Jean dapat izin dari Anri untuk membuka pakaiannya.
Well... Jean memang menawarkan diri untuk membantu Anri. Tapi, dia tak pernah menyangka ini semua.
Jean menelan ludahnya dengan lehernya yang terasa dicekat kuat-kuat. Anri sedang mencondongkan tubuhnya ke belakang sekarang, mempersilahkan Jean untuk membukakan bajunya dengan tangannya sendiri. Wajah anak itu lebih merah daripada kepiting rebus, padahal posenya menggoda seperti itu.
Anri yang masih sesegukan mengizinkan Jean untuk menggantikan pakaiannya. Jean membuka satu persatu kancing kemeja yang Anri kenakan, sudah basah dan dingin. Tubuh bagian atasnya pun terekspos saat Jean melepas kemeja dari tubuh Anri. Tenggorokan Jean rasanya makin tercekat saat ia melihat tubuh mungil berkulit putih itu, bersih dan mulus seperti porselen. Jean menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengubur naluri Alpha-nya dalam-dalam.
Pria itu membantu Anri untuk berdiri, supaya celananya bisa lepas. Jean menahan nafas saat Anri hendak melepas celananya. Tetapi, anak itu berhenti dan menatap Jean dengan matanya yang sembab.
"Kak Jean... J-jangan liat... Balikin badan, please?"
"... A-Anri, gimana kalau ganti baju di kamar aj--"
"Balikin badan, Kak Jeannn..."
"Oke, oke. Nih, aku balikin badan. Ja-jangan nangis lagi, Anri."
Jean menurut saja lantaran tak tega kalau harus melihat Anri menangis lagi, ia buru-buru membalikkan badannya seperti yang Anri minta. Meskipun begitu, sialan, memang dasar rezekinya Jean untuk bisa melihat lekuk tubuh Anri; begitu Jean berbalik badan, ada sebuah kaca tepat berada di depannya dan Anri. Jean baru ingat ada kaca di sana, dan sepertinya Anri tidak menyadarinya.
Bukannya ingin sengaja melihat lekuk badan seorang anak SMA, tapi menolak rezeki namanya kalau Jean tidak melihat. Jean merasa bersalah sekali karena Anri menyuruhnya untuk balik badan supaya Jean tidak melihatnya membuka celana, Jean bisa saja memejamkan matanya rapat-rapat. Namun, terlambat, Jean keburu mendapat pemandangan seorang bidadari membuka baju di belakangnya.
Ia melihat sepasang bongkahan lemak yang mulus, bulat dan kenyal minta diperhatikan. Kemudian sepasang kaki langsing yang menjadi penopangnya. Saat Anri membungkuk untuk membuka set garter belt-nya, mata Jean makin melotot.
Anri adalah Omega. Omega laki-laki mempunyai vagina. Terakhir kali Jean melihat vagina seorang Omega laki-laki adalah saat ia berada di kapal pesiar yang sama dengan Anri, pesta lajangnya Nikolai. Tapi saat itu ia sama sekali tak sudi untuk melihat bagian vital Omega di sana. Entah kenapa, saat ini, begitu ia melihat punya Anri... Rasanya beda.
Tetapi, saat melihat Anri membuka garter belt-nya, Jean malah menjadi merasa iba. Ia tak habis pikir bagaimana perasaan Anri saat pakaiannya dibuka paksa, dan ia disuruh memakai pakaian seperti itu. Jean ingat mengapa Anri setuju untuk datang ke pesta keluarga Liondar itu--demi seorang Omega di sekolahnya. Tapi Jean tak menyangka ia akan bertemu Anri di resepsi itu.
Sebuah momen sesaat yang begitu singkat, Jean tidak berkedip sama sekali. Anri melakukannya dengan cepat. Membuka celana, mengelap badan dengan handuk, lalu memakai hoodie yang Jean berikan. Tapi anak itu mematung saat ia selesai memakai hoodie dan menaruh handuknya di lantai.
"Kak Jean," panggil Anri, suaranya pelan sekali.
"Y-ya, Anri?"
"Kak Jean punya celana dalam...? Ngh--ng-nggak enak kalo nggak pake... Dingin."
Dheg. Astaga... Benar, Jean baru ingat. Ia lupa mencari celana dalam untuk Anri!
"Ya ampun, Maaf, Ri... Aku lupa." ucap Jean, masih berbalik badan dari Anri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona Non Grata
Romance( C O M P L E T E ) O M E G A V E R S E Setelah tiga belas tahun mengabdi di angkatan udara, Jean-Rouanet Himadya Azéma memutuskan untuk mengundurkan diri. Jean--yang merupakan seorang Alpha laki-laki pun kembali untuk meneruskan perusahaan ayahnya...