Extra Part

731 24 6
                                    

Putra memimpin doa untuk almarhum Arka. Sepanjang doa yang dibaca Diandra, air matanya tak kuasa lagi untuk di tahan.

Iska terus mengusap bahu Diandra, menenangkan sahabatnya yang benar benar terpukul ini.

"Amiin" ucap Putra di penutupan doa.

Kean menatap Diandra yang tengah menangis "Ka, gue mau minta izin. Boleh gue hibur Diandra? Boleh gue bikin dia senyum? Boleh gue jagain dia? Boleh gue yang akan mengisi kekosongan hatinya sekarang Ka?" batin Kean.

"Ayo Di" ajak Rani,

"Kalian duluan aja, gue mau di sini dulu sebentar" ucap Diandra tanpa menatap salah satu dari mereka. Tatapannya tertuju pada batu nisan yang tertulis nama Arka.

"Kita tunggu di mobil ya" ucap Iska, Diandra mengangguk.

Diandra menatap batu nisan yang tertulis nama kekasihnya itu, entah bagaimana lagi Diandra harus menguatkan hatinya untuk tidak menangis, namun semua yang dilakukakannya sia sia. Air matanya sudah tak bisa di tahan lagi.

"Arka, aku datang. Maaf beberapa hari ini aku ngga pernah datang ke sini, maaf, maaf, maaf. Kamu apa kabar di sana? Tuhan jaga kamu lebih baik kan? Di sana enak ngga? Enak ya ketemu bidadari yang cantik cantik" seulas senyum terukis di wajah Diandra ketika mengucapkan kata terakhir.

"Aku mau ikut kamu Ka, aku mau ikut kamu aja. Ajak aku ka, ajak aku" ucap Diandra lirih,

"Ngga Diandra"

Entah mimpi atau bukan, namun bayangan tubuh Arka yang tengah berdiri di depan Diandra sembari tersenyum sangat jelas terlihat di mata Diandra.

"Tapi aku-

"Aku selalu di samping kamu Diandra, aku di hati kamu. Aku ngga kemana mana, Sekarang kamu susul yang lain ya. Jangan nangis lagi ya"

Bayangan tubuh Arka tersenyum kearah Diandra, namun lama kelamaan bayangan itu memudar.

Diandra mengangkat sudut bibirnya, menatap batu nisan Arka. Diandra yakin itu adalah Arka, Arka selalu bersamanya. Mulai saat ini Diandra harus bisa merelakan kepergian Diandra, dan menerima keadaan.

"A..aku pamit ya Arka, kamu yang tenang di sana"

Tetesan air matanya kembali mengalir di pipi mulusnya. Setelah itu Diandra berjalan menjauhi makam Arka menyusul para sahabatnya.

****

Sesampainya di kediaman Bagaskara, Diandra langsung di sambut oleh mang ujang satpam rumah ini.

"Eh non Diandra, apa kabar non?" tanya mang ujang, yang baru melihat Diandra hari ini setelah kepergian anak majikannya.

"Baik mang, bunda ada?" tanya Diandra,

"Ada non, silahkan masuk non Diandra dan teman temannya" ucap mang ujang diiringi tawa.

"Makasih mang" ucap mereka bersamaan,

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Pintu rumah ini terbuka menampakkan wajah Bi Karti, Bi Karti tersenyum menatap Diandra.

"Eh non Diandra, mari masuk non"

Diandra dan yang lainnya segera memasuki rumah ini, rumah yang tak di kunjunginya selama 1 minggu.

"Bibi panggilkan nyonya dulu ya, silahkan duduk non den"

Diandra dan yang lainnya duduk di ruang tamu. Cecil menatap punggung Diandra dari tangga. Sebenarnya Cecil lebih terpukul dari Diandra, namun apa yang harus Cecil lakukan? Menangis? Itu tidak akan mengembalikkan putra sulungnya. Jika Cecil menangis lalu bagaimana dengan putrinya? Yang sama terpukulnya atas kepergian kakaknya. Untuk itu Cecil menguatkan hatinya, yang di butuhkan putranya saat ini adalah doa, doa dari orang orang yang menyayanginya.

Cecil menghela nafasnya "Diandra" panggil Cecil yang masih berada di tangga.

Diandra dan yang lainnya langsung menoleh ke arah Cecil, Diandra langsung berlari ke arah Cecil.

Cecil menuruni tangga hingga sampai dilantai bawah, Diandra langsung berhamburan kepulakan Cecil.

Cecil melepaskan pelukannya, Cecil menatap Diandra. Nampak jelas tatapannya kosong saat ini,

"Anak bunda kok kayak gini? Bunda udah kehilangan satu anak bunda. Bunda ngga mau kehilangan yang lainnya, kamu disini tapi jiwa kamu di tempat lain" ucap Cecil,

"Bunda" lirih Diandra.

"Arka sudah tenang di sisi Allah sayang, kamu sayang sama Arka?"

Diandra menganggukkan kepalanya, jelas dia sangat menyayangi Arka.

"Kalau begitu doakan Arka sayang, Arka tidak butuh tangisan kamu. Kamu tega liat Arka sedih? Ngeliat kamu yang terus nangis belum bisa relakan kepergian Arka?"

Diandra menggelengkan kepalanya, Diandra tak berniat membuat Arka sedih. Namun air matanya ini tak bisa di ajak berkompromi.

"Kalau begitu, kamu harus berhenti nangis, dan doakan Arka. Arka butuh doa kita sayang"

Cecil menyeka air mata Diandra mengenakan tangannya. Cecil memengan wajah Diandra, senyum indah di wajah Diandra benar benar hilang! Tergantikan oleh deraian air mata.

Cecil mencium pipi Diandra setelah itu kembali memeluk Diandra dengan erat, harapan akan memiliki menantu dan cucu dari Diandra kini sirna.

"Kalian sudah makan?" tanya Cecil melepaskan pelukakannya. Berjalan menuntun Diandra menghampiri yang lain.

"Belum tante" ucap Seka kelewat polos,

"Ck, bego! Polos banget si lo" ucap Andri.

"Lah emang bener kan kita belum makan" ucap Seka benar benar bego.

"Sudah sudah, ayo kita makan sama sama" ajak Cecil, mereka semua mengangguk.

"Di boleh bunda minta tolong?" tanya Cecil menatap Diandra yang masih berada di sampingnya.

"Iya"

"Kamu mau panggil Alea buat makan?"

Diandra mengangguk, "Terimakasih sayang"

Diandra menaiki tangga rumah ini, sesampainya di lantai atas Diandra melewati kamar Arka.

Diandra menatap kosong ke arah pintu kamar itu, setelah itu berjalan ke arah kamar Alea yang bersampingan dengan kamar Arka.

Diandra mengetuk pintu itu, namun tak ada suara dan tak ada respon dari Alea.

Ceklek

Diandra melihat Alea yang sedang memeluk dirinya sendiri di balkon kamarnya. Diandra berjalan menghampiri Alea,

"Alea"

Alea menoleh kebelakang, mendapati Diandra yang kini berada di belakangnya, Alea langsung berlari memeluk Diandra.

"Bunda benar, bukan cuma aku yang kehilangan kamu Ka, Alea dan yang lainnya juga sama" batin Diandra di sela sela pelukannya bersama Alea.

"Kak Di" lirih Alea.

Diandra melepaskan pelukannya, air mata dua gadis ini sama sama mengalir. Diandra menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk mata Alea.

"Don't cry Alea" ucap Diandra tersenyum, senyum yang selama ini hilang.

Alea kembali menyeka air mata yang berada di pipi Diandra "Kak Di juga"

Diandra meraih tangan Alea, menatap lekat manik manik mata Alea. Tergambar jelas disana betapa terpukulnya Alea saat ini. Gadis yang selama ini ceria entah kemana sifat cerianya.

"Kita sama sama menguatkan oke?"

"Oke"

Diandra kembali memeluk Alea, setidaknya saat ini Diandra perlahan sudah bisa merelakan kepergian Arka.

"Ayo kita turun, yang lain udah nunggu"

Alea mengangguk, mengikuti langkah Diandra berjalan keluar kamar. Tepat di depan pintu kamar Arka keduanya saling bertatapan dan mengeratkan genggaman tangannya. Setelah itu melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah.

****

Follow!
Ig//triaslsbilh21
Tq.

Menyimpan Rasa-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang