"Ibu Elizaveth pulang ke rumah pagi ini..."
.
.
.
.
.
.
.
.
Anri berlari melewati lorong rumah sakit yang panjang. Anak itu langsung berlari setelah perawat yang berjaga di IGD memberitahunya mamanya sudah pulang, atas permintaan beliau sendiri.
Perasaannya campur aduk. Marah, kecewa, sedih, kesal. Kenapa permintaan Mamanya disetujui begitu saja? Mamanya belum sembuh! Beliau masih harus dirawat di rumah sakit. Bahkan terakhir kali Anri mendengar kabar dari dokter, Eliza belum boleh dipindahkan ke ruang rawat karena masih harus dirawat intensif.
Anri tenggelam dalam pikirannya tentang Eliza. Sampai-sampai, saat seorang dokter muncul dari lorong, Anri terkejut dan ia tak bisa mengontrol kakinya. Dokter itu pun tak bisa menghindar, ia tertabrak, Anri pun memekik kaget. Ia tersungkur di atas badan dokter itu--yang juga jatuh ke belakang.
"Ma-maaf!!" kata Anri sambil cepat-cepat bangun dari tubuh dokter itu. Ia panik sekali lantaran telah menabrak seorang dokter.
"Maaf, maafin sayaaa! Saya bener-bener minta maaf, sa-saya nggak liat Bapak..."
Anri tak karuan. Sudah panik, ditambah panik. Saking paniknya ia berlutut di depan dokter yang ditabraknya--yang masih terduduk setelah ditabrak. Anri meringkuk di lantai, kepalanya menyentuh lantai di depan dokter itu. Orang-orang pun menyaksikan mereka dengan tatapan kaget, bahkan ada seorang suster yang menghampiri dokter itu untuk menanyakan apakah dia tak apa-apa. Dokter itu mengangguk kecil dan tersenyum pada suster yang menghampirinya.
"Nggak apa-apa--astaga, jangan sampai bersujud kayak gitu," kata dokter itu sambil membantu Anri yang tengah berlutut untuk berdiri.
"Saya nggak apa-apa. Cuma, lain kali jangan lari-larian di rumah sakit, ya?"
Dokter itu memakai baju OK--Operation Kamer. Baju untuk proses operasi berwarna biru tosca. Awalnya Anri tak berani menatap dokter itu, namun perlahan-lahan ia mengangkat kepalanya.
Dan menyadari kalau itu adalah Dokter Guruh! Matanya terbelalak lebar saa mengenali wajah itu. Guruh pun sama, ia terdiam sebentar untuk mengenali wajah familiar di depannya.
"D-Dokter... Guruh!"
"Oh--oh... Kamu... A-Anri, ya?"
Keduanya saling mengenal, ternyata. "Ya ampun, kamu ternyata, Anri. Kenapa lari-larian begitu, ada yang dikejar?" tanya Guruh.
"Dokter, Mama dibawa pulang!" ujar Anri cepat, seperti sedang mengadu.
"Kenapa Dokter Guruh kasih izin Mama pulang...? Mama belum sembuh, Dokteeer..."
"Hah? Mama kamu pulang, Anri? Kapan?"
"Pagi ini. A-aku nggak tau, soalnya tadi malem aku nggak di sini, nggak ada yang hubungin aku juga."
Guruh tampak turut terejut, ia mengajak Anri untuk duduk di kursi panjang untuk pengunjung di sisi lorong supaya mereka dapat berbicara.
"Anri, the thing is, saya memang menangani Mama kamu. Tapi sejak tadi malam saya di ruang operasi. Itu artinya yang menangani izin kepulangan Mama kamu itu dokter lain." Guruh menjelaskan. Anri menundukkan kepala, anak itu memangut-mangut kecil.
"D-dari tadi malam di ruang operasi, Dokter? Sampai sekarang baru keluar dari sana?" tanya Anri yang penasaran. "Dokter Guruh operasi apa sampai lama banget begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona Non Grata
Romance( C O M P L E T E ) O M E G A V E R S E Setelah tiga belas tahun mengabdi di angkatan udara, Jean-Rouanet Himadya Azéma memutuskan untuk mengundurkan diri. Jean--yang merupakan seorang Alpha laki-laki pun kembali untuk meneruskan perusahaan ayahnya...