7. Nona Alien dan Mr.Arrogant

28.5K 2.1K 49
                                    

Jangan lupa baca karyaku yang lainnya juga ya.
1. Cewek cetar
2. illfeel tapi cinta
3. I am in danger
4. Flower five
5. Kerlingan sayyidah aisyah (religi)

😎😎😎😎😎😎😎
Napas Laurin mulai ngos-ngosan setelah mengangkat beberapa kantong plastik sampah dari lantai dua menuju tempat pembuangan sampah belakang sekolah. Sepertinya, OB yang bertugas di gedung A sudah beberapa hari mengambil cuti, terlihat dari jumlah kantong sampah yang tak kunjung dibuang.

"Yes! Akhirnya ini dua kantong terakhir." Laurin menatap semangat dua kantong sampah lalu mengambilnya dan bergegas menuruni tangga.

Laurin tidak tahu ada kulit pisang di salah satu anak tangga, yang tak sengaja ia jatuhkan saat ia mengangkat kantong-kantong sampah sebelumnya. Saat kakinya menginjak kulit pisang itu, matanya terbelalak lantas ia berteriak ketika ia kehilangan keseimbangan. Ia cepat-cepat melepaskan dua kantong sampah yang ia bawa agar tangannya bisa meraih gagang tangga untuk ia pegang. Laurin pun berhasil menjaga keseimbangannya dan bisa benapas lega. Tapi...

Seorang cowok paling hits di sekolah berdiri membeku di ujung tangga. Sekujur tubuhnya dipenuhi sampah berbau busuk. Dia, Arkharega Argantha, si jenius dengan nilai akademik tak terkalahkan.

Mulut Laurin menganga lebar, tercekat kaget melihat Rega yang masih berdiam diri tampak shock bukan main. Laurin kemudian cepat-cepat menuruni tangga, menghampiri Rega, lalu mengamati sekujur tubuh Rega dari ujung kaki hingga ujung kepala. Laurin bergegas menutup hidungnya ketika mencium bau busuk sisa pembuangan sampah kelas memasak.

"Sorry sorry. Gue kagak sengaja. Duh, gue harus gimana ini?" kata Laurin panik.

Rega masih membeku, merasa jijik dengan dirinya sendiri yang berbau busuk. Ia kemudian mual-mual tak karuan. Rasanya ingin muntah tapi tak bisa. Laurin hanya menatapnya bingung, tak tahu harus berbuat apa.

"Apa yang lo lakuin ke gue, Alien?" tanya Rega geram.

"Eh nama gue bukan Alien keles," bantah Laurin tak terima. Meski ia jelek, tetap saja ia termasuk manusia. "Nama gue Laurin!"

"Gue nggak peduli nama lo siapa. Sekarang lo harus tanggung jawab!" bentak Rega.

"Iya. Gue bakal tanggung jawab kok. Tapi gue nggak tau harus bagaimana."

Rega cepat-cepat mengambil kunci loker dari dalam saku seragamnya dan memberikannya pada Laurin. "Nih kunci loker gue. Sekarang lo ambilin seragam olahraga gue di loker! Gue tunggu di toilet dekat kelas gue. Cepetan!"

"I ... iya."

Laurin berlari cepat menuju koridor, tempat loker seluruh siswa Delton berbaris rapi. Laurin segera mencari nomor 001, tepat berada di ujung. Bagaimana pun juga, semua ini memang salah Laurin. Oleh karena itu, Laurin harus membantu Rega sebisa mungkin.

"Karena kecerobohan gue, tuh cowok jadi mandi sampah. Kenapa gue bisa sebego ini sih?" batin Laurin.

Laurin berlari menuju toilet laki-laki, menunggui Rega keluar. Tapi cukup lama ia berdiri, Rega tak kunjung keluar. Padahal Laurin harus bergegas pergi ke sport center untuk latihan fisik. Laurin menoleh ke kanan lalu ke kiri, kemudian membalikkan badan ke belakang, mengecek apakah ada siswa lain yang lewat. Ia takut dikira penguntit atau orang sesat yang suka mengintip cowok tampan yang sedang mandi.

"Oi anak K-U! Oi!" teriak Laurin dari luar toilet.

"Apa?" sahut Rega dari dalam salah satu bilik toilet. Ia sibuk keramas berulang kali, berharap bau busuk yang ada di rambutnya bisa segera menghilang.

"Seragam lo gimana ini? Gue taruh depan toilet ya."

"Nggak bisa. Gue nggak bisa keluar tanpa pakaian, bego! Masuk aja! Taruh seragam gue di dekat wastafel."

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang