54. Keceplosan

21.2K 1.8K 167
                                    

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Laurin dan Rega terus belajar bersama siang dan malam mendekati hari ujian. Rega bahkan sudah mengosongkan semua jadwal syuting, konser, dan pemotretan. Semua itu demi Laurin. Dia ingin Laurin tetap menjadi bodyguardnya.

"Semoga di atas 75." Laurin memejamkan mata. Ia berdo'a lirih.

Rega masih asyik terlihat mengoreksi lembar jawaban Laurin, mencoret kesal jawaban yang salah.

"Ayo dong, semoga di atas 75," imbuh Laurin khawatir.

"Nih." Rega memberikan lembar jawaban yang ia koreksi pada Laurin.

Laurin menyambarnya. Tangannya gemetar senang saat melihat nilai 76 di lembar jawaban tersebut. Rega tersenyum puas, ikut senang atas keberhasilan Laurin yang berhasil menjawab latihan soal yang ia berikan.

"Yeeeeyy!" teriak Laurin girang lalu berjoget riang. Akhirnya ia bisa menaklukkan matematika setelah dua hari lalu ia berhasil menaklukkan pelajaran Ekonomi.

"Nih cewek begonya minta ampun. Tapi tekadnya besar banget. Dia nggak berhenti belajar siang dan malam demi dapetin nilai KKM dari gue. Heeem ... gue yakin. Dia bakal dapat nilai di atas 80. Soalnya gue sengaja kasih dia latihan soal yang lebih sulit dari prediksi soal ujian yang bakal keluar," batin Rega.

"Ga, karena gue lagi senang, gue mau traktir elo. Gimana?" kata Laurin menawarkan.

Rega terkekeh. "Ha? Orang miskin mau nraktir orang kaya? Kayaknya elo overdosis matematika deh. Lo jadi tambah bego. Sorry ya. Gue alergi makanan orang misqueen."

"Ya udah kalau lo nggak mau ditraktir. Kalau gitu, gue mau nraktir Al-"

"Eh eh!" cegah Rega. "Mana bisa gitu? Gue kan yang ngajari elo sampai bisa. Kok jadi Alan yang mau lo traktir sih?"

"Soalnya gue nggak bisa nraktir makanan mahal. Kan katanya elo alergi sama makanan orang miskin."

"Pokoknya gue nggak mau tau. Lo harus nraktir gue. Jadi tolong jangan lupa bawain obat alergi gue. Siapa tahu badan gue jadi gatal-gatal habis makan makanan murahan."

Laurin mendesis kesal, sungguh tidak betah mendengar kesombongan Rega. "Eh ngomong-ngomong ... lo punya raket listrik nggak?"

"Ya nggak punyalah! Secara gue tuh tinggal di apartemen mewah. Nyamuk aja minder mau masuk ke sini."

"Astaga nih orang. Eh asal lo tau ya. Gue nyari raket listrik bukan buat nampol nyamuk. Tapi buat nampol mulut lo yang pedes itu!"

"Udah udah. Katanya lo mau nraktir gue kan? Ayo pergi!" Rega berdiri dari tempat duduknya, mengambil jaket, lalu berjalan santai menuju pintu.

***

Rega bergidik jijik. Sedari tadi matanya tak bisa berhenti mengamati setiap sudut warung yang ia kunjungi malam ini bersama Laurin. Warung itu berdiri tepat di atas selokan. Sesekali Rega bisa mencium bau tak sedap yang dengan lancang menyiksa hidungnya.

Rega meneguk ludah saat melihat kain penutup bertuliskan Warung Penyetan dan bergambar ayam, bebek, belut, ikan, tempe, dan terong. Kain itu tampak sangat kotor dan ada beberapa bagian yang sudah berlubang.

Rega kembali bergidik ketika matanya tertuju pada salah seorang pelanggan warung yang tampak asyik mengupil. Tanpa mencuci tangan, pelanggan warung itu langsung menyantap makanannya dengan tangan.

Tak lama menunggu, seorang ibu-ibu menyuguhkan aneka macam hidangan penyetan lengkap dengan sambalnya. Mata Laurin langsung berbinar senang seraya meneguk ludah, tak sabar menyantap makanan-makanan itu.

"Ayo makan, Ga!" Laurin mulai mencelupkan tangannya ke dalam mangkok plastik berisi air.

Dahi Rega berkernyit. "Eh itu bukan air selokan kan?"

"Bukan. Ini air kobokan."

Rega masih enggan mencicipi makanan-makanan itu, mengingat salah seorang pelanggan yang menjijikkan tadi, ia lagi-lagi bergidik, serasa mau muntah.

"Eh ayo makan!" ajak Laurin.

Rega menggeleng takut. "Enggak ah. Gue sekarang nggak takut alergi. Tapi gue takut mati."

"Gue jamin nggak ada sianidanya. Nih gue makan nih." Laurin segera mengambil sejumput nasi dengan jari-jarinya lalu memakannya lahap. "Heeem enak banget. Sumpah!"

Laurin mengambil sesuap nasi lalu menyodorkannya ke mulut Rega. Rega menggeleng tak mau. Tapi Laurin tetap bersikeras, tak menurunkan tangannya.

"Ayo makan! Tangan gue pegel nih!" perintah Laurin

Rega perlahan membuka mulutnya, membiarkan Laurin menyuapnya nasi. Rega tercekat. Rasa makanan yang tampak menjijikkan itu ternyata sangat enak hingga membuat matanya melebar. Ia kemudian memakan makanan itu dengan tangannya sendiri. Aneh, rasanya menjadi berbeda.

"Kenapa rasanya beda? Kenapa rasanya jadi biasa aja?" batin Rega. "Apa karena ... Laurin yang menyuapinya?"

"Eh kenapa berhenti makan?" dahi Laurin berkernyit heran.

"Suapin dong!"

"Ogah!"

"Ya udah kalau gitu gue nggak mau makan."

"Bodo," kata Laurin tak peduli.

"Ish nih orang gaje banget sih. Ada orang ganteng minta suapin, bukannya malah bersyukur, eh malah nggak mau. Jangan-jangan nih orang titisan orang sesat."

"Heh! Kok bengong?" tegur Laurin.

"Lo nggak suka cowok ya?" tuduh Rega. Matanya memicing curiga.

"Lo jangan nuduh yang macem-macem ya. Biar gue tomboy, tapi gue normal."

"Terus, kenapa lo nggak mau suapin cowok ganteng kayak gue."

"Ya ... karena gue nggak suka elo."

"Nggak suka gue?" Rega terperanjat.

"Iya. Lo itu bukan tipe gue banget. Udah songong, sok ganteng, narsis, cerewet, suka seenaknya sendiri. Pokoknya sifat lo itu sama sekali nggak masuk ke dalam kriteria cowok idaman gue."

"Terus, lo suka cowok yang kayak gimana?"

Laurin tersenyum, pikirannya mulai membayangkan sosok Atta. "Gue tuh suka cowok yang kalem, ramah, murah senyum, sopan santun, terus senyumnya manis."

"Eh cowok gitu mah adanya di pesantren. Mana ada cowok kayak gitu di Delton."

"Ada kok satu! Ups!" Laurin langsung membungkam mulutnya sendiri, merasa keceplosan.

"Siapa?"

"Rahasia!"

"Eh kasih tau dong!"

"Ogah!" bentak Laurin tepat di depan muka Rega.

🏵🏵🏵🏵🏵
Jum'at, 5 April 2019

Jangan lupa follow IG ku. Aku akan sering posting meme i am in danger sambil menunggu terbit.
Ig => zaimatul.hurriyyah

hurriyyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang