33 - You're Safe With Me

6.2K 436 6
                                    

Anri berada di dalam Mercedes Benz yang terparkir di area reserved parking. AC mobil yang sejuk membuat Anri merasa enakan, tapi sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya belum juga membaik.

Ia berusaha mengingat-ingat lagi apa yang terjadi barusan. Terlalu banyak kejadian terjadi dalam hitungan menit.

Pertama, dia hampir diperkosa oleh seorang rekan kerjanya yang merupakan Alpha--yang kehilangan kendali begitu mencium aroma feromon Anri. Kedua, ia diselamatkan oleh Jaya yang tiba-tiba muncul. Ketiga, Jaya menggendongnya dan menaruh Anri di mobilnya. Mobil dikunci dari luar oleh Jaya.

Ah... Ya. Jaya menggendongnya lewat pintu belakang, sehingga tak banyak orang yang melihat. Hanya saja, rekan-rekan kerja Jaya yang melakukan kunjungan bersamanya terlihat amat kebingungan. Sekarang Jaya sedang melapor atas tindakan Luthfi itu. 

Anri dapat melihat Jaya tengah berjalan kembali ke arah mobil. Pria itu membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Dengan tergesa-gesa, Jaya meraih tasnya yang berada di kursi belakang. Jaya mengeluarkan sebuah kotak plastik abu-abu.

Dari kotak itu, Anri melihat Jaya mengeluarkan sebuah pena--bukan, lebih tepatnya sebuah benda yang mirip pena. Anri kebingungan lantaran Jaya menggulung lengan bajunya. Anri dibuat terkejut karena Jaya tiba-tiba menancapkan benda itu ke area di dekat tekukan lengannya.

Benda itu ditarik kembali dalam sekejap mata, hanya tertancap sekilas saja. Seperti saat menekan pulpen dan menariknya lagi seketika. Itu adalah jarum suntik model pena, rupanya. 

"B-buat apa itu, Kak?" Anri bertanya. 

"Ini? Ini semacam obat, buat Alpha supaya feromon Omega nggak terlalu memengaruhi Alpha. Gue pakai ini sekarang, supaya gue nggak berbahaya buat lo," jawab Jaya sembari menaruh kembali suntikan pena itu ke dalam kotak plastik tersebut.

"Dibawa kemana-mana sama Kak Jaya sampai ditaruh di tas?"

Jaya menggaruk-garuk kepala belakangnya dan menatap Anri dengan gugup. "Haha--ya, lo tau 'kan gimana gue dulu? Ini buat jaga-jaga aja..."

Anri mengangguk kecil. Tentu ia tau. Jaya berusaha untuk berubah dari anak laki-laki slengean tukang main Omega, jadi pria dewasa penuh tanggung jawab. Suntikan pena berisi obat itulah pendukungnya. Dan Jaya berhasil berubah.

Jaya sudah bercerita tentang bagaimana ia bisa berada di ruangan itu tepat waktu, dan bagaimana bisa ia melakukan kunjungan ke MIP. Rupanya, perusahaan ayahnya baru saja menjalin partnership dengan MIP. Ayahnya menyuruh Jaya untuk berkunjung sekaligus belajar, Jaya juga sudah tau kalau Anri bekerja di MIP. Tadinya, Jaya mau mengajak Anri lunch bersama seusai kunjungan.

Akan tetapi, saat kunjungannya sampai di lantai di mana ruangan penyimpanan arsip berada, Jaya mencium aroma feromon seorang Omega. Omega yang sedang heat, dan itu berasal dari ruangan yang berada di ujung lorong. Ia amat terkejut mendengar suara jeritan dari dalam sana, terlebih lagi saat ia mengenal suara jeritan itu.

"Mmm, thank you for coming, Kak," kata Anri dengan suara halusnya. Kepalanya ia sandarkan ke jok mobil empuk di belakangnya.

"Nah, it's fine. Jadi sekarang? Kasih tau apartemen lo di mana, biar gue anter pulang,"

"J-JANGAN!" Kepala Anri kembali terangkat dengan cepat. "Ja-jangan--aku nggak mau pulang..."

"H-hah?"

"Ukh... Aku nggak mau pulang," 

Jaya menatap Anri yang kembali menyandarkan tubuh dan membuang muka, ia kebingungan. "Kenapa... nggak mau pulang?" tanyanya Jaya pelan-pelan.

"Berantem sama Jean?"

Omega itu tak menjawab, tapi hanya memutar kepalanya kembali, menatap Jaya dengan air matanya yang mulai mengalir. Anri mengangguk kecil.  

Persona Non GrataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang