31. Cowok Songong

22.4K 1.8K 70
                                    

Rega menyodorkan beberapa lembar kertas pada Laurin, meminta Laurin untuk membacanya dengan detail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rega menyodorkan beberapa lembar kertas pada Laurin, meminta Laurin untuk membacanya dengan detail. Laurin hanya patuh, mengingat Rega adalah orang terakhir yang bisa ia mintai tolong setelah Alan marah tanpa alasan yang jelas.

"Hari Senin sampai Jum'at, jam lima sore sampai jam sebelas malam, syuting. Hari Sabtu dan Minggu, jam enam pagi sampai jam dua siang, syuting. Hari Sabtu jam tiga sore, perawatan. Hari Minggu jam lima sore, konser di monas," kata Laurin dengan mata melebar, tak menyangka jika jadwal Rega sangat padat.

"Itu jadwal gue." Rega membuka tutup botol minuman bersoda lalu meneguknya.

"Jadwal lo padat banget!"

"Pokoknya, lo harus ikut ke manapun gue pergi."

"Nggak mau! Gue nggak mau ikut kalau ke toilet. Mata gue takut auto katarak!"

"Maksud gue, lo harus ikut gue saat syuting dan konser. Bukan saat ke toilet, bego!" geram Rega seraya memencet jerawat Laurin yang paling besar, membuat Laurin mengaduh kesakitan.

"Lo bisa nggak, berhenti pencetin jerawat gue?" Laurin mengelus jerawatnya yang masih terasa sakit usai dipencet Rega. Meski besar, jerawat itu belum matang. Wajar jika terasa sangat sakit saat dipencet.

"Salah lo sendiri! Kenapa lo punya banyak jerawat? Gue kan bawaannya pengen mencet mulu!"

"Eh kalau lo mau pencet jerawat, jangan pencet jerawat orang! Pencet jerawat lo sendiri, bego!"

"Sorry ya. Gue nggak pernah jerawatan sekalipun!"

"Nggak pernah jerawatan tapi bisulan. Ngaku lo!"

"Enak aja kalau ngomong! Gue nggak pernah sekali pun terkena penyakit kulit. Ya Alhamdulillah sih."

"Kalau cacar?"

"Gue nggak pernah kena cacar."

"Hayoooo lho!" Laurin menunjuk-nunjuk muka Rega. "Orang bilang, kalau belum pernah terkena cacar harus hati-hati."

Rega mendesis kesal menurunkan telunjuk Laurin. "Jangan nakut-nakutin ah!"

"Ish lo takut ya?" goda Laurin sembari menaik turunkan alisnya.

"Udah deh. Mendingan kita bahas perjanjian kita dulu daripada ngomongin soal penyakit," kata Rega mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Oke. Sekarang gue mau tanya. Kapan gue bisa belajar kalau gue harus jagain lo?" Laurin melipat tangan, menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Gue kan ada sesi break. Jadi gue bisa ngajarin elo."

"Terus, kapan lo punya waktu buat baca skenario?" Laurin menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal, berpikir bagaimana cara Rega membagi waktu, mengingat aktivitas Rega yang sangat padat. Laurin takut dirugikan.

"Gue terlahir jenius," kata Rega menyombongkan diri. "Sekali baca juga udah hafal."

"Tapi gue tetap aja was-was. Takut lo nggak ada waktu buat ngajari gue."

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang