26 - Terima Kasih untuk Hujan

7.4K 517 13
                                    

Jean dan Anri
.
Oxley Park, Bogor


Ketika Jean pulang kerja, Anri sedang terlelap di sofa yang berada di samping jendela yang menyediakan pemandangan halaman belakang rumahnya. Omega itu mendengkur halus, ia tertidur dengan lengannya sebagai bantal, dan wajahnya terlihat begitu damai.

Jean sengaja pulang cepat, karena ini adalah hari pertama Anri berada di rumah tepi hutannya. Tapi, kenapa, KENAPA kekasihnya tidur di samping jendela, tanpa mengenakan apa-apa kecuali sweater-nya yang kebesaran?! Jean kaget saat ia iseng menyingkap kain bali tipis yang Anri gunakan sebagai selimut, dan ia malah mengekspos tubuh molek pacarnya tanpa sengaja.

"Sa-sayang," Jean meneguk ludahnya, tangannya mendarat di pantat Anri perlahan-lahan. "Pakai baju dulu, yuk? Kamu gak kedinginan?"

Di luar memang tengah hujan, Jean khawatir Anri akan kedinginan kalau cara berpakaiannya seperti itu. Tapi, Anri malah menggeliat, ia berbalik dan memeluk lengan Jean.

"Mmph... Jean udah pulang?" tanya Anri, nadanya meracau tapi dia belum juga membuka matanya.

"Iya, aku udah pulang. Pakai baju dulu, yuk."

Perlahan-lahan Anri bangun dibantu oleh Jean, ia duduk dengan pantat telanjangnya. Jean menghela nafas ketika tubuh bagian bawah Anri menyentuh sofa Boca de Lobo velvet itu--dan jujur, Jean iri pada sofa tersebut.

"Kenapa nggak pakai baju? Kamu nggak dingin?" tanya Jean, ia berlutut di depan Anri untuk menutup bagian tubuh bawahnya dengan menggunakan kain bali itu. Anri menggelengkan kepala sembari mengucek-ucek matanya.

"Mmm... Supaya Jean gampang masuknya," Anri berkata pelan. Ia menutup sebagian wajahnya dengan lengan sweater Jean yang kebesaran di tubuhnya dengan amat menggemaskan. Jean bisa melihat sebagian kecil pipi Anri yang terlihat merona.

"Tapi kamu tidur persis di samping jendela begini, kalau ada yang lihat gimana? Sasmi misalnya. Penjaga baru yang itu tugasnya 'kan keliling. Menang banyak dong, dia." 

Anri menyingkap kembali kain bali tipis yang baru saja digunakan Jean untuk menutup tubuhnya, ia perlahan-lahan membuka kedua kakinya untuk menggoda Jean, namun ia tutup vaginanya menggunakan tangan.

"Berarti itu rezekinya Sasmi." kata Anri. Omega itu tersenyum binal.

Jean menerjang Anri dan menindih pelan tubuhnya, Anri memekik kaget, ia tertawa-tawa karena merasa berhasil membuat Jean kesal.

Di sore yang hujan itu, Anri dan Jean melakukan seks tanpa foreplay. Anri sedikit terkejut lantaran ia menyentuh penis Jean yang tegang di dalam celananya, padahal mereka belum melakukan apa-apa. Jean menyingkap sweater Anri sampai dada atasnya, dan Alpha itu mengangkat tubuh Anri, dihadapkannya tubuh mungil itu pada jendela. Penisnya mempenetrasi vagina Anri tanpa pemanasan. Tanpa cumbuan yang manis, atau rangsangan-rangsangan menggairahkan.

"Akh... Aaanghh... Sssh..." Anri meringis ketika penis kekasihnya masuk dengan agak memaksa ke dalam tubuhnya. Kedua tangan Jean mencengkram erat-erat pinggulnya, kemudian Jean mulai bergerak keluar dan masuk. Tubuh Anri bersender pada kaca jendela.

Perih rasanya lantaran Jean masuk tanpa pemanasan lebih dulu. Meskipun perih, seks seperti ini membuat hati Anri bergetar. Anri tersenyum sembari menggigit bibir bawahnya. Ia suka ekspresi Jean yang terlihat tak bisa menahan diri, dan bagaimana pria itu menerjang tubuhnya, mencengkram erat pinggulnya, mengeluarkan dan memasukkan kejantanannya seolah tak ada hari esok.

Anri tak peduli apa-apa lagi, ia hanya bisa mendesah dan mengerang nikmat merasakan penis Jean yang masuk jauh ke dalam tubuhnya. Anri tak peduli Jean tak menggunakan kondom, apakah dirinya sedang ovulasi, dan heat-nya yang tinggal sebentar lagi menurut kalkulasinya. Ia semakin terangsang ketika merasa tangan Jean menggerayangi tubuh bagian belakangnya, lalu naik semakin tinggi hingga Jean mengambil semua rambut panjang milik Anri sebanyak yang ia bisa. Jean menggulung helaian rambut Anri di genggamannya.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang