56. Keajaiban Ujian

21.3K 1.9K 80
                                    

Follow IG ku ya
Ig => zaimatul.hurriyyah

Aku bakal post meme kece i am in danger di IG. kuy

❤❤❤❤❤

Laurin mencoba sebisa mungkin mengenyampingkan pikirannya tentang Chika. Bagaimana pun juga, dia harus lulus Ujian Kenaikan Kelas. Dia bertekad belajar keras agar tidak ada lagi nilai nol yang ia peroleh.

Laurin menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki kelas. Dia pun langsung duduk di bangkunya sesuai nomor ujian. Tak mau bermalas-malasan, ia mengeluarkan lembaran latihan soal dari Rega, lalu membacanya berulang-ulang sebelum pengawas ujian datang.

Vania mencolek punggung Laurin dengan pensilnya. "Wuiiih Laurin, lo kok semangat banget sih? Sampek-sampek gue nggak disapa."

Laurin menoleh lalu meringis. "Sorry, Van. Orang sibuk lagi sibuk."

"Heleh!"

Tak lama setelah itu, Bu Ramona datang dengan membawa setumpuk kertas soal dan lembar jawaban, tepat sebelum bel masuk berbunyi. Para siswa kelabakan merapikan meja masing-masing, menutup tas rapat-rapat, lalu merubah posisi duduk menjadi siaga.

Setelah mengucap salam dan meminta para siswa berdo'a sesuai keyakinan masing-masing, Bu Ramona mulai membagikan kertas soal beserta lembar jawaban. Kemudian melipat tangan seraya berkeliling seperti satpam.

Mata Laurin melebar senang saat membaca soal-soal ujian. Sungguh menakjubkan! Soal-soal itu terlihat sangat mudah. Dengan senyum sumringah, Laurin menjawab soal-soal itu. Ia begitu antusias.

"Bushet. Nih soal gampang banget. Di luar kepala malah! Kalau gini sih, nggak menutup kemungkinan kalau nilai gue bisa di atas 80," batin Laurin senang.

Waktu pun berlalu begitu cepat. Meski Laurin sudah mengerjakan semua soal, ia mengingat nasehat Rega yang mengatakan bahwa ia harus mengecek jawaban setidaknya satu atau dua kali sebelum di kumpulkan ke pengawas. Laurin menerapkan nasehat itu. Dan ia menemukan salah satu jawabannya yang keliru ia isi.

"Waaah nih jawaban gue keliru nih." Laurin cepat-cepat menghapus jawaban itu dan menggantinya. "Seharusnya kan C. Kenapa gue bulatin yang D? Hehe."

"Oke, anak-anak. Waktu sudah habis. Sekarang kumpulkan ke depan sesuai absen!" perintah Bu Ramona.

Siswa-siswi di Delton mulai berbaris sesuai nomor absen dari nomor 1 hingga 25 untuk memudahkan guru mata pelajaran menginput nilai di rapor online. Setelah selesai, Bu Ramona pun keluar kelas, membuat para siswa bisa bernapas lega.

"Eh, Rin! Tadi ujiannya sulit banget. Iya kan?" tanya Vania. Ada kerutan di dahinya. Ia tampak cemas jika nantinya ia masuk ke dalam daftar siswa yang harus mengikuti ujian remidi.

"Nggak terlalu sulit kok," timpal Laurin.

"Nggak terlalu sulit gimana maksud lo?"

"Ya ... semuanya gampang-gampang aja. Kan gue udah belajar mati-matian sampek kepala gue mau pecah."

"Enak banget jadi elo. Diajarin sama master jenius kayak Rega. Nilai lo akhir-akhir ini juga meningkat drastis. Lha gue? Aduuuh kalau gue remidi, gimana dong?"

"Nggak usah terlalu cemas kayak gitu, Van. Entar malam belajar yang giat aja. Gue yakin lo pasti bisa kok. Otak lo kan lumayan encer."

Vania memegang lengan Laurin dengan ekspresi mengiba. "Rin, gue mau ikut lo belajar sama Rega dong. Please!"

"Aduh, gimana ya, Van?" Laurin menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal. "Lo kan tau sendiri kalau Rega itu galaknya minta ampun. Songong pula. Kalaupun dia mau ngajarin lo juga, apa lo betah dihina sama dia?"

"Gue kan nggak tau kalau belum nyoba."

"Nggak bisa ah. Gue males mohon-mohon sama dia."

"Ayolah, please!"

Laurin tersenyum kaku. Ada beberapa hal yang tidak bisa ia tolak. Apalagi yang meminta bantuan adalah Vania, sahabat karibnya. Mau tidak mau, ia harus menerima permintaan itu dan bersiap mendengarkan omelan Rega.

***

Mata Rega melotot marah lantas mendesis kesal saat Laurin memintanya untuk mengajari Vania juga. Rega menarik tangan Laurin dan membawanya menuju dapur untuk berbicara empat mata.

"Eh lo gila ya? Ngapain lo bawa temen lo ke sini buat belajar?" omel Rega.

"Aduh, Ga. Lo pelit amat jadi orang. Lagian lo dapat pahala banyak kalau nyebarin ilmu. Ya kan?" bujuk Laurin.

"Eh denger ya, gue ngajarin satu orang blekok kayak elo aja udah frustrasi. Apalagi dua orang."

"Ya elah, Ga. Jangan gitu dong jadi orang. Ngajarin orang kan dapat pahala. Lumayan buat bekal di akhirat. Ya kan?"

"Jangan bicara akhirat di sini. Gue masih muda. Hidup gue masih lama."

"Yaaa hidup orang mana ada yang tau, Ga. Bisa aja lo ketabrak odong-odong, terus mati deh."

"Eh amit-amit deh." Rega mengetok-ngetok kepalanya sendiri.

"Ayolah, Ga. Please! Ajarin temen gue juga," pinta Laurin mengiba.

"Nggak bisa, Alien. Gue takut entar dia jatuh cinta sama gue. Kan gue ini overdosis ketamvanan," kata Rega seraya menyibakkan rambutnya.

"Iya. Lo tampan kok. Mirip Sahrul Khan."

"Sarukh Khan!" ralat Rega geram.

"Ayolah, Ga. Ya? Ya?" bujuk Laurin memelas.

"Ya udah. Tapi seminggu aja sampai ujian kenaikan kelas selesai."

"Makasih ya, Ga. Makasih banget. Lo emang the best deh." Laurin menyengir.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 7 April 2019

Vote 500++

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang