15 - i'll keep it

8.7K 604 18
                                    

Satu bulan kemudian, Dipha berkata kalau Reno hanya datang dua kali ke rumahnya sejak kejadian itu. Dipha tak disakiti, dan Reno hanya memberi uang untuk mamanya.

Memar Dipha sudah pudar, dan Anri senang Dipha bisa menjalani ujian praktik dengan penuh semangat. Hari ini mereka ujian praktik olahraga. Dipha dan Anri satu tim dengan delapan orang lainnya untuk membuat rangkaian senam. Dipha bergerak dengan lincah penuh tenaga, dia yang paling menonjol di tim nomor dua itu.

Sayang, Anri nggak bisa seceria Dipha hari ini. Sejak kemarin Anri merasa dirinya kurang enak badan. Seusai mereka praktik senam, Anri dan Dipha berlari ke toilet karena tiba-tiba Anri eneg dan mau muntah. Dipha mengurut-urut tengkuk Anri sementara sahabatnya muntah, lalu membalurkan minyak angin.

"Ri, dari kapan lo begini? Kenapa maksain masuk, sih?"

Anri memencet tombol flush lalu menyeka mulutnya. "Kalo hari ini gue gak masuk, nilai praktik senam gue gimana?" kata Anri.

"Gue gak enak badan banget... Dari kemaren, Dip." ucapnya lirih. "Pokoknya semua badan gue gak enak akhir-akhir ini. Dada jadi kenceng, kepala pusing, pinggang nyeri..."

Mereka berdua keluar dari toilet setelah Anri selesai muntah. Sambil menggandeng tangan Dipha untuk menopang tubuhnya yang lemas, mereka kembali ke kelas.

"Lo mau heat, kali! Biasa, kan, kalo udah deket-deket kayak nggak enak badan gitu," kata Dipha.

"Tapi gue udah heat bulan lalu, Dip,"

"Nnng, mens? Gimana?"

"Bisa jadi, bulan ini gue belum, sih."

Lantaran nggak enak badan Anri semakin dirasa parah, Dipha memaksa Anri untuk pulang duluan saja. Toh hari ini nggak ada ujian praktik lagi. Akhirnya Anri menurut, dan Dipha mengantarnya sampai gerbang sekolah. Anri pulang naik ojek online.

Setiba Anri di apartemen, tentu saja tak ada siapa-siapa. Sekarang baru tengah hari, Jean pasti masih ada di kantor. Namun ternyata badannya nggak mengizinkan Anri langsung berleha-leha, Anri berlari menuju kamar mandi karena tiba-tiba eneg lagi.

Anri lemas. Tenaganya yang minim sudah terpakai untuk praktik senam, perutnya pun dikuras karena muntah. Anri menghempaskan badannya di sofa ruang tengah.

Selain nggak enak badan, ada satu hal yang Anri nggak kasih tau Dipha di sekolah.

...

Anri gampang horny akhir-akhir ini.

Aktivitas seksnya dengan Jean meningkat. Jean sempat kewalahan menangani nafsu Anri ini karena kesibukannya. Mereka melakukannya di setiap kesempatan.

Saat mandi, di dapur, di sofa, di tempat tidur, di jendela, di meja kerja Jean sampai kertas-kertas penting berserakan.

Bahkan ada map coklat yang harus Jean ganti karena terkena cipratan jus cinta milik Anri.

Atau, yang sungguh ekstrim. Di ruangan pribadi Jean di kantornya. Sore hari tiga hari yang lalu, Anri nekat pergi ke kantor Jean. Mereka berhasil melakukannya di meja Jean tanpa ketahuan. Memacu adrenalin, memang. Tapi nafsu Anri sedang tak terbendung saat itu.

Aah. Anri horny. Ia menggigit bibir bawahnya dan membuka celana abu-abunya, namun hanya menurunkannya sampai lutut.

Celana dalam Anri agak basah. Jari Anri perlahan-lahan menyentuh vaginanya. Lengket, basah. Bahkan saat Anri menarik jarinya, ada benang-benang cairan yang ikut tertarik.

Anri tak pernah khawatir soal nafsu atau tak perlu bermasturbasi sendirian kalau ia ingin dipuaskan. Anri hanya tinggal merengek ke Jean dan Alpha itu akan menggagahinya sampai Anri lemas.

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang