Masa lalu

1.8K 190 0
                                    


*********Happy Reading**********

Typo everywhere
Fanfic abal-abal
Author labil













>Flashback on

Jungkook kecil menatap dengan sorot mata hampa nisan didepannya, ia terus menatapnya meski beberapa orang di sekitarnya telah berangsur pergi dari daerah pemakaman. Jungkook hancur, ia kehilangan seseorang yang berarti bagi hidupnya, seseorang yang menjadi alasan kebahagian hidupnya yang selalu memberikan senyuman hangat dan perhatian tanpa batas padanya. Diusianya yang sebentar lagi menginjak usia tujuh tahun ia sudah kehilangan Ibunya satu-satunya orang tua yang ia punya karena Jungkook tak pernah mengenal ayahnya.

Angin berhembus menerbangkan helaian rambut pendek Jungkook, ia masih belum beranjak dari posisinya sedangkan matahari hendak terbenam di ufuk barat. Seseorang yang sejak tadi memperhatikannya dari belakang tak bisa berbuat apa-apa, ia paham Jungkook sangat merasa kehilangan saat ini. Jungkook kehilangan satu-satunya orang tuanya di usia yang terbilang masih belia karena itu ia bertekad untuk menjaga Jungkook meski ia harus mengorbankan hidupnya.

Seokjin perlahan mendekat kearah Jungkook, tangannya perlahan terulur menyentuh bahu kecil keponakannya.

"Kookie.... Ayo pulang.." ujar Seokjin lembut

Jungkook tak menjawab, namun ia berbalik menghadap kearah Seokjin menatapnya dengan sorot mata hampa. Seokjin tak kuasa melihatnya.

"Eo-eonni.." Jungkook berujar dengan nada bergetar

"Ke-kenapa Ibu pergi meninggalkan Kookie. Kookie tak punya siapa-siapa lagi.. Kookie... Kookie.. Koo.." Tangis Jungkook pecah ia segera menghambur kepelukan Seokjin memeluknya erat, air mata terus keluar dari kedua mata bulatnya. Air mata yang semula ia tahan kini keluar tanpa henti.

Seokjin mendekap tubuh kecil Jungkook yang bergetar karena menangis. Air mata Seokjin juga ikut keluar mendengar kesedihan keponakannya. Seokjin mengelus lembut rambut pendek Jungkook dan menepuk-nepuk pelan punggung kecil yang tengah menangis itu berusaha menenangkannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seokjin memperhatikan Jungkook yang kini terlelap karena kelelahan akibat menangis. Sesekali Jungkook bergumam menyebut nama Ibu di sela tidurnya, Seokjin tersenyum miris kemudian menyeka air mata Jungkook dengan perlahan.

"Aku akan selalu menjagamu Kookie kau satu-satunya harta peninggalan Kakakku yang paling berharga. Itu janjiku".

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebulan setelah kematian Ibunya, Jungkook jadi semakin pendiam. Gadis kecil yang dulunya sangat lincah dan ceria memamerkan senyumannya berubah menjadi gadis kecil yang tertutup. Senyuman di wajah manisnya kian menghilang diganti dengan raut wajah datar tanpa semangat hidup. Jungkook jadi semakin sering merenung dan melamun seperti sekarang ini, Jungkook kecil duduk bersandar di bawah pohon sebelah rumahnya. Pandangan matanya lurus kedepan.

Seokjin memperhatikan Jungkook kecil yang duduk bersandar dibawah pohon. Sudah sebulan lebih ia tak pernah melihat lengkungan senyuman di bibir keponakannya. Seokjin sudah beberapa kali memghibur kesedihan Jungkook namun tak ada hasil, Seokjin semakin tak tega melihatnya. Sebentar lagi Ulang tahun Jungkook yang ketujuh tahun, Seokjin berencana kembali menghibur keponakannya. Namun sayang, rencana Seokjin berjalan tak seperti yang ia inginkan, Jungkook tak banyak bicara saat perayaan Ulang tahunnya. Setelah meniup lilin Jungkook segera kembali kekamarnya meninggalkan bibi mudanya seorang diri.

Curiosity//kthXjjkGS [Proses]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang