52. Renyah Tawa

21.6K 2K 114
                                    


Rega menghadang Laurin dengan melipat tangan. Laurin sedang tidak dalam mood bercanda atau bertengkar. Insiden yang menimpan Chika benar-benar membuatnya terpukul. Ia tak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri, menyesal mengapa ia membiarkan Chika pergi bersama Joan.

"Minggir lo!" Laurin menepikan Rega.

"Lo kenapa sih? Kok murung gitu?"

"Ga, please! Gue nggak mau bercanda hari ini." Laurin membuka pintu, melangkah memasuki apartemen Mbak Dinda. "Jadi, jangan ganggu gue!"

"Jangan lemes gitu ah! Lo jadi kayak remahan kerupuk di kaleng khong guan."

"Apaan sih lo! Nggak lucu!" Laurin duduk lantas menyandarkan punggungnya di dada sofa.

Senyum Rega mengempis. Ia tidak suka melihat Laurin lesu tak bersemangat seperti itu. Ia segera memikirkan cara untuk membuat Laurin kembali ceria, setidaknya sedikit tersenyum.

Rega mengambil remote televisi lalu menyalakannya, dilihatnya tujuh cowok tampan sedang berjoget dengan lincah sambil menyanyikan lagu berjudul blood, sweat, and tears. Mereka adalah BTS, boyband fenomenal dari Korea yang kini sedang digandrungi banyak orang dari seluruh dunia. Ketampanan tujuh cowok itu bahkan bisa membius banyak perempuan sekaligus.

"Mani mani mani mani mani..."

"Eh tau nggak, pertama kali gue dengar lagu ini, gue kira lagu India. Kan cuma mani-mani doang," kata Rega.

Laurin terkekeh pelan. Ia mengambil bantal lalu memukulkannya ke lengan Rega. "Apaan sih lo! Nggak lucu ih!"

"Kalau nggak lucu, kenapa ketawa?"

"Ih siapa yang ketawa?" Laurin mengulum senyum.

"Tuh! Ketawa tuh!"

"Iya deh gue ngaku. Gue emang ketawa. Habisnya, mana ada lagu BTS dikira lagu India cuma gara-gara lirik mani-mani doang."

Rega kembali memutar otak, mencari topik untuk membuat Laurin kembali tertawa. "Eh lo tau nggak, apa perbedaan Korea, Indonesia, sama lo?"

"Em ... kalau Korea itu negeri gingseng. Kalau Indonesia itu macan Asia. Kalau gue manis cantik."

"Huweeeek." Rega spontan ingin muntah, sengaja mengolok. "Salah! Salah!"

"Terus apa dong?"

"Kalau Korea kan daebak. Indonesia itu luar biasa. Kalau lo, luar bioskop." Tawa Rega langsung membuncah.

"Ih jahat banget sih nih orang!" Laurin kembali memukul Rega dengan bantal seraya mengulum tawa. Setidaknya candaan Rega sedikit mengurangi kesedihannya.

Rega menahan tawanya, lalu ia menatap Laurin serius. "Rin, kalau lo ada masalah, sebaiknya lo ngomong. Jangan dipendam sendiri. Kan ada gue."

"Gue nggak percaya sama elo. Muka lo kayak kriminal gitu. Siapa coba yang percaya?"

"Ya elah. Semua orang juga tau kalau gue ini kriminal. Gue suka mencuri."

"Yang benar?" kedua alis Laurin terangkat.

"Mencuri hati para fans maksudnya."

"Ih narsis banget lo jadi orang. Jijay gue." Laurin bergidik.

"Ngomong-ngomong ... kenapa muka lo kusut kayak gitu sih? Gue baru tau kalau orang tolol bisa sedih juga."

"Eh bisa nggak lo berhenti ngatain gue tolol?"

"Lha gue emang ngomong kenyataan kok. Lo kan emang tolol. Paling-paling, ukuran otak lo cuma sebesar tai semut."

"Dasar artis sok pinter! Belagu!"

"Well, gue bukan sok pintar. Gue emang pintar. Wajar kalau belagu."

"Capek gue ngomong sama lo. Gue mau tidur aja. Keluar lo! Hus! Hus!"

"Ya udah. Gue keluar nih. Tapi jangan sedih lagi ya. Muka lo nggak cocok kalau sedih. Udah kayak remahan rengginang."

"Iiiiiih," geram Laurin. Ia menarik tangan Rega, menyeretnya menuju pintu, lalu mengeluarkannya. "Pergi sana!"

Braaaak

Laurin membanting pintu dengan napas ngos-ngosan karena kesal. Sementara Rega tersenyum di balik pintu, cukup senang karena Laurin sudah tak lagi bersedih.

🐌🐌🐌🐌🐌
Rabu, 3 April 2019

Vote 450++ update

Vote 450++ update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang