Anri menatap mamanya yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit dari bagian luar kaca ruangan.
Ketika Anri, Prabu, dan Athena tiba di rumah sakit, dokter mengatakan kalau kondisi Eliza menurun drastis dan harus segera dirawat intensif di ruang ICU. Eliza ditempatkan di ruang khusus yang berbentuk kubus terbuat dari kaca, mereka belum boleh masuk ke sana karena Eliza sedang dalam proses penanganan.
"Mama..." Anri menggumam pilu, ia menempelkan tangannya ke kaca yang jadi pembatas antara ia dan ibunya. Anri menatap Eliza dengan nanar, sementara berbagai alat-alat dipasangkan ke badan Eliza.
Anri sama sekali tidak mengerti, mamanya sehat-sehat saja belakangan ini. Bahkan sebelum Papanya berangkat ke Singapura untuk urusan kerja, mereka sekeluarga sempat pergi CFD bersama, ia juga ikut senam bersama ibu-ibu kompleknya. Anri sedang mengingat-ingat apa saja yang Mamanya lakukan minggu-minggu belakangan ini, dan semua aktivitasnya ia jalani dengan baik-baik saja!
Prabu sedang mengurus administrasi dan mencoba untuk memastikan apakah ayah mereka bisa pulang secepat mungkin. Sayangnya, Ashraff, ayahnya tak bisa menemukan tiket pesawat langsung ke Jakarta untuk hari ini. Jadinya Anri menunggu mamanya bersama Athena di luar ruang ICU sambil memegangi tangan adiknya.
"Kak, Mama bakal kenapa-napa, kan?" celetuk Athena, ia menghentakkan tangan kakaknya pelan dan tersenyum ketika berhasil mengalihkan pandangan kakaknya. "Mama masuk rumah sakit lagi, padahal udah lama Mama nggak sakit..."
Kakaknya itu tidak tahu apa yang harus dikatakannya, tapi Athena cerdas dan sudah cukup umur untuk mengerti apa yang terjadi pada ibunya. Anri pun berlutut di depan Athena dan tersenyum tipis, "Jantung Mama lemah, Athena. Sewaktu-waktu Mama bisa masuk rumah sakit kayak gini, makanya Athena harus selalu siap kalau Mama sakit, ya?"
Athena memandang bola mata kakaknya dan mengangguk kecil. Tak lama kemudian, Prabu kembali dengan langkah tergesa-gesa, ia menatap kedua adiknya bergantian. "Papa udah dapat tiket, tapi jam tiga malam baru berangkat. Kalian gimana? Mau pulang atau tunggu di sini?"
"Tunggu di sini! Tunggu Mama!" sergah Athena cepat, alis anak itu bertaut seakan-akan menyatakan keinginannya untuk benar-benar menunggu Mama dan Papanya di rumah sakit.
"Tapi kalian berdua sekolah besok."
"Nggak apa-apa, Kak Prabu. Kak Prabu juga besok sebenernya ada kelas, kan?" Anri menyahut dan tersenyum sambil mengusap-usap puncak kepala Athena. Prabu terdiam karena adiknya benar.
"Seenggaknya sampai Papa dateng... Nanti aku sama Athena bisa pulang naik Go-Car."
Tetapi kenyataannya, baik Anri maupun Athena memang tidak ada yang mau pulang. Mereka belum boleh masuk ke box ibu mereka bahkan setelah alat-alat untuk membantu Eliza ter-install. Untuk menstabilkan kondisi Eliza dulu, kata seorang suster yang berjaga di sana. Mereka baru boleh masuk dua jam setelahnya, saat hampir tengah malam.
Prabu dan Anri menatap ibu mereka yang sedang tertidur, namun nafasnya terlihat berat dan dadanya naik turun. Sementara itu, Athena mengantuk sampai terangguk-angguk dan tangannya dipegang Prabu.
"Mama..." bisik Anri pelan sekali, anak itu menggenggam tangan ibunya yang terasa dingin.
Anri tidak cukup tahu soal rumah sakit atau medis, tapi yang ia tahu dari ekskul PMR, ICU adalah ruang rawat intensif untuk orang dewasa--menangani pasien yang harus dirawat intensif agar nyawanya terselamatkan. Mamanya tidak dirawat di ruang biasa. Seketika rasa sedih menyeruak dan menyelimuti hati Anri.
"Cepet sembuh, Ma.", kini Anri menggenggam tangan ibunya dengan kedua tangannya, memegangnya erat-erat.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona Non Grata
Romance( C O M P L E T E ) O M E G A V E R S E Setelah tiga belas tahun mengabdi di angkatan udara, Jean-Rouanet Himadya Azéma memutuskan untuk mengundurkan diri. Jean--yang merupakan seorang Alpha laki-laki pun kembali untuk meneruskan perusahaan ayahnya...