu biasanya, di mana pasti ada saja kerjaan yang dikerjakan salah satu dari mereka. Sabtu pagi itu hening sekali karena Athena sedang begitu muram, dan tiga anggota keluarganya yang lain tidak tahu apa yang harus mereka perbuat untuk membuatnya ceria.

Kelihatannya Athena sudah cukup lelah menangis. Ia menunggu Ashraff yang sedang mengeluarkan mobil dari garasi, duduk cemberut di kursi teras rumah, mukanya kusut padahal pakaiannya sudah rapi. Saat itu masih jam lima pagi, langit masih berwarna biru gelap karena matahari belum muncul. Mata Athena sembab dan bengkak sambil memandangi Ashraff yang mengeluarkan mobilnya dengan hati-hati.

Dipha dan Wasa pun sudah dengan rajinnya menunggu di teras rumah Anri bersama Athena. Anri meminta mereka untuk datang. Sesuai janji mereka sebulan yang lalu, mereka pun datang, untuk menemani Anri mengantar Ashraff dan Athena ke bandara.

Dipha menoel pipi Athena yang menggembung karena kebanyakan cemberut. "Aku denger dari Anri kalau tadi malam Athena udah janji gak akan ngambek, kok sekarang manyun begitu?"

Tak ada respon. Wasa menyikut Dipha untuk mengisyaratkannya untuk diam saja.

Tapi Dipha malah ikut-ikutan cemberut.

Meskipun begitu, cemberutnya Dipha nggak bertahan lama. Saat Prabu keluar dari rumah wajahnya sudah sumringah lagi seolah-olah melihat tumpukan emas. Prabu yang sudah ganteng itu menyapa Dipha dan Wasa dengan ramah.

"Makasih, ya, kalian udah mau nganterin Anri. Anri jadi semangat karena ada kalian," kata Prabu, ramah sekali sampai-sampai kalau Dipha bisa meleleh, melelehlah dia.

"Eh, kalian masuk duluan deh ke mobil, aku mau panggilin Anri dulu. Athena, sana masuk mobil duluan sama mereka!"

......

.....

....

...

..

.

Athena semakin ngambek saat keberangkatan mereka tinggal empat puluh lima menit lagi.

Ia menangis kencang dan tersegu-segu ketika ia dan papanya hendak masuk ke ruang tunggu, setelah panggilan untuk memasuki gerbang keberangkatan. Tangisnya pecah begitu Ashraff menggenggam tangannya, lalu menyuruhnya untuk mengucapkan sampai jumpa pada Prabu dan Anri.

"Huweeeee!!! Aku nggak mau pergiiii!!" jeritnya.

"Kamu kayak mau pisah selamanya aja, sayang. Nanti liburan musim panas kita pulang, kok." Ashraff terkekeh kecil sambil membungkukkan badannya dan mengelus kepala Athena.

"Iya, Papa bener. Kita bakal ketemu lagi, kok, Athena. Athena 'kan juga nggak akan selamanya di sana, cuma sampai tugas Papa selesai." kata Anri yang ikutan mengelus-elus kepala adiknya.

Duh, Anri sebenarnya juga mau menangis. Hatinya sakit melihat adiknya sesedih ini. Athena manja pada Anri dan hampir tidak pernah jauh, mereka dekat sekali. Dan kepindahan Athena ke benua lain seperti ini pasti membuat gadis kecil itu syok.

"Ta-tapi... Tapi... Sama aja aku bakal jauh sama Kak Anri..." isak Athena, air matanya bercucuran membasahi pipinya.

"Kalau sama aku di sini, kamu nggak akan tumbuh jadi Alpha yang baik," ucap Anri lembut.

Tapi, rupanya Athena masih nggak terima dengan keberangkatannya. Bukannya tenang, ia malah menangis tersegu-segu lagi. Ashraff menenangkannya lagi lalu menarik tangan Athena perlahan-lahan ke gerbang keberangkatan.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang