13 - Anri, 17 Tahun, Kelas 12 SMA

8.3K 657 30
                                    


"Jean, ya? Ya, Jean...? Pleaseee?"

"No, baby. Dengar apa kata papa kamu tadi? Sebelum beliau sama Athena balik ke L.A.?"

"Jeaaannn, aku mohon... Ini pertama kalinya aku nonton konser, aku kan sebentar lagi mau lulus,"

"Terus kenapa kalau kamu sebentar lagi mau lulus?"

"Itu artinya aku udah dewasa!"

Anri masih merengek pada Jean tanpa henti, bahkan pada saat Jean duduk di sofa ruang tengah untuk membaca file laporannya.

Singkat cerita, Dipha mengajak Anri untuk nonton konser secara mendadak--konsernya diadakan minggu depan. Sayangnya Wasa nggak bisa ikut karena di pekan-pekan ini, Beta itu menjalani UAS di kampusnya.

Ashraff dan Athena pulang selama hampir satu bulan, Athena sedang spring break. Hari ini, mereka berdua sudah harus kembali lagi ke Los Angeles. Anri dan Jean baru saja pulang mengantar mereka berdua, sementara Prabu kembali ke kosannya.

Selama Ashraff di sini, Jean menyuruh Anri untuk menanyakan papanya boleh atau tidak untuk nonton konser itu. Ashraff, sih, kurang yakin untuk menyetujuinya. Anri kecewa berat, pasti Jean juga akan sependapat dengan Ashraff. Dan benarlah perkiraannya, Jean semakin susah diminta izin.

Anri belum pernah nonton konser besar, yang diisi dengan artis-artis luar negeri semacam konser ini. Anri ingin sekali--setidaknya sebelum ia lulus SMA untuk menonton konser bersama sahabatnya. Jadi Anri agak kekeuh kali ini, padahal biasanya Anri akan menurut kalau Jean tidak memberi izin.

Sebenarnya lelah juga merengek seperti ini. Jean cukup tegas, ia belum goyah. Anri yang sudah sedikit murung duduk di bawah, di depan Jean yang sedang serius membaca sebuah map laporan dan memegang pulpen.

"Jean..." panggil Anri pelan, ia menggeser badannya lebih dekat pada Jean.

"Aku harus apa biar Jean kasih izin?"

"Kasih izin? Apa maksud--.... Kamu ngapain di sana?" Jean tersenyum geli melihat Anri yang menaruh kepalanya di atas sofa, di antara kedua kaki Jean. Kepala Anri menempel di selangkangannya, Anri nampak cemberut sekali.

Anri melipat lengannya di atas kedua paha Jean, ia menatap kekasihnya lekat-lekat. "Jean... Aku bilang aku mau nonton konser. Boleh, 'kan?"

"Buat apa nonton konser? Mending... Mmm, gimana kalau jalan-jalan sama aku?"

"Nggak mauu! Ini beda, ini sama temen aku, sama Jean 'kan udah sering,"

Jleb! Jean serasa tertohok di leher. Baru kali ini Anri menolaknya dengan tegas. Jean berdehem, kemudian memutuskan untuk mengabaikan Anri yang masih berada di bawah--di antara kedua pahanya, tepatnya.

Anri masih gigih. Anak itu masih menatap Jean lekat-lekat meskipun Jean mengalihkan perhatiannya pada map yang sedang dibacanya. Anri tahu Jean takkan bisa mengabaikan tatapan dari mata birunya itu. Namun, kali ini, sepertinya manik indah milik Anri tak bisa membuat Jean luruh... Anri memikirkan strategi lain.

Tangannya perlahan-lahan naik ke paha Jean, dan mengelus-elus bagian dalam pahanya. Anri tetap menatap Jean seraya tangannya merayap semakin jauh.

"Ri..." Nafas Jean mulai sedikit tercekat saat paha bagian dalamnya dielus oleh Anri. "Kamu ngapain?"

"Jean, please?" mohon Anri. Tangannya sudah sampai ke penis Jean yang masih dibalut kain celananya.

Jean tak langsung menjawab, Anri menatapnya semakin intens dan anak itu mengelus paha bagian dalamnya dan tangannya yang lain meremas penisnya. Darimana Anri punya keberanian dan ide seperti ini untuk menggodanya?!

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang