8. Pembalasan

26.1K 2K 80
                                    

Rega menggeram kesal saat ia mengingat kejadian tempo hari, di mana ada seorang gadis ceroboh yang menumpahkan dua kantong sampah ke sekujur tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rega menggeram kesal saat ia mengingat kejadian tempo hari, di mana ada seorang gadis ceroboh yang menumpahkan dua kantong sampah ke sekujur tubuhnya. Tangannya mengepal marah, rasanya ia ingin menemui gadis itu dan memberi pelajaran padanya, lebih tepatnya pembalasan.

"Lo kenapa, Ga?" Vikram melambaikan tangannya tepat di depan mata Rega.

"Gue lagi marah besar, Vik."

"Lha kenapa?"

"Lo tau nggak, gue kemarin nggak ikut bimbingan olimpiade karena ada cewek stress yang numpahin dua kantong sampah ke gue."

"Ooooh." Vikram mengangguk paham, menghubungkan ingatannya tempo hari saat ia menemukan seragam berbau busuk di toilet sekolah. "Jadi seragam bau sampah yang ada di toilet itu milik elo?"

"Ngomong-ngomong, lo kenal nggak sama cewek jelek. Mukanya penuh jerawat gitu."

"Siapa ya?" Vikram menggaruk rambutnya seraya berpikir. Seingatnya, siswi Delton tidak ada yang berwajah jelek. Minimal standar cewek SMA pada umumnya.

"Mungkin kakak kelas dari XI IPS-F kali," kata Arsen yang tiba-tiba datang ikut mengobrol.

"Laurin ya?" tebak Vikram dengan mata yang sedikit melebar, teringat gosip beberapa waktu lalu yang melibatkan Elvan.

"Iya-iya. Namanya Laurin." Arsen membenarkan.

"Laurin? IPS-F ya?" Rega mengangkat salah satu sudut bibirnya, tak sabar membalas apa yang telah Laurin lakukan padanya.

Rega berdiri dari tempat duduknya. Dia keluar kelas dan berjalan cepat menuju kelas XI-IPS F untuk memberi Laurin pelajaran. Rega kembali tersenyum. Ia rupanya sudah merancang sebuah rencana di mana Laurin tidak akan bisa lari dari rencana tersebut.

Sesampainya di depan kelas XI-IPS F, Rega memasang wajah malaikatnya, berpura-pura tersenyum ramah pada Chika yang tengah mematung di ambang pintu. Chika tak menyangka jika kelasnya akan dikunjungi seorang bintang seperti Rega. Berpura-pura baik adalah salah satu bagian dari rencana Rega.

"Kak Laurinnya ada?" tanya Rega.

Chika hanya mengangguk. Mendadak tenggorokannya tidak bisa difungsikan dengan baik, terlalu senang karena kedatangan Rega, si the most wanted boy seluruh Indonesia. Chika kemudian menepi, menunjuk ke arah bangku paling belakang. Di sana ada Laurin yang terlihat asyik mengupil.

Semua mata sontak tersorot pada Rega yang berjalan memasuki kelas dengan penuh pesona. Beberapa siswi bahkan menggeliat kegirangan, berharap Rega akan menghampiri salah satu di antara mereka. Namun senyuman mereka mengempis saat Rega melewati mereka begitu saja dan malah langkah kakinya terhenti di bangku paling belakang, dekat dengan jendela.

Laurin tercekat heran dengan kepala mendongak, melihat sosok Rega yang berdiri di hadapannya. Laurin cepat-cepat meletakkan upil yang ia peroleh di meja bagian bawah. Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat ke sekeliling. Tentu saja dia kini juga menjadi sorotan.

"Sayang, kamu udah makan belom?" tanya Rega.

"Ha?" Laurin terlonjak kaget.

Seisi kelas mendadak gempar. Beberapa siswi menjerit tak terima. Sementara para siswa mengeluarkan ponsel mereka dan bersiap merekam percakapan antara Laurin dan Rega. Bagi siswa-siswi Delton, gosip hangat memang wajib diabadikan.

"Sayang? Gue nggak salah denger nih?" Laurin mengorek telinganya, barangkali dia perlu check-up ke dokter THT.

"Kamu kok kaget gitu sih? Mulai sekarang, kita harus terbiasa manggil sayang."

"Lo stress ya?" Laurin berdiri, memegang kening Rega, sekedar mengecek apakah cowok tampan itu masih waras atau perlu jasa dokter jiwa.

Rega sebisa mungkin menahan emosinya. "Enggak kok. Aku nggak stress." Rega perlahan menurunkan tangan Laurin dari keningnya, merasa begitu jijik, mengingat tangan Laurin usai digunakan untuk mengupil.

"Gue panggilin Pak Ustadz ya? Kayaknya elo kesambet jin toilet deh. Perlu dirukyah."

"Iiiiih kamu lucu banget sih. Ada-ada aja." Rega mengacak rambut Laurin. Lantas ia bergidik jijik, merasakan tangannya menjadi lengket. Ia tak tahu kapan terakhir kali Laurin mencuci rambut.

Laurin mulai melangkah mundur, takut jika benar Rega telah kerasukan jin cinta. "Pergi sono! Cepetan pergi sono! Hus! Hus!"

Rega memasang senyum manisnya lalu menengadahkan tangannya. "Mana kunci loker aku? Kemarin kan aku kasih ke kamu buat ambilin seragam olahraga."

"Oooh iya-iya." Laurin cepat-cepat membuka tasnya, mengambil sebuah kunci, lalu memberikannya pada Rega.

"Thanks ya, sayang. Daaah." Rega melambai. Kemudian ia keluar kelas sambil tersenyum puas. Dalam hati ia menghitung. "Satu... Dua... Tiga."

Rega tertawa jahat setelah berjalan cukup jauh dari kelas XI-IPS F. Ia tak bisa memprediksi hal apa yang akan terjadi pada Laurin setelah ini. Pasti Laurin akan dihujani dengan ribuan pertanyaan. Dan tentunya juga ribuan hujatan.

😎😎😎😎😎😎😎
Selasa, 19 Februari 2019

😎😎😎😎😎😎😎Selasa, 19 Februari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang